0.7

1K 122 1
                                    

Setiap Jumat sore, suasana kantin kampus memang cukup sepi. Para mahasiswa biasanya hanya makan siang seadanya dan segera meninggalkan kampus untuk menyambut akhir pekan.

Seharusnya, Renjun bisa lebih santai hari in karena ia hanya perlu menyiapkan menu makanan Jepang, udon, untuk hari Sabtu.

Namun, isi kepalanya sangat rumit sampai rasanya hampir pecah. Kalau ia tidak segera menyelesaikan urusan di bank dalam bulan ini, maka keluarganya terpaksa diusir dari rumah kecil mereka.

Meskipun cuaca sudah mulai menghangat dan musim panas akan segera datang, tetap saja ia tidak bisa membiarkan keluarganya menjadi gelandangan yang tidur di pinggir jalan.

Mungkin saja Haechan tertarik mengikuti iklan itu karena masalah ini.

Apa yang harus kulakukan? Pasti akan sulit jika ia meminta pinjaman dari bank yang mendesaknya untuk membayar utang.

Tidak ada seorang pun di Hwaniwon hari ini dan Renjun tidak menyadari kalau sinar matahari yang biasanya memenuhi padang itu kini perlahan tertutup oleh awan.

"Sepertinya tempat ini terlalu sunyi untuk dikunjungi seorang diri."

"Astaga!"

Renjun terkejut setengah mati melihat bayangan hitam yang tiba-tiba muncul di belakangnya. Suara yang familier, sosok yang asing. Lelaki itu.

Padahal ia pikir ia tidak akan bertemu dengan orang ini lagi, kenapa tiba-tiba ia muncul di tempat seperti ini?

Renjun memegangi dadanya yang terkejut dan memandang Jeno dengan tatapan curiga. Lelaki yang kali ini muncul di bawah sinar matahari itu terlihat lebih besar dan menakutkan.

"Kenapa kau terkejut seperti itu?"

"Kau bercanda ya? Mana ada orang yang tidak terkejut kalau kau tiba-tiba muncul seperti itu?"

"Ternyata kau ini bukan sainganku."

"Apa?"

Renjun mengerutkan dahinya melihat lelaki yang menurutnya kasar ini. Bukannya minta maaf karena telah mengejutkannya, melainkan malah bergumam seorang diri.

"Kenapa kau ada di sini?"

Ia bertanya pada Renjun. Jeno memandang orang yang menatapnya dengan penuh curiga dan waspada itu. Ia sendiri pun tidak menyangka akan bertemu dengan Renjun di tempat ini. la pun bukan sengaja datang ke tempat ini untuk bertemu dia.

la memang sudah bertekad untuk berbicara lagi dengan Renjun, tetapi bukan di tempat seperti ini. la menatap Renjun dengan dingin, sementara Renjun menatapnya dengan tatapan yang berapi-api.

Jangan-jangan ia masih mau merayu Haechan?

Tanpa sadar, Renjun mengepalkan kedua tangannya. Meskipun keluarga mereka sedang terdesak, Renjun sama sekali tidak pernah berniat untuk menjual adik perempuannya itu.

"Kau ini percaya dengan kebetulan tidak?"

"Tidak mungkin."

Renjun mendengus pelan mendengar pertanyaan Jeno. la memang pernah mengalami beberapa kebetulan dalam hidupnya, tetapi ia ingin menghindari kebetulan dengan lelaki ini sebisa mungkin.

Begitu pula dengan Jeno. Di area kampus seluas ini, ia sama sekali tidak menyangka akan bertemu dengan Renjun di atas bukit ini. Seandainya mereka tidak sengaja bertemu di kantin tempat Renjun bekerja atau ruang direktur, Jeno, mungkin bisa mudah dimengerti.

Namun, keduanya benar-benar tidak menyangka akan bertemu di Hwaniwon, di padang rumput tempat wangi rumput liar bisa tercium dengan jelas.

"Kupikir kau berubah pikiran."

How to get a wife (Noren Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang