Ragu

30 11 0
                                    

“Tidak ada yang namanya persahabatan antara perempuan dan laki-laki!” Aku menoleh, mendapati salah satu perempuan popular dikelas sedang menasehati beberapa teman yang duduk melingkar didekatnya.

Aku mencondongkan duduk, menajamkan pendengaran, sambil pura-pura membaca buku cetak kimia yang ada didepan meja. Bertingkah seolah tidak tertarik dengan tema obrolan anak perempuan lainnya.

“Benar. Aku jadi sadar saat nonton drama kemaren. Rasa sayang antar sahabat itu lama kelamaan bisa jadi cinta.”

“Kok bisa begitu.”

Salah satu anak menyangkal tidak terima. “Yah hati kita buatan tuhan, bukan mesin yang diciptakan manusia dengan program tertentu. Siapa yang bisa mengendalikannya~”

Aku mendengus.

Tidak.

Aku yang akan membuktikan pada mereka, pada semua orang diluar sana, bahwa drama yang tayang di televisi itu tidak benar. Bahwa ada persahabatan tulus antara seorang perempuan dan laki-laki.

Ada. Pasti ada.

Aku berdecak kecil. Kenapa aku jadi bertengkar dengan diri sendiri.

Begini—

Aku tidak sengaja melihat Lucky masuk kedalam kelas, berjalan amat pelan—bak adegan slowmotion didalam drama—ketempat duduknya yang agak jauh dariku. Lalu laki-laki kurus itu tersenyum tipis sebelum bercerita santai dengan kumpulan laki-laki lainnya.

Aku merengut, tidak senang dengan pemandangan yang aku lihat.

Kenapa melihat senyuman miris seperti orang sakit gigi itu saja membuat aku deg-degan begini. Aku jadi meragukan pendapatku sendiri.

Menyebalkan sekali.

Menyebalkan sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


...

LUCKY POWDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang