Keadaanku semakin memburuk. Aku bertambah meragukan diri untuk tetap bertahan hidup. Uang dan makanan menipis, tapi tidak ada kabar tentang Ibuku. Beberapa tetanggaku bahkan dengan baik hatinya ikut mencari Ibu. Tapi tetap saja tidak ada perkembangan.
Rasa panik dan stressku menumpuk. Aku bahkan tidak bisa berdiri dalam waktu lama. Aku menghabiskan waktu dengan berbaring diam, tidak bicara. Kedati aku terlihat amat menyebalkan. Satu-satunya temanku berkunjung untuk melihat keadaanku.
Banyak cerita dan nasihat baik yang dia sampaikan. Aku tahu dia hanya bermaksud baik untuk menenangkan hatiku yang terus gusar. Tapi kamu tahu, aku sedang tertekan. Aku sedang tidak dalam kondisi yang baik. Bukan hanya ingin menangis, aku bahkan ingin marah dan memukul seseorang jika diperlukan.
Aku menatap sinis Lucky. Hati kecilku sudah menjerit untuk berhenti, berhenti dari hal aneh apapun yang muncul dikepalaku. Tapi marah sudah merajai pikiranku. Nasehat Lucky bagai bensin yang memarakkan percikan api kesal di hatiku.
“Kamu pikirkan dirimu sendiri! Urus keluargamu yang selalu berisik setiap malam!” Lucky terdiam, begitupun aku.
Beberapa detik setelah Lucky tersenyum pelan dan menghilang barulah aku kembali pada keadaan waras.
Aku pasti gila.
Iya aku adalah manusia paling tidak beguna dimuka bumi ini. Bagaimana mungkin aku menyakiti hati malaikat penolong dengan kata-kata jahat. Aku seharusnya musnah saja.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY POWDER
Fanfiction"Cintai dirimu sendiri. Duniamu sudah manis, biar aku tambahkan taburan bubuk keberuntungan untukmu." . . Repost ulang 30 day writing challage di IG tahun 2019..