08 Clairvoyance

491 118 11
                                    


               SEGUGUP bagaimana seseorang melakukan sesuatu hal pertama kalinya dalam hidup, Hyuuga Hinata mencoba yang terbaik untuk mendorong tubuhnya agar tidak terbawa mengikuti derasnya arus laut, di sampingnya Tahnya terlihat santai bahkan begitu senang dengan keberadaan Hinata yang seribu kali merasa susah dengan keadaan barunya menjadi seorang Siren di dalam lautan. Hinata pikir berada di dalam lautan akan terasa menakutkan, mungkin ia akan bertemu dengan monster laut, seperti yang berabad-abad ia dengar dari banyak kaumnya, kedalaman laut terlalu banyak menyimpan misteri dan Hinata tidak tahu bahwa penjelajahan di dalam kilauan indah bewarna biru itu terasa menantang sekaligus menenangkan, mungkin untuk pertama kalinya dalam hidup ia merasakan hal-hal menyenangkan yang telah lama tak pernah ia rasakan.

"Tahnya, bukankah itu terumbu karang?" Hinata bertanya dengan takjub.

"Ya." Tahnya senang dengan keberadaan Hinata, demigod yang selalu ia ajak berenang hanyalah anak-anak Poseidon, seperti Naruto, Elise, Kuroko dan Suigetsu, agaknya ia bosan, tetapi sekarang mendapati Hinata di sini, Tahnya senang. "Kalau saja kita mempunyai banyak waktu, aku ingin mengajakmu ke twilight zone." Ujar Tahnya di sela-sela ia meliuk-liukan tubuh dan siripnya.

"Titik terendah lautan yang bisa ditembus cahaya?" Sambung Hinata.

"Seperti yang diperkirakan dari Putri Athena, kau cerdas sekali." Tahnya tersenyum.

"Tidak." Jawab Hinata menyangkal, ia sebenarnya tak terlalu suka dengan nama besar yang ditanggungnya sebagai anak dari Athena. "Aku hanya sering mendengarnya dari Tenten."

"Putri Artemis?"

"Ya," Hinata mengangguk. "Memangnya kau ingin mengajakku ke mana, Tahnya?"

"Aku ingin mengajakmu ke perairan lepas di Curacao, bagian selatan Kepulauan Karibia." Tahnya memandang ke depan, senyumannya tak pernah hilang dari wajah cantiknya.

"Memangnya ada apa di sana?" Tanya Hinata yang sesekali merasa takjub dengan semua pemandangan dari kedalaman laut.

"Tidak tahu, aku hanya ingin mengajakmu melakukan penyelaman ke zona rariphotic, di mana kita bisa mengamati lebih dari 4.500 jenis ikan di laut." Tak ada keraguan, Hinata bisa melihat roman-roman penuh kebahagiaan yang Tahnya tampilkan, itu mengingatkannya akan Tenten yang selalu bahagia saat menceritakan ekspedisinya bersama hewan-hewan di luar Perkemahan Blasteran. "Aku senang menemani Hinata sebagai Siren sekarang ini."

Mendengar itu, Hinata ikut tersenyum. "Aku juga senang," Hinata kemudian bertanya. "Tahnya, aku dengar bahwa leluhurmu bukanlah makhluk perairan pada awalnya, apakah benar?" Sejak dulu Hinata selalu penasaran, Siren digambarkan sebagai makhluk indah yang berada di bawah kuasa Poseidon, tetapi di masa lalu dan beberapa tulisan bersejarah yang pernah ia baca, hal-hal itu berbeda.

"Ya, kami pada awalnya hanyalah pelayan dari Persephone, Putri Zeus dan Demeter," Tahnya memandang birunya lautan di sepanjang penglihatannya, Hinata melihat ada senyum sendu yang ia perlihatkan. "Karena Persephone diculik oleh Hades, Demeter memberikan sayapnya untuk kami guna mencari di mana Persephone berada, tetapi hal itu tak membuahkan keberhasilan dan leluhur kami menyerah lalu tinggal di Pulau Anthemoissa."

"Lalu menjadi Siren selama-lamanya?" Tutup Hinata yang mengerti dengan arah pembicaraan Tahnya.

"Ya, kau benar."

"Apakah kau senang dengan hal itu? Maksudku, kau tahu, uh, terkadang aku tak menyukai bagaimana takdirku, seperti terlahir sebagai demigod dan mengemban misi penting perdamaian dunia." Selama mengarungi samudra dan berbicara bersama Tahnya, Hinata tak sadar bahwa keahlian berenangnya sebagai Siren menjadi lebih baik dari waktu ke waktu dan sekarang mereka sudah berada di daerah Kepulauan Cayman.

The Political Marriage of DemigodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang