[First Page]

40 6 5
                                    

بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ,

"Selama bukan Allah yang hilang dari hatimu, maka kamu akan baik-baik saja."

🧚‍♀🧚‍♀🧚‍♀

.
.
.

Waktu subuh berlalu beberapa menit yang lalu, seorang gadis masih terlelap dalam tidurnya, entah apa yang dia mimpikan hingga pulas seperti itu. Sampai, teriakan seorang wanita yang membuat tidur gadis itu terusik, membuka mata rasanya berat sekali dan dia hanya melenguh berusaha untuk bangun dari tidurnya.

"Geshya! Bangun! Kamu sekolah, nanti kamu kesiangan!" Ucap seorang wanita paruh baya, yang diketahui ibunya Geshya-Aninastiya.

Gadis itu reflek terbangun dengan cepat mengubah posisinya menjadi duduk. Dan itu cukup membuat kepalanya sedikit pusing, membuatnya meringis memegangi kepalanya.

"Geshya! Bangun, jam berapa ini!"

"Okta! Lihat kakakmu sudah bangun apa belum?!" tanya Anin pada anak keduanya.

Melihat kakaknya sudah terduduk diatas kasur, Okta menjawab seruan Ibunya.

"Sudah, Mah!"

Geshya masih terduduk dikasurnya, berusaha membuka matanya yang rapat sambil merapal doa bangun tidur, agar kantuknya segera hilang.

"Geshya!" teriak Anin, karena Geshya tak menjawab panggilannya.

"Hmm"

Setelah merasa cukup mengumpulkan nyawanya, Geshya segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Lalu, Anin datang membawakan air panas untuk Geshya mandi.

Geshya termenung dikamar mandi untuk beberapa menit, menatap jendela kaca kecil di tembok atas kamar mandi, dan berbicara dengan dirinya sendiri. Seketika raut wajahnya menjadi sendu.

"Kemana aku yang dulu sering Tahajjud? Jangankan Tahajjud, subuh saja aku selalu kesiangan." batin Geshya.

Seusai mandi, Geshya kaos dalaman dan celana panjang untuk sholat subuh terlebih dahulu, sebelum memakai seragam.

Meskipun, matahari mulai menampakkan dirinya. Itu tak membuat Geshya langsung beranjak dari tempatnya setelah sholat subuh tadi. Padahal, ia bisa terlambat jika terlalu lama seperti itu, tapi ia tak memperdulikan itu.

Selesai berdzikir dan berdoa, Geshya langsung memakai baju seragamnya, lalu sedikit memoles wajahnya dengan bedak dan liptint.

Setelah itu, Geshya menyisir dan mengikat rambutnya kebelakang. Lalu, ia pergi ke ruang tengah untuk mengambil tisu untuk mengelap kacamatanya.

Sebelum memakai kacamatanya, Geshya memantulkan dirinya ke cermin, seketika dia menghela nafas berat sesaat setelah melirik ke arah telinganya.

"Ya Allah, kapan aku bisa sembuh?"

Telinganya mengalami infeksi yang cukup parah, sejak ia duduk dibangku Sekolah Dasar. Sampai sekarang pun telinganya terus menerus mengeluarkan cairan bening, dan itu membuat daun telinganya terkelupas dan memerah. Sehingga, infeksi berkepanjangan.

Berusaha tak memperdulikan hal itu, Geshya segera memakai kacamata dan mengoleskan salep pada telinganya dan menunggunya kering, sebelum memakai kerudung.

Sembari menunggu, Geshya pergi ke ruang tengah untuk sarapan. Ia melihat keluarganya berkumpul, ada Okta yang sibuk dengan ponselnya, Anin sibuk menyiapkan makanan, dan ayahnya-Zayn, bersiap-siap untuk bekerja.

"Ayo cepat makan sarapannya, nanti kalian telat kesekolah!" seru Anin pada kedua anaknya.

"Iya mah"

Zayn tidak bergeming dan fokus memakan sarapannya, sambil bermain ponselnya. Pandangan seperti ini sudah biasa untuk mereka.

"Ayah, cepat makannya! Jangan main hp terus! Biar ayah bisa anterin anak-anak!" tegur Anin, merasa gemas dengan kelakuan suaminya.

"Hmm iya iya" jawab Zayn, masih fokus pada ponselnya.

Waktu telah menunjukan pukul 06.30, Geshya, Okta, dan Zayn bersiap untuk berangkat. Zayn berencana mengantar kedua anaknya sekaligus, tetapi melihat waktu yang tak memungkinkan, jadi ia hanya bisa mengantar satu anaknya saja.

"Udah terlambat, Ayah! keburu gak?" tanya Geshya pada Zayn.

"Keburu kok, ayo!" jawab Zayn sambil menaiki motornya.

Geshya menghela nafas, melirik jam tangan di lengan kanannya. Kemudian, melirik wajah adiknya yang terlihat kesal.

Sudah dipastikan, Okta merasa tak suka jika harus berangkat ke sekolah bersama. Secara dia tahu jika yang pertama kali diantar pasti kakaknya, dan dia yang akan terlambat sampai sekolah. Akhirnya, setelah berpikir keras dan menimbang-nimbang, Geshya memilih untuk naik angkutan umum.

"Huft, gaakan keburu yah, gapapa aku naik angkot aja." ujar Geshya.

Zayn menoleh, "Beneran? Masih bisa loh ayah anterin."

"Engga yah, udah aku naik angkot aja, Assalamualaikum" pamit Geshya seraya mengecup punggung tangan kedua orangtuanya.

"Waalaikumussalam."

Keluar rumah, Geshya berdoa keluar rumah, dan bersholawat selama berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Lumayan memakan waktu untuk hanya berjalan saja, tapi mau tak mau ia harus melakukannya.

Sampai di pinggir jalan raya, Geshya terus merapalkan doa dan berharap angkot segera datang. Karena, bisa dibilang angkot di daerahnya lebih sering mangkal daripada berkeliling. Sehingga, ia harus ekstra sabar menunggu.

Geshya menghela nafas, "Huft, lama banget, kalo begini aku bisa telat, Ya Allah"

Tetiba melihat ada angkot dari kejauhan, Geshya langsung mengulurkan tangannya seraya menggerakannya sebagai tanda bahwa dia butuh tumpangan, tumpangan berbayar.

"Alhamdulillah, ada angkot juga akhirnya" ucap Geshya seraya menaiki angkot itu.

-----

To Be Continue 🌻

Tunggu kelanjutannya ya ♡


Cimahi, 12 November 2022

MAISARA AZ-ZAHRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang