FOURTY

429 47 0
                                    

TRIGGER WARNING
PENYIKSAAN/DARAH
.
.
.
.
.
.
.
.

Aislinn melangkahkan kakinya menuju ke aula besar. Sambil sesekali meringis, dia masih bisa merasakan darah kering di wajahnya. Lengket dan berbau sedikit asin dia benci mengingat itu. Itu tidak berarti dia sekarat tidak juga. Darahnya telah di dibersihkan bahkan lukanya telah sembuh. Maxime sepupu nya berada di samping nya telah menawarkan gendongan sepanjang perjalanan yang di tolak mentah-mentah Aislinn.

Ketika tiba di pintu masuk siswa-siswi Hogwarts maupun kedua sekolah yang menjadi tamu menatapnya dengan berbagai pandangan ada yang terkejut ada yang terlihat khawatir dan ada yang bersyukur. Aislinn menatap mereka dengan pandangan meremehkan utamanya adiknya Harry Potter. Dia pikir Aislinn akan mati karena kutukan Crucio? Dia pikir Aislinn akan mati begitu saja? Aislinn tahu batas kemampuan nya dengan jelas. Dia memang bisa saja mati.

Dia hanya menyangkalnya demi kebaikan dirinya dan kesehatan mental nya.

Dia tidak menyerang kembali karena dia butuh mendengarkan seluruh informasi dan dia mendapatkannya. Alasan yang sama seperti di duganya setidaknya dia tahu Rookwood juga terlibat.

"Hello, Miss Rêveri." Aislinn menatap terkejut pada Moody palsu yang muncul di lorong.

Beberapa jam sebelum pengumuman pemenang. Aislinn bisa merasakan ada sesuatu yang buruk akan menerpanya.

"Halo? Ada apa Moody. Mencari sesuatu?" Aislinn bertanya apakah dia akhirnya akan Membunuhnya? Menyiksanya? Mengancamnya?

"Ikuti aku, kita harus berbicara empat mata." Aislinn menatap dari kejauhan sepupu nya meyaksikan pertukaran itu. Dia memberikan sinyal tangan untuk mengikuti dirinya.

"kita akan kemana?"

Moody tidak menjawab membawa mereka ruangan kosong. Aislinn menatap sekeliling dengan tenang. Dia seperti nya akan di siksa. Seperti yang terjadi pada orang tua Neville.

Pelahap maut itu impulsif.

"Sekarang saatnya berhenti dengan basa-basi." Sebuah mantra menariknya berlutut. Kepalanya tidak sengaja terbentur tembok kastil Hogwarts dengan keras. Aislinn terkejut dan hampir bisa merasakan lututnya memar. Kepalanya terasa sangat menyakitkan, wanita itu dengan sengaja melakukan nya. Dia berusaha mengangkat dirinya agar bangun dari posisi yang tidak menyenangkan itu.

Tangannya tidak bisa digerakkan. Dia merasakan jantungnya berdebar kencang. Lula... Maxime.... Dia masih punya dua penolong. Dia menatap terkejut ketika Alecto muncul. Dia bingung, Moody bukanlah penghianat. Tapi kebingungan itu menghilang dengan cepat, wajah Alecto berubah menjadi ular yang dikenal Aislinn. Dia merasakan mulutnya kering ini bukan yang dia harapkan.

"Kenapa nak? Takut? Jangan. Ini baru permulaan."

Aislinn tidak pernah begitu takut pada apapun. Dalam hidupnya dia tidak pernah. Dia khawatir dengan kematian nya, dia tidak akan mati dia tahu tapi suasana di ruangan itu meyakinkan nya sebaliknya. Nagini, dia seharusnya membunuh ular itu.

"Apa yang kau inginkan dariku?" Aislinn bertanya.

"Entahlah kami tidak tahu. Mungkin membalas dendam pangeran kegelapan pada ibumu."

Aislinn mendengus. "Apa yang ibuku telah lakukan? Membuktikan pangeran kegelapan itu julukan yang berlebihan?" Aislinn meludah.

Dia suka provokasi. Dia menatap wajah Moody yang perlahan-lahan berubah menjadi wujud wanita dewasa. Alecto, Carrows.

✓𝐎𝐁𝐅𝐔𝐒𝐂𝐀𝐓𝐄ׂׂׂׂೃ‧₊›- 𝙋𝙀𝙍𝘾𝙔 𝙒𝙀𝘼𝙎𝙇𝙀𝙔 [HP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang