Kisah seorang gadis 17 tahun, dengan menjalani hidupnya yang penuh dengan berbagai problema hidup, entah dari keluarga, sahabat, teman, bahkan masyarakat sekitarnya. Bersamaan dengan ia mulai berhijrah.
Dan juga masa remajanya yang penuh dengan cin...
Aku terlihat jahat tapi percayalah patah hati terbesarku bukanlah tentangmu, tapi tentang istiqomahku yang masih terombang ambing hawa nafsu.
— Tulisan seorang hamba.
🌼🌼🌼
Happy Reading 💟
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
. . . .
"Besok saya mau kerumah kamu."
Hilya kaget bukan main. Ini adalah sebuah kemustahilan yang terjadi dalam hidupnya, tapi karena tidak ingin terlihat kaget ia berusaha tetap stay cool. "Mau ngapain?"
"Lo mau ke rumah temen buat kerkom besok kan?" Hilya hanya menatap datar. "Ya terus kenapa?"
"Bareng."
"Kalo gue gamau?" tantang Hilya.
"Pokonya gue besok kerumah lo." Lelaki ini tetap pada pendiriannya. Hilya hanya diam tak membalas ucapan lelaki itu.
"Masa iya?" tanya Hilya.
"Hmm." Lelaki itu hanya mengedikkan bahunya membuat Hilya bingung. Jawabannya iya apa tidak?
Setelah percakapan singkat itu, mereka diam seribu bahasa hanya terdengar gemuruh angin sore hari itu.
"Urusan saya udah selesai disini saya pamit, Assalamualaikum." ucapnya lalu pergi dari tempat itu.
"Wa'alaikumussalam." Hilya maupun Geshya masih diam memperhatikan lelaki itu yang semakin jauh berjalan.
Kayanya Rizal kesambet deh. batin Hilya.
Hilya masih tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh temannya tadi. "Datang kerumah? pft, yang bener aja."
"Lagian aku ga percaya jadi buat apa aku pikirin?" Lalu ia menoleh ke arah Geshya yang ikut diam juga, ditambah eskrimnya sudah cair meluber ke tangannya.
Geshya langsung sadar, "Eh iya kenapa?" Gadis itu tengah memikirkan kejadian lusa kemarin. (Part 7)
Ia berpikir kenapa logat Rizal mirip dengan logat Sagara disekolah waktu itu? Apa Sagara dan Rizal punya hubungan darah? atau hanya kebetulan mirip saja?
