Selembar kertas ini mengakhiri kisah kita atau bolehkah ku sebut kau dan aku, karena saat ini kita tak lagi bersama.
Bukan suatu hal yang mudah untukku menerima semua ini dan kau pun tak memberi alasan yang pasti hingga perpisahan menjadi jalan terakhir.
Pernah kau berpikir bahwa diriku di sini menanti mu begitu lama. Hingga rasa takut dan kehilanganmu, menyelimutiku tiap hari namun ku coba tuk mengerti dirimu.
Kata manis dulu yang pernah kau ucap, perhatian kecil yang selalu ku ingat. Rasa sabar dirimu yang menghadapi ku, dimana semua itu sekarang?
Hingga kini yang tersisa hanya..
Tawa menjadi luka, Janji menjadi dusta, Ceria menjadi lara..
Mulut ini seakan bergetar menyebut namamu. Bisakah kau kembali? Apakah aku egois jika menginggikanmu menetap, apakah aku harus menuntut penantianku agar kau menetap?
Namun apakah daya waktu telah menjawab semuanya. Tak ada lagi penantian, tak ada lagi harapan.
Quoted by : El - ien
KAMU SEDANG MEMBACA
Zetara Home
PoetryBukan hanya sekedar di baca, tapi jadikanlah ini nasehat untuk kalian. Jangan pernah membuat seorang penulis tersakiti, karena mungkin dia memang diam. Iya diam-diam dirimu abadi di dalam karya nya.