Kisah seorang gadis 17 tahun, dengan menjalani hidupnya yang penuh dengan berbagai problema hidup, entah dari keluarga, sahabat, teman, bahkan masyarakat sekitarnya. Bersamaan dengan ia mulai berhijrah.
Dan juga masa remajanya yang penuh dengan cin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
———
“Zella?”
Viona hanya terdiam menatap lelaki didepannya, begitupun Farhan, dengan ekspresi sama sama kaget.
Noura jangan ditanya.
Mereka menatap satu sama lain dalam jangka waktu lama. Hingga, Viona masuk kedalam relung pikiran terdalamnya dan seketika mengingat sebuah kejadian yang bertahun tahun ia kubur.
Tapi, bayangan pikiran Viona pecah seketika saat Noura menengahi mereka.
“Lho, kalian saling kenal?” ujar Noura sambil menunjuk kedua insan didepannya.
Keduanya terdiam. Lidah keduanya begitu kelu untuk menjawab, lebih tepatnya bingung.
“Eh, kok ga dijawab?”
Celetukan gadis itu membuat Viona sadar dan segera menunduk dengan berkomat kamit mengucap istighfar. Ia merasa berdosa, sebab tak menjaga pandangannya.
Melihat hal itu, Farhan kaget bukan main. Sebenarnya sepele 'kan? Tapi, lelaki itu paham apa yang dilakukan gadis didepannya.
Kamu udah berubah ya, Zel?
Farhan tak niat bertanya sedikitpun, ia pun seketika sadar dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Rasanya malu dan berdosa sekali! Menatap pada yang bukan mahram dengan pandangan hasrat seperti tadi.
Meski orang disekitar, bahkan Noura sekalipun tak mengetahuinya. Tapi, Allah Maha Tahu segala isi hati hambaNya.
Farhan tersenyum kecil sambil menatap arah pintu masuk lobby dan kembali menghadap kedepan dengan ekspresi santainya.
“Ekhm..”
Noura berdehem memecah keheningan, karena tak suka suasana hening canggung seperti ini.
“Bang, aku izin temenin Maisara dikamar, ya? Kasian dia ditinggal sendiri,”
“Takut dia mau apa apa tapi ga bilang, entar malah kenapa napa lagi.” timpalnya lagi.
Jadi.. Dia.. abangnya Mai?
Farhan menoleh sambil tersenyum, “Oh, yaudah bareng aja. Abang juga mau kesana lagi, tadinya nyusulin tuh takut kamu nyasar disini.”
