Suka, duka kita lewati bersama. Aku mencintaimu, begitupun kamu padaku. Aku sangat yakin kita akan seperti ini selamanya, karena itu kamu yang kamu ucapkan padaku.
Aku terlalu mempercayaimu sampai aku lupa bahwa kamu juha manusia biasa. Bisa khilaf tanpa di sengaja, bisa tergoda dengan gemerlap dunia.
Lautan terlihat tenang, Langit yang nampak indah. Tak sedikitpun aku mengira akan ada badai yang menerjang, mempora - porandakan pondasi kita hingga parah.
Aku tak menyangka ini bisa terjadi, aku tak bisa percaya kamu memilih pergi. Tanpa menoleh lagi, tanpa mempedulikan aku yang merintih di sini.
Kamu tau aku begitu membutuhkan mu, kamu paham betul tanpa mu aku tak mampu, kamu tumpuanku, kamu hidup dan semangatku.
Tapi dia telah mengubah segalanya. Bahkan kamu yang sangat aku percaya dengan teganya mengkhianati ku demi dirinya. Terus berlari begitu jauh, tanpa melihat aku yang meronta.
Dia masuk diantara aku dan kamu yang tak tau sejak kapan kita bisa seasing ini. Kerenggangan menerpa kisahku dan dirimu, ke bersamaanmu menghadapiku. Dia datang di kala jenuh melanda hatimu, dia hadir memberimu rasa nyaman hingga kamu lupa pada batasan, sampai kamu tak ingat janjimu yang pernah terucapkan.
Kamu ingkari semuanya, kamu berlalu dan berani berdusta. Kamu tertawa di atasku yang tengah merenggan nyawa, dia telah merenggutmu dari pelukkan ku. Dan kini, aku benar - benar ditingggalkan olehmu.
Terimakasih berkatmu aku akan lebih berhati - hati, tak lagi mudah tertipu, tak akan mempersilahkan siapapun untuk memperbaiki, karena hatiku telah beku.
Trauma telah menguasai, ketika kamu memilih pergi tak lagi bersama. Aku tak bisa lagi percaya pada siapapun kecuali sang pencipta.
Request By : Nyai Gendis
KAMU SEDANG MEMBACA
Zetara Home
PoesíaBukan hanya sekedar di baca, tapi jadikanlah ini nasehat untuk kalian. Jangan pernah membuat seorang penulis tersakiti, karena mungkin dia memang diam. Iya diam-diam dirimu abadi di dalam karya nya.