3.9

827 86 6
                                    

Udara di taman botani yang terletak di sebuah gunung di Provinsi Gangwon itu benar-benar terasa segar.

Kalau dilihat dari lokasi taman ini, kemampuan bisnis Jaemin ternyata bagus juga. Namun, yang penting bagi Jeno saat ini adalah bahwa cintanya ada di tempat ini.

Melihat Renjun yang memandangnya sambil mendongakkan kepalanya itu, Jeno langsung menyadari betapa ia sangat merindukannya. Ia bertekad bahwa pertarungan ego mereka hari ini adalah yang terakhir kalinya.

"Lama tidak berjumpa denganmu."

"Benar juga."

Lama tidak berjumpa?

Saat ini tepatnya sudah 14 hari 8 jam berlalu sejak terakhir kali mereka bertemu. Setiap hari rasanya terasa sangat panjang dan ia selalu merindukan Renjun.

"Mau minum?"

"Apa saja."

Renjun bergumam dengan wajah tidak peduli lalu meletakkan segelas minuman hitam di hadapan Jeno.

Jeno menatap minuman berwarna hitam itu seolah menatap racun. Sementara, begitu Renjun yang tadinya tidak berkata apa-apa itu
mengernyitkan dahinya, mau tidak mau Jeno menghabiskan segelas minuman itu. Meskipun rasanya tidak mematikan, bisa dikatakan rasanya pahit seperti racun.

"Itu sari kudzu. Tidak akan membuatmu mati."

"Rasanya aku hampir mati." Jeno meletakkan gelas kosong itu dan mengaku dengan ketus.

Sebenarnya selama beberapa hari yang lalu, ia benar-benar merasa hampir mati. Rasanya seperti ada satu bagian tubuhnya yang mati. Merindukan seseorang yang tidak bisa ditemui benar-benar suatu penyiksaan. Berusaha mengabaikan perasaannya itu juga sama menyiksanya.

"Kau akan terus di sini?"

"Udara pegunungan, air, dan pemandangannya bagus. Aku suka tempat ini."

Jeno menatap mata Renjun yang bergumam dengan wajah tidak peduli. Kemudian, mereka bertatapan selama beberapa saat.

Perhatian kedua orang yang terus bertatapan selama entah satu menit atau sepuluh menit itu terpaksa terpecah oleh dehaman pelan seorang tamu yang datang ke taman itu.

"Apa aku mengganggu?"

"Ah, tidak, Sonsaengnim. Sepertinya Sonsaengnim habis mendaki gunung ya?"

"Iya, karena hari ini akhir pekan. Kalau taman ini dibuka, aku kan tidak bisa mendaki melalui jalan ini lagi."

"Kenapa tidak bisa? Di luar taman ini juga masih ada jalan."

"Tetapi tetap saja berbeda jika ada Renjun-ssi di taman ini."

Awalnya, Jeno menganggap orang itu hanyalah tamu. Oleh karena itu, ia bersabar. Namun, ia agak tidak suka mendengar Renjun menyebut kata Sonsaengnim karena mengingatkannya akan panggilan Renjun untuk Jaemin. Lalu, ia semakin marah ketika tamu itu balas menyahut dengan panggilan Renjun-ssi yang disambut dengan tawa ramah oleh Renjun.

Lelaki itu tetap tersenyum ramah pada Renjun meskipun Jeno sudah menatapnya dengan menyeramkan dan akhirnya ia meninggalkan
tempat itu. Jeno yang semakin kesal karena tingkah lelaki itu segera menatap punggung lelaki itu dengan garang melalui pintu lounge taman yang belum sepenuhnya selesai dibangun.

Lelaki itu bersikap ramah pada Renjun dan Renjun pun...

Sial.

Renjun, meskipun selama ini tugasnya hanya mengambilkan nasi dengan kalem, namun di sekelilingnya ternyata banyak sekali lelaki yang kelaparan.

How to get a wife (Noren Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang