16 Mythomagic Demigods Olympic

887 102 8
                                    


       LUKA yang sebelumnya menganga di lengan atas dengan darah yang menetes-netes itu sudah tertutup dengan perban, Hyuuga Hinata menyudahi semuanya dengan telaten, tak ada hal-hal yang perlu ia tegaskan selain bahwa Sasuke harus lebih hati-hati kedepannya. Padahal besok adalah hari di mana mereka akan mengikuti Mythomagic Demigods Olympic, hari itu memang sudah dekat. Bagaimana bisa Sasuke terluka tepat sehari sebelum mereka berangkat, rasanya aneh menemui Putra Ares yang tidak biasanya kehilangan sikap waspadanya namun di satu sisi yang lain, Hinata tahu bahwa tunangannya itu memang mudah tersulut emosinya, jadi tak mengherankan jika Sasuke terluka akibat kesalahannya sendiri.

"Terimakasih, Hinata." Sasuke memandang Hinata sementara gadisnya itu hanya mengangguk, agaknya Sasuke tahu bahwa Hinata menghindarinya lagi, apakah ini karena ciuman yang baru saja ia lakukan? Sepertinya Sasuke memang salah karena terlalu agresif, padahal Hinata sudah memintanya untuk menunggunya, kenapa ia tidak sabaran?

"Apakah ini akan baik-baik saja?" Tiba-tiba Hinata bertanya, memudarkan lamunan Sasuke. "Bahkan besok olimpiade akan dimulai, bagaimana mungkin kau terluka?" Ada kernyitan dari dahinya, wajahnya yang cantik kini terlihat penuh kekesalan, tetapi bagi Sasuke, Hinata terlihat menggemaskan.

"Aku demigod, Hinata." Sasuke menepuk kepala Hinata sekali, kemudian ia memandangi wajah tunangannya sekali lagi. "Hei, apakah kau baik-baik saja? Maksudku, maaf, tentang ciuman tadi―"

"Tak masalah." Jawab Hinata cepat, ada senyuman tipis dan hati-hati yang tersemat di wajahnya. "Kau tahu, setelah kupikir-pikir, sepertinya kau benar."

"Tentang?" Sasuke mengernyitkan dahi, hatinya berdegup, ia tak menyangka bahwa Hinata akan lebih santai dari biasanya.

"Tentang hal-hal yang seharusnya kau ketahui juga," Hinata memberesi semua peralatan kotak P3K, kini wajahnya yang sendu terlihat, berkat ucapan Naruto beberapa hari yang lalu dan Shikamaru, Hinata sadar bahwa ia harus membagi semua yang ia ketahui bersama Sasuke. "Tentang penglihatan," Sasuke yang masih duduk di ranjang kini mengernyitkan dahinya.

"Ada apa?" Pemuda demigod itu terlihat khawatir, tanpa sadar mendesak Hinata agar mengutarakan kekalutannya.

"Awalnya aku berniat untuk berbohong dan menyembunyikan semua penglihatanku padamu, tapi entahlah, Sasuke." Hinata mendesah, mungkin memang benar perihal penglihatan masa depannya dengan Sasuke memalukan, tapi mau bagaimanapun mereka adalah sepasang partner perdamaian, sekarang Hinata sadar bahwa ia tak perlu mengemban semua beban ini sendirian. "Aku hanya tak siap jika harus memerangi kejahatan bersamamu, mengemban misi tragis bersamamu, menyelamatkan dunia dengan pengorbanan kita berdua atau bahkan hanya menerima takdir ketika aku saja tak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi."

Sasuke paham, ia mengeritkan giginya tanpa sadar, tentu amarah tengah membumbung di sekitarnya, bukan karena Hinata, tetapi lebih pada dirinya sendiri. Ia menyesal karena tak mengetahui bahwa Hinata memikirkan semuanya sendirian, bahwa gadisnya itu tengah memikirkan banyak hal, sementara Sasuke hanya terus mendesak bahkan menuntut Hinata atas perasaan cintanya, tentang betapa ia ingin memiliki Hinata hanya untuk dirinya sendiri, padahal untuk saat ini, sepertinya bukan cinta yang dapat ia pertaruhkan, sebab ia dan Hinata terjebak dalam misi perdamaian dunia bersama, mereka hanya dipasangkan oleh keadaan.

"Kau tahu, masih banyak hal yang ingin kulakukan di dunia ini, aku ingin memiliki kehidupan yang bahagia, Sasuke." Tanpa menunggu banyak hal, Sasuke segera memeluk Hinata kendati lengan atasnya diperban, juga sayatan yang masih terasa mengiris dadanya, ia tak peduli, rasanya ucapan Hinata lebih menyakitkan di hatinya, sebab Sasuke tak pernah tahu mengenai hal-hal yang sekarang tengah dipikirkan oleh gadisnya itu.

Penyesalan memang datang terlambat, Sasuke menyesal karena sikap menyebalkan dan kekanak-kanakan yang pernah ia layangkan pada Hinata, betapa ia tak dewasa dibandingkan Hinata yang mengalami dan memikirkan semuanya sendirian. "Apapun, aku akan lakukan apapun untukmu, aku di sini untuk membantumu." Sasuke masih berbicara untuk menenangkan dan memeluk Hinata, ia bisa merasakan tangan mungil Hinata yang dengan hati-hati mencengkram ujung bajunya. "Aku tak akan membiarkan kita berdua gagal, jadi akan kulakukan apapun untukmu, apapun agar kita behasil, hm?" Suaranya yang lembut membuat Hinata merasakan ketenangan.

The Political Marriage of DemigodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang