1.5

845 104 11
                                    

Dari penampilannya ia tidak terlihat sensitif? Halus sekali ucapan temannya ini.

Bagi Renjun, dari penampilannya saja jelas terlihat kalau Jeno adalah orang yang sangat sensitif.

Renjun menghela napas panjang mengingat e-mail balasan dari Mark. la mengerti mengapa Mark menolak Jeno. Ia pun sebenarnya tidak ingin menjadikan lelaki yang menyusahkan dan rewel itu sebagai teman serumahnya.

Teman serumahnya itu benar-benar bersikap seperti bos di rumah Renjun. Baru dua hari ia tinggal di rumah itu, Haechan sudah berkali-kali menanyakan pada Renjun kapan ia akan pergi dari rumah mereka.

Lami yang suka berlari-larian di dalam rumah itu pun sampai berjalan sambil berjingkat-jingkat karena ajussi yang menyeramkan. Apalagi Jisung yang berada sekamar dengannya, kelihatannya ia benar-benar tersiksa.

Mau bagaimana lagi? Bahkan temannya sendiri saja tidak menyukainya.

"Kau sedang memikirkan apa?"

Renjun yang sedang memikirkan bagaimana caranya agar ia dan adik-adiknya bisa bertahan menghadapi Jen, terkejut mendengar suara berat yang terdengar dari atas kepalanya.

Jung Jaemin Sonsaengnim tahu-tahu sudah berdiri di dekatnya dan menatapnya.

"Ah, tidak. Hanya sedikit urusan rumah."

Mendengar jawaban Renjun, Jaemin menganggukkan kepalanya dan duduk di sebelah Renjun. Melihat keringat yang membasahi kening putihnya, sepertinya ia baru keluar dari rumah kaca.

Ya Tuhan, Jaemin sonsaengnim duduk di sebelahku.

Jantung Renjun mulai berdebar-debar.

"Kau mau?"

Jaemin menyodorkan minuman yang ia pegang. Sepertinya ia salah paham melihat Renjun yang terus memandanginya dan mengira itu karena minuman yang ia pegang.

Aigoo. Memalukan sekali aku ini.

Renjun panik, takut kalau-kalau air liurnya menetes di depan pangerannya itu.

"Tidak. Sepertinya Sonsaengnim sangat kehausan."

"Tadi aku sudah minum satu botol. Tadi ada mahasiswa memberikan minuman ini padaku. Karena tidak enak kalau kutolak, jadi aku terima saja."

Begitu Jaemin kembali menyodorkan minuman itu, Renjun menerima botol orange juice itu dengan sopan.

"Hari ini katanya ada tanaman baru di kebun buah, kau tidak ke sana? Kau suka dengan hal-hal seperti itu kan?"

"Oh, hari ini rupanya."

Begitu Jaemin memberitahu hal itu pada Renjun, mata Renjun langsung terbelalak lebar. Belakangan ini, ia terlalu banyak pikiran sehingga melupakan hal-hal penting seperti itu.

Wangi bunga yang terbawa angin sejenak memenuhi Hwaniwon lalu menghilang. Sinar matahari petang itu pun perlahan menghilang.

"Mau pergi ke sana denganku?"

"Ah, tidak bisa. Sore ini aku ada urusan."

Renjun berkata dengan wajah menyesal dan Jaemin tersenyum kecil memakluminya. Bagi Renjun yang sangat menyukai bahkan setiap helai rumput di kampus ini, Jaemin tahu bahwa Renjun benar-benar menyesal karena harus melewatkan kesempatan melihat tanaman baru yang masih kecil itu.

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi."

"Iya, Sonsaengnim."

Renjun membungkukkan badannya member hormat dengan semangat ketika Jaemjn berjalan melewatinya. Tiba-tiba, Jaemin menghentikan langkahnya dan menoleh padanya sambil mengernyitkan dahinya.

How to get a wife (Noren Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang