بِسْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
'Jaga kesucian diri kita dari apa yang belum layak menjadi hak milik kita.'
- Fatmawati Lanca
🧚♀🧚♀🧚♀
Happy Reading ♡
.
.
.
.
.
.Sekitar 17 menit, Geshya sampai di depan gerbang utama sekolah, dan berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Nafasnya tersengal-sengal saat menaiki tangga, karena berlari dari gerbang depan ke gerbang utama sekolah.
Di kelas, Geshya duduk dibangkunya seraya melepas tas ransel miliknya dan melipat jaket yang ia pakai.
"Hai, Vi" sapa Geshya pada chairmatenya, Viona.
"Hai juga, Ge!" balas Viona.
Viona dan Geshya kembali pada ponselnya masing-masing.
Merasa suntuk, Geshya memilih keluar kelas untuk menghirup udara segar di pagi hari, sembari memandangi pekarangan sekolah.
"Ahh, seger banget!"
Seketika ia merasa energinya kembali, lalu pandangannya beralih pada seorang pemuda beralis tebal memakai sweater biru dongker, dan helmnya masih terpasang dikepalanya.
"Arfan.." gumamnya. Geshya terpaku pada pandangannya sampai insan itu hilang dari matanya melewati pintu.
"Astaghfirullah Ge, jangan lagi dong!"
Gadis itu menghela nafas kasar lalu pergi berjalan menuruni tangga ke toilet, untuk sekedar cuci tangan. Entah mengapa tangannya terasa lengket.
Setelah selesai dari toilet, ia melihat seorang lelaki berseragam sepertinya, terlihat kebingungan mencari sesuatu. Geshya menghampirinya lalu bertanya, "Maaf, kamu lagi cari apa? boleh aku bantu?"
Lelaki itu lantas menoleh dan menjawab, "Ah iya, aku lagi nyari kunci motor aku, tadi jatuh disekitar sini."
"Yaudah aku bantu cariin ya"
Karena merasa kasian, Geshya membantu lelaki itu mencari kunci motornya, dan tak lama ia menemukan barang itu di pinggir pot besar depan sebrang toilet.
"Ini bukan kunci motornya?" ucap Geshya seraya menunjukkan barang tersebut.
"Oh, iya ini punya aku, Alhamdulillah ketemu, makasih ya!"
"Iya sama sama"
Lelaki itu tersenyum, lalu seketika bertanya, "Nama kamu siapa?"
"Geshya." ucapnya dingin
Ia memang selalu merasa malu jika berinteraksi dengan lawan jenis, sehingga untuk menutupi rasa malu itu, ia selalu bersikap dingin.
Tiba tiba matanya mengarah pada logo nama diseragam lelaki itu.
Sagara Adhiyaksa.
"Aku, Sagara." Geshya lantas menganggukkan kepala dan tersenyum tipis.
Detik kemudian, terdengar suara dari speaker, memberitahukan bahwa pembiasaan akan segera dimulai.
Setelah mendengar itu, Geshya lekas meninggalkan tempat itu, berjalan cepat menuju kelasnya.
"Sampai ketemu lagi, Sya!"
****
Pembiasaan telah selesai, semua warga sekolah kembali ke kesibukannya masing-masing.
Dan seperti biasa anak lelaki selalu keluar kelas untuk ke kantin, sebelum guru masuk ke kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAISARA AZ-ZAHRA
Teen FictionKisah seorang gadis 17 tahun, dengan menjalani hidupnya yang penuh dengan berbagai problema hidup, entah dari keluarga, sahabat, teman, bahkan masyarakat sekitarnya. Bersamaan dengan ia mulai berhijrah. Dan juga masa remajanya yang penuh dengan cin...