11 Touch You

982 140 26
                                    


[sorry for the impicit sex]


          MALAM datang dan sekali lagi Sasuke serta Hinata harus mencari tempat aman untuk bersembunyi dari kejaran Sara dalam Hutan Terlarang. Tetapi karena mereka terlalu jauh dari lokasi quest, Sasuke tahu bahwa ia dan Hinata tak bisa diikutsertakan dalam teleportasi cawan api merah untuk kembali ke Training Grounds, sejak berakhirnya pertandingan tadi. Oleh sebab itu mereka berakhir terjebak sekali lagi di dalam Hutan Terlarang dan kemungkinan akan menerima detensi dari Profesor Hagoromo keesokan harinya.

"Apakah ini akan baik-baik saja?" Hinata bertanya ketika mereka berdua berada di depan salah satu pondok kecil yang berada di tengah-tengah Hutan Terlarang.

Mengabaikan pertanyaan Hinata yang penuh rasa cemas, Sasuke memberanikan diri untuk tetap melangkahkan kakinya. "Apakah ada orang?" Tanya Sasuke saat mendorong gagang pengetuk pintu di depannya, sementara satu-satunya yang dilakukan Hinata hanya terus berada di belakang Sasuke bahkan kini tangannya digenggam erat oleh demigod Putra Ares itu.

"Permisi?" Hinata bersuara saat ia mengikuti bagaimana Sasuke yang memasuki pondok kecil itu tanpa izin. "Mungkin ada seseorang yang tinggal di sini dan orang itu tengah pergi?"

"Maksudmu makhluk seperti centaurus, monster, troll, siren, nimfa atau bahkan incubus?" Sasuke mengerutkan kening, memandang Hinata yang masih bersembunyi di belakangnya, terlihat kecil dan lucu, oke bukan itu seharusnya yang ia pikirkan, hanya saja apa yang Hinata ucapkan agak tidak masuk akal. Memangnya makhluk waras apa yang tinggal di Hutan Terlarang? Bahkan memiliki pondok kecil yang layak ditinggali di tengah-tengah banyaknya bahaya adalah hal yang cukup aneh.

"Mungkin," Hinata bergidik mendengar makhluk-makhluk yang Sasuke sebutkan, kendati tidak semua makhluk itu jahat atau mengerikan, bahkan beberapa di antaranya bisa dijadikan teman dan saling membantu satu sama lain, contohnya Tahnya. "Atau jangan-jangan ini semua hanyalah jebakan?" Hinata menginterupsi langkah Sasuke selanjutnya, ia terlalu mencurigai banyak hal.

"Kau hanya perlu berada di sampingku, semuanya akan baik-baik saja." Dan Hinata menyerah untuk mendebat Sasuke, tangannya bahkan sedikit berkeringat karena genggaman Sasuke yang begitu kuat.

Bagian dalam satu-satunya dari rumah itu hanyalah ruangan yang terbungkus akan keremangan. Beragam senjata perburuan terlihat di sana, kulit-kulit hewan yang dengan warna dan jenis berbeda terpaku di temboknya yang sebelumnya bewarna putih, Hinata mengamati banyak hal, salah satu hal yang membuatnya tercekat adalah banyaknya perkakas panjang dari besi bewarna hitam serta bentuk kaki dari kayu yang terpajang di meja. Agaknya ia mengenal tempat ini, apalagi dengan beragam peralatan kerja, gunting dan palu, alat untuk melubangi kulit dan tali bewarna-warni.

"Apakah ini bengkel sepatu?" Hinata bertanya dengan lirih.

"Ya." Jawaban yang langsung diberikan cepat oleh seorang lelaki tua di belakang Sasuke dan Hinata, mengejutkan mereka berdua. "Bukankah aku yang seharusnya terkejut, anak manis?"

"Ah, maaf." Hinata melangkah untuk mendekat, tetapi Sasuke sudah lebih dulu memeluk pinggang ramping gadis demigod itu agar tetap berada di sampingnya, sebab entah mengapa matanya menangkap suatu gelagat aneh dari aura pria paruh baya di depannya. "Apakah ini tempat tinggal anda?" Tanya Hinata hati-hati.

"Ya," lelaki paruh baya yang berprofesi sebagai tukang sepatu itu mengangguk, memberi tatapan curiga. "Apa yang kalian lakukan di rumahku?" Mencurigai kedua remaja di depannya, pria baruh baya itu mengernyit. "Apakah kalian berniat untuk mencuri?" Sasuke dan Hinata mengernyitkan dahi, melihat bagaimana palu yang berada di tangan pria dewasa itu, selain itu penglihatan tak kasat mata mereka menangkap wanita cantik yang tepat berada di samping si tukang sepatu, kendati tidak terlihat oleh si tukang sepatu itu sendiri, untuk sesaat Hinata dan Sasuke mengerti situasi yang ada.

The Political Marriage of DemigodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang