Renjun awalnya mengira bahwa tinggal bersama laki-laki yang banyak maunya dan menjengkelkan itu akan sangat melelahkan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia sadar kalau ternyata tinggal bersama Jeno tidak seburuk yang ia kira.
Meskipun selalu terlihat sangat sibuk dan tidak punya waktu luang, Jeno selalu berusaha mematuhi aturan yang ada di rumah itu. la tidak pernah menginap di luar, selalu sarapan pagi, dan pernah satu kali ia memberitahu ketika akan pulang telat.
Suatu kesadaran diri yang tidak terduga sebelumnya. Meskipun pesan itu disampaikan oleh sekretarisnya, tetap saja merupakan sesuatu yang tidak terduga dari seorang Jeno.
Setelah Renjun menasihatinya panjang lebar malam itu, keesokan harinya datang mobil pengantar kiriman barang dari sebuah mal, mengantarkan setumpuk handuk yang rasanya cukup untuk persediaan bertahun-tahun.
Meskipun Renjun terkejut, untuk hal ini ia masih bisa bersabar. Rasanya seluruh handuk di mal itu dibawa ke rumah Renjun. Bahkan, handuk dari mal di area lain juga ikut diangkut ke rumahnya.
Pihak mal bisa saja salah paham menduga handuk-handuk itu akan dibagi-bagikan secara gratis sebagai promosi perusahaan dan mungkin merasa heran sendiri mengapa membeli handuk untuk dibagi-bagikan seperti itu dari mal mahal.
Pokoknya, sesuai keinginannya, kini handuk di kamar mandi rumah itu berjajar rapi sesuai warnanya masing-masing.
"Pangeran Eonni itu apa kabar?" tanya Haechan sambil menatap Renjun yang bangun agak terlambat seperti biasanya, sarapan pagi, dan kini bersiap-siap untuk keluar rumah.
"Oh, tentu saja dia masih tetap bersinar seperti dulu."
Renjun mengangguk-angguk dengan bahagia membayangkan pangerannya itu.
Jaemin Sonsaengnim hampir selalu berada di rumah kaca belakangan ini. Oleh karena itu, belakangan ini Renjun selalu terpesona oleh bunga-bunga mawar di rumah kaca itu dan juga pangerannya setiap ia datang ke rumah kaca.
Ada gosip yang mengatakan bahwa pangerannya itu adalah keturunan konglomerat atau bahwa dulunya ia adalah seorang aktor cilik, namun belum ada seorang pun yang bisa memastikan tentang hal itu.
Jaemin yang terkenal penuh perhatian, lembut, dan sifatnya yang sempurna itu sebenarnya tidak hanya menjadi idola di kalangan mahasiswa pascasarjana, tetapi juga mahasiswa sarjana. Renjun pun sepertinya mempunyai selera yang sama dengan mereka. Hatinya selalu merasa berdebar-debar setiap melihat senyum lebarnya dan suaranya yang lembut dan rendah. Seolah melihat seorang selebriti di hadapannya.
"Kalau ada orang yang masih hidup dan bersinar, itu berarti dia aneh. Lagi pula dia kan bukan dewa."
"Huh. Kau tahu tidak mengapa aku menyebutnya pangeran? Karena ia selalu bersinar dan membuat kaca-kaca di rumah kaca itu berkilau. Jadi, kaca-kaca itu tidak perlu dipoles lagi."
"Memangnya setampan itu?"
"Tentu saja. Selain itu, sifatnya juga baik luar biasa."
"Siapa?"
Satu-satunya orang di rumah keluarga Renjun yang tidak tahu mengenai pangerannya itu adalah Jeno yang selalu pergi kerja juga di hari Minggu.
Renjun segera membungkam mulutnya melihat Jeno yang menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. Aneh sekali. Tidak biasanya ia menatapnya seperti itu.
Renjun yakin kalau ia hanya akan dicemooh jika bercerita tentang pangerannya itu. Namun, Jisung dan Haechan yang tidak mengerti isi hati kakaknya malah ikut-ikutan meledek kakak mereka.
"Katanya ada pangeran di rumah kaca di kampus Noona."
"'Ya! Park Jisung!"
"Pangeran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How to get a wife (Noren Ver.)
Fiksi PenggemarDunia sepertinya sudah semakin gila ketika aku melihat iklan untuk mencari 'istri kontrak' yang terpasang di koran hari itu. Apalagi, adikku sendiri yang baru berumur 20 tahun, yang memiliki perbedaan umur lebih dari 12 tahun dengan lelaki itu. Bena...