Jarak

49 11 0
                                    

Menurutku hal yang tidak bisa diubah selain nilai rapotku yang pas-pasan adalah hubunganku dengan Lucky. Sedekat apapun kami tinggal. Seakrab apapun saat kami bicara. Sesering apapun kami berjalan bersama. Hubungan kami tidak bisa berubah. Aku selalu merasa ada batas tidak terlihat diantara kami. Jarak yang amat luas yang tidak bisa aku ukur dengan penggaris kayu milik bu Guru.

Sesuka apapun aku tidak bisa merubah status kami sebagai tetangga yang kebetulan sekelas.

Bagaimanapun aku adalah sahabat bagi lelaki kurus itu. Jika aku melanggar, mungkin aku bisa kehilangan satu-satunya sosok sahabat baik itu.

Tapi aku kembali tidak yakin bahwa kami bersahabat ketika aku tidak sengaja membaca lembaran kertas di meja guru saat piket umum. Diatas sana terdaftar nama Lucky, dan di atasnya lagi tertulis judul 'Beasiswa Perguruan Tinggi Negeri'.

Aku tidak terkejut jika Lucky mendaftarkan diri di Kota ini, tapi... Yah, dengan otaknya yang cerdas aku tahu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk merantau ketempat yang lebih baik. Tapi.. Kenapa tidak disini saja?

Kenapa tidak cerita padaku?

Kenapa meninggalkanku?

Aku mendengus kesal. Aku harus mengingatkan diri sendiri. Memangnya aku siapa sih? aku hanyalah tetangga yang kebetulan sebaya dengannya. Tidak istimewa sama sekali.

Aku menggigit bibir pelan. Jarak antara aku dan Lucky, sekarang, bertambah jelas.

 Jarak antara aku dan Lucky, sekarang, bertambah jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


...

LUCKY POWDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang