"Aku harap kita tidak saling menganggu!" Mean bicara tegas pada tuan Tantivejakul, ayah dari Mond.
Mean sengaja mengambil cuti tahunannya hanya untuk menemui tuan Tantivejakul yang berada di luar negeri.
Dia melakukan ini atas permintaan Meen. Dia sangat menyayangi putranya sehingga apapun permintaan putranya pasti dia kabulkan.
"Jangan salahkan aku, putraku melakukan itu karena putra besanmu mengusik tunangannya!"
BRAKH!!!
Mean menendang meja kayu mahal itu hingga membuat meja itu bergeser dari posisinya. Kesabaran Mean itu setipis tisu basah dibelah tujuh."Bukankah putramu kalah taruhan dengan tunangannya. Atau jangan-jangan putramu pria jadi-jadian sehingga dia tidak bisa memegang ucapannya sendiri!"
Tuan Tantivejakul menggerakkan giginya, dia menahan amarahnya yang sudah membumbung tinggi. Namun dia tidak bisa melakukan apapun pada pria dihadapannya ini. Karena dia bukan pria biasa seperti kebanyakan.
"Jika kedepannya putramu masih mengusik keluarga besanku, katakan say goodbye pada putramu untuk selama-lamanya!" Ucap dia serius pasti akan dia lakukan.
"Andaikan calon besanmu mengetahui latar belakang mu, masihkah mereka menjaga hubungan baik itu dengan keluargamu?"
Mean smirk.
"Tentu saja! Seperti apapun aku, keluarga besanku akan selalu menerima keluargaku dengan baik."
"Mungkin, lalu bagaimana dengan putramu? Masihkah dia memanggil mu dengan papa?"
"Hahaha," Mean tertawa keras dihadapan pria yang paling ditakuti oleh orang-orang dunia bawah Eropa.
"Perlu kau ketahui, putraku jauh lebih iblis dariku!" Mana mungkin Mean tidak mengenal dengan baik darah dagingnya sendiri. Yah dia mengerti hal itu dan menerima dengan baik segala sisi buruk putranya.
"Walaupun aku tidak pernah mengajarkan dia bagaimana cara membunuh orang, insting kejamnya memberitahu dia dengan baik bagaimana cara membunuh orang dengan rapi. Walau bagaimanapun dia keturunanku, jadi wajar dia begitu! Jika kau tidak percaya, kau boleh mencobanya! Hanya saja jangan pernah menyentuh keluarga besanku!" Mean sangat percaya dengan putra semata wayangnya. Setelahnya dia berdiri dan menghampiri tuan Tantivejakul. "Jika putraku tahu putramu ikut terlibat dalam kematian teman dari tunangannya, aku penasaran apa yang akan putraku lakukan pada putramu!"
Seketika itu juga wajah tuan Tantivejakul memerah horor. Horor karena Mean membebaskan apapun yang akan Meen lakukan.
"Jangan membuat aku memerintahkan klanku untuk melenyapkan keluarga Tantivejakul beserta semua perusahaanmu hanya gara-gara manusia bernama War Wanarat Ratsameerat!" Jelas dia sembari menepuk-nepuk pipi tuan Tantivejakul.
Setelahnya Mean pergi dan menghilang dalam kegelapan. Yah dia mendatangi tuan Tantivejakul di kamarnya. Kini tinggallah tuan Tantivejakul duduk termenung seorang diri nan berkeringat dingin di sini.
Dia mengumpat kasar pada putranya yang telah bermain-main dengan orang yang salah.
⏩⏩
Perth dan Gulf tengah berjalan cepat di koridor yang sudah ramai, mereka takut datang telat lantaran tadi mereka terjebak macet akibat ada yang kecelakaan. Mereka berjalan sambil memasang atribut ospek.
"Adek, gimana ini... Sepertinya nametag kakak ketinggalan di atas meja makan..." Jelas Gulf gusar dan itu terlihat dari wajahnya. Ini hari pertama mereka ospek sehingga nanti pasti akan ada pemeriksaan atribut ospek.
Perth menepuk bahu Gulf, dia tersenyum. "Jangan panik kakak, ada adek di sini..." Perth mencoba menenangkan Gulf yang panik karena takut dihukum.
Perth melepas nametag nya lalu dia kalungkan pada leher Gulf. "Lalu bagaimana dengan adek?" Tanya dia tidak jadi melepas nametag tersebut karena Perth menahan tangan Gulf untuk melepasnya.