Kalau bukan karena aku sedang tidak enak badan, sepertinya aku tidak akan pernah duduk diteras dan menunggu salah satu kebiasaan Lucky. Berdiri di teras saat bangun dan sebelum tidur.
Malam amat gelap, bulan pun tidak menunjukkan diri. Untung saja rumah kami udah diterangi listrik meski jalanannya gelap tanpa lampu.
Aku udah duduk setengah bingung di kursi, menatap kosong rumah didepan. Apa sih yang aku tunggu? Jika kalian mengira aku menunggu sosok tetanggaku itu, kalian salah. Aku hanya duduk, tanpa tujuan. Itu saja.
Lama kemudian, sosok yang tidak sedang aku tunggu, muncul. Aku bia melihat manik matany yang membulat seketika. Entah karena apa, laki-laki itu mengusap matanya pelan, mungkin untuk meyakinkan pengeliatannya. “Oii..” Serunya pelan.
Aku masih tidak bergerak, keadaranku seakan baru tercipta. Aku merasa bodoh seketika. Untuk pertama kalinya, aku menyesal untuk mengikuti saran aneh Bu Guru.
Semoga dia tidak melihatku. Semoga dia mengira aku jelmaan mahluk halus yang keberadaannya haru diabaikan dan tidak terlihat.
Lucky sepertinyaa terlihat menyerah. Ketika lelaki itu berbalik, aku menghela nafas lega. Aku bahkan tidak sadar menahan nafas saat melihatnya.
Baru hendak menyandarkan punggung di kursi, aku hampir terjatuh ketika sosok gelap mendekati rumah dan muncul dihadapanku.
“Astaga benar dugaanku. Aku kira kamu mahluk halus yang iseng menampakkan diri.” Gerutunya sambil memperhatikan wajah kagetku. “Yah, kamu gak apa-apa?”
Aku mengerjabkan mata cepat. Apa ini, kenapa aku terharu hanya dengan kesadarannya akan keberadaanku?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY POWDER
Fanfiction"Cintai dirimu sendiri. Duniamu sudah manis, biar aku tambahkan taburan bubuk keberuntungan untukmu." . . Repost ulang 30 day writing challage di IG tahun 2019..