Sudah tiga hari berlalu sejak upacara pemakaman Direktur Jung Jaehyun, putra tunggal dan penerus satu-satunya Dream Group.
Ditengah tatapan tajam anggota keluarga yang semuanya masih mengenakan pakaian hitam rapi, pengacara perusahaan itu mendapat isyarat dari Jung Yunho untuk membacakan isi surat wasiat yang ditinggalkan oleh almarhum.
Yunho yang baru saja kehilangan putranya mengangguk pelan, dan Pengacara Lee yang sudah lama menjadi tangan kanannya berdeham ringan lalu mulai berbicara.
"Seperti yang telah Anda sekalian ketahui, almarhum Jaehyun selalu berusaha dan bekerja keras demi perusahaan bahkan sampai detik-detik terakhir hidupnya. Anda sekalian pasti juga mengakui betapa almarhum sangat mencintai Dream Group."
Mendengar ucapan Pengacara Lee, serentak semua orang di ruang rapat itu terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya, kecuali satu orang yang mencibirkan bibirnya dan tersenyum sinis.
Orang itu adalah anak kandung Jaehyun, Jeno, yang kini berusia 20 tahun.
Mencintai perusahaan? Omong kosong. Anjing pun mungkin akan tertawa mendengarnya.
Ayahnya itu memang mencintai banyak hal, kecuali satu hal. Mencari uang.
Rasanya semua orang di ruangan itu apalagi orang-orang yang tertarik dengan harta peninggalan ayahnya pun tahu kalau ayahnya dulu seorang playboy yang suka mempermainkan wanita dengan wajah tampan dan karismanya.
Tentu saja, saat ini perhatian orang-orang itu bukan tertuju pada kesalahan dan tindakan buruk yang dilakukan almarhum, melainkan pada nama-nama yang tertulis pada enam lembar kertas surat wasiat itu dan apa yang akan menjadi warisan mereka.
Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang tidak keberatan melupakan dan memaafkan sikap buruk almarhum, asalkan mereka bisa mendapatkan bagian dari warisan itu.
Di dalam ruang baca yang sunyi itu, Yunho dapat melihat tawa bisu di wajah Jeno. Salah satu anak lelaki almarhum yang lain, Jaemin, pun menatap kakak angkatnya itu.
Jaemin menatapnya dengan geram dan kesal melihat sikapnya yang tidak sopan. Sementara itu, Jeno balas menatapnya tajam, seolah menantangnya sambil memasang senyum aneh di wajahnya hingga akhirnya Jaemin terlebih dahulu mengalihkan pandangannya.
Pengacara Lee kembali berdeham pelan seolah meminta perhatian dari orang-orang di ruangan itu dan perlahan membuka surat wasiat tersebut di atas meja.
"Rumah yang terletak di daerah Pyongchang dan seluruh saham perusahaan akan diwariskan pada putra tertua almarhum, Jung Jeno. Lalu, saham di Universitas Kyung Hwan akan diberikan kepada Nyonya Ten dan putra keduanya, Jung Jaemin."
"Apa? Yang benar saja."
"Kenapa malah anak di luar nikah yang tidak jelas hubungan darahnya itu..."
Sebelum Pengacara Lee menyelesaikan ucapannya, seruan kaget langsung terdengar dari seluruh penjuru ruangan. Isi surat wasiat itu benar-benar tidak terduga terutama bagi ibu Jaemin, Ten, yang sejak dulu ikut bersabar mengurusi Jeno yang lahir bukan dari pernikahannya.
Tatapannya terlihat penuh amarah dan kebencian yang luar biasa. la tidak percaya suaminya akan mewariskan seluruh saham perusahaan kepada Jeno.
Bagi orang yang selama ini bertahan dengan memegang harga dirinya sebagai istri yang sah dari suaminya, isi surat wasiat itu benar-benar merupakan penghinaan yang tidak tertahankan baginya. Ia merasa dipermainkan oleh suaminya bahkan setelah suaminya itu meninggal dunia.
"Ayah, apa ini semua adalah ide Ayah?"
"'Kau benar-benar ingin tahu?"
Mendengar pertanyaan menantunya yang terlihat sangat shock, sehingga melupakan berbagai aturan dan tata krama yang selama ini ia jaga, Yunho hanya balik bertanya dengan wajah datar. Sementara itu, Ten langsung memalingkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to get a wife (Noren Ver.)
FanfictionDunia sepertinya sudah semakin gila ketika aku melihat iklan untuk mencari 'istri kontrak' yang terpasang di koran hari itu. Apalagi, adikku sendiri yang baru berumur 20 tahun, yang memiliki perbedaan umur lebih dari 12 tahun dengan lelaki itu. Bena...