Beginning a good thing....
"Aku bisa tinggal bersamamu dan Aislinn." ucap Harry.
Ucapan Harry itu membuatku benar-benar bahagia, ibu dan aku secara tidak sadar membawanya ke dalam pelukan sandwich. Harry sepertinya terkejut tapi kemudian membalas pelukan itu. Ron juga nampak senang dengan pengaturan itu. Dia dan temannya akan sering bertemu satu sama lain dan dia tidak perlu membawa lari mobil ayahnya untuk menjemput Harry di rumah muggle itu.
Setelah sesi pelukan yang penuh haru dan tangis bahagia selesai kami membiarkan Harry pergi bermain sapu dengan si kembar, Ginny dan Ron. Ibu sudah memutuskan menjadwalkan ulang seluruh kegiatannya. Bagaimanapun ibuku adalah wanita sibuk. Sebagai healer yang bekerja di St. Mungo dia memiliki jadwal padat untuk pemeriksaan pasien apalagi aku sudah cukup dewasa untuk tinggal sendirian saat liburan dan ketika aku di Hogwarts ibu menghabiskan waktunya bekerja sehingga dapat mengosongkan jadwal saat aku kembali.
Hanya saja tahun ini entah mengapa pasien di St. Mungo lebih padat sehingga ibu beberapa kali pergi dari rumah dan pulang keesokan harinya. Dengan wajah lelah dan mengantuk.
"Kita akan berbelanja baju untuk Harry. Kita juga perlu menghiasi kamarnya, dia seorang singa bukan?" Ibuku bertanya padaku dan aku mengangguk.
Dia tidak pantas untuk Hand-me-downs lagi.
Keluargaku punya cukup uang untuk membelikan dia pakaian layak, diluar itu dia memiliki harta warisan yang cukup. Kepala sekolahku yang entah bodoh atau tidak waras menempatkan dia di depan pintu muggle yang membenci sihir tepat pada bulan November yang dingin dan mendung. Bagaimana jika Dursley terlalu membenci Harry dan memutuskan membuangnya? Demi Rowena Ravenclaw, apakah keputusan Dumbledore itu dia putuskan ketika dia benar-benar waras?
Aku mulai mempertimbangkan kembali apakah aku akan tetap menyukai kepala sekolah tua itu atau tidak setelah yang dia lakukan pada Harry.
"Oh dan tentu saja aku harus mengurus muggle itu. Ibu Cho Chang mengenal beberapa pengacara muggleborn bukan? Kita harus menghubungi nya. Aku tidak akan membiarkan keluarga keji itu hidup dengan tenang setelah apa yang dilakukannya pada Harry." Ibuku berbicara dengan jengkel.
Molly melihat itu hanya mengangguk setuju dengan wajah terlihat marah dan sedih disaat bersamaan. Mungkin dia menyesal karena lambat menyadari peringatan Ron tentang betapa buruknya wali sah Harry. Yeah aku selalu heran ada apa dengan semua orang dewasa disekitar Harry? Bagaimana mungkin mereka mengabaikan tanda-tanda Pelecehan fisik dan kekurangan gizi Harry?
Pertanyaan lamaku telah terjawab. Pertanyaan ketika aku bertemu Harry pertama kali. Anak laki-laki yang mungil dan terlihat lebih kecil dari pada teman seumurannya dengan baju Muggle jelek yang tampak membuatnya lebih mungil. Oh Merlin... Mengapa aku tidak memaksanya berbicara lebih banyak saat itu?
Percy di sisi lain terlihat terkejut, dia mungkin tidak menyangka 'pahlawan' dunia sihir tidak hanya tumbuh di rumah muggle tetapi juga di abusive family mengerikan.
Aku hanya menatap dari jendela Harry yang sudah penuh keceriaan bermain sapu terbang bersama anak-anak Weasley.
"Sebelum itu kita butuh bukti 'nyata' lain untuk Pelecehan fisik yang dilakukan mereka pada Harry." Arthur angkat suara setelah terdiam cukup lama.
Aku mengangkat kamera muggleku yang telah dimodifikasi agar tidak rusak karena radiasi sihir. "Ini foto pintu yang di gembok sedemikian rupa agar tidak bisa dibuka." Aku memperlihatkan mereka.
Percy mengerutkan dahinya. "Aku tidak ingiat melihatmu memotret nya." Dia berbicara dengan suara kecil saat orang dewasa memeriksa foto-foto di kameraku. Ayahnya mulai terlihat terobsesi dengan kamera itu. Aku mencatat itu, menambahkannya ke dalam list hadiah natal.
"Aku mengambil foto itu ketika kau membawa Harry turun. Mantra Reparo." Aku menjawab kebingungannya. Keterkejutan terlihat di wajahnya tapi dia mengangguk mengerti.
"Bukankah aku pintar untuk usiaku bukan?" Aku menggodanya dengan main-main untuk mencairkan suasana.
Dia tertawa. "Aku tidak akan terkejut. You're a Raven." Itu adalah kalimat terakhir yang diucapkan Percy sebelum kembali ke kamarnya melanjutkan apapun yang dia telah tunda untuk ikut menjemput Harry dari neraka.
"Aku akan ikut bermain dengan yang lain di lapangan." Aku berpamitan pada ibuku, Molly dan Mr. Weasley sebelum berlari ke arah lapangan kecil tempat biasa kami bermain Quidditch.
Aku tersenyum lembut ketika melihat Harry dengan wajah yang lebih ceria bermain dengan lincah. Aku akan memastikan bahwa kedepan nya aku akan semaksimal mungkin menjauhkan malapetaka darinya ketika dia bermain Quidditct. Tahun ini adalah Bludger gila yang mengincarnya, maaf tapi aku akan mengubah plot.
Ginny yang memperhatikan aku yang tersenyum di bawah mereka yang sedang bermain. Aku melambaikan tangan padanya. "Ingin bermain Linn?!" dia berteriak dari posisinya di atas. Aku menggeleng dan pergi berbaring di bawah pohon yang cukup aman untuk tidur siang.
Leluhurku dan Ayahku akan bangga karena aku memutuskan mengubah masa depan. Yang berarti aku siap mengorbankan diriku untuk menghadapi tantangan baru dan tantangan yang sudah jelas ada di depan mataku. Aku memikirkan masa depan Harry sekali lagi istirahat siang pasti akan menguntungkan. Mataku menatap sekali lagi sosok Harry sebelum membiarkan rasa kantuk menarikku ke dalam kegelapan yang tenang.
Aku akan butuh banyak istirahat untuk petualangan besar yang akan datang padaku setelah ini.
.....
Edit: 14/1/24
KAMU SEDANG MEMBACA
✓𝐎𝐁𝐅𝐔𝐒𝐂𝐀𝐓𝐄ׂׂׂׂೃ‧₊›- 𝙋𝙀𝙍𝘾𝙔 𝙒𝙀𝘼𝙎𝙇𝙀𝙔 [HP]
FanficApa jadinya jika seorang gadis dari keluarga yang sama seperti kebanyakan penyihir berdarah murni lainnya mendapat mimpi tak terduga tentang masa depan? Akankah gadis yang memiliki kehidupan rata-rata seperti penyihir muda lainnya mampu berhasil men...