Aku merasa harus bertanya sesuatu tentang Lucky yang menggangguku belakangan ini. Mengingat tingkah lakunya saat ini dan dulu yang jauh berbeda. Jika dulu lelaki itu selalu melihatku dengan senyuman sinis, kali inipun begitu, laki-laki itu masih tersenyum tipis hanya saja tatapan matanya sedikit berubah.
Dulu dia terlihat sedikit menakutkaan dan sombong, sekarang agak...
...yah intinya, karena hal ini aku jadi lebih berani untuk dekat dengannya.
"Aku hanya penasaran.." Lucky menaikkan alisnya. Aku mencoba memilah kata, supaya aku tidak salah bicara dan membuat cerita canggung untuk kami berdua. "Apa aku dulu pernah berbuat salah padamu?"
Lucky mengerutkan dahi. "Tidak." Sanggahnya. "Kenapa kamu bilang begitu?"
Aku tertawa canggung. "Syukurlah kalau begitu." Aku menghadapnya. "Hanya saja, kamu selalu sinis saat bertemu denganku. Padahal kamu begitu ceria berhadapan dengan anak-anak lainnya." Lucky masih mengerutkan dahi bingung.
"Aku selalu senyum kok. Asal kamu tahu, aku selalu tersenyum saat melihatmu. Kamu saja yang selalu cemberut saat melihatku." Protes Lucky tidak terima.
Lucky terlihat berusaha mengingat interaksi kami selama ini, semenjak kami bertetangga. Sebelum aku mengibarkan bendera perang dan memperhatikan setiap gerak-gerik yang mencurigakan darinya.
Aku menaikkan alis. Hah, begitu? Jika apa yang Lucky bilang itu benar, berarti sudah dipastikan lelaki kurus tinggi jelek itu tidak bisa tersenyum.
Intinya ini hanyalah kesalah pahaman yang aneh.
Hah,
Padahal,
Kalau dia tersenyum dengan benar, dia terlihat sangat manis dan tampan.
HAH! Apa yang aku pikirkan! Gila!
...
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY POWDER
Fiksi Penggemar"Cintai dirimu sendiri. Duniamu sudah manis, biar aku tambahkan taburan bubuk keberuntungan untukmu." . . Repost ulang 30 day writing challage di IG tahun 2019..