3.2

719 88 3
                                    

Begitu pamannya meninggalkan kantor itu karena tidak sabar ingin bertemu dengan Lami, Renjun dan Jeno saling berpandangan.

Mereka sudah mengetahui bagaimana ayah Jeno bisa bertemu dengan ibu Renjun. Mereka juga sudah mengetahui maksud pesan yang ditinggalkan oleh ibu Renjun di balik foto itu.

Namun, mendengar penjelasan dari pamannya itu seolah membuat masalah ini menjadi semakin sulit untuk dimengerti.

"Katanya mereka melakukan upacara pernikahan dengan normal, tidak secara sembunyi-sembunyi, lalu mengapa Ibumu kabur?" Jeno sejenak terlihat ragu mendengar pertanyaan Renjun.

Hal itu juga mengganggu pikirannya sejak tadi. Kalau ibunya memang ingin kabur, seharusnya ia tidak perlu melakukan upacara pernikahan besar-besaran seperti itu.

Jeno mengerutkan dahinya memikirkan teka-teki yang tidak bisa ia pecahkan ini dan menatap Renjun. Namun, Renjun pun tidak tahu apa-apa mengenai hal ini. Sepertinya rahasia masalah ini belum sepenuhnya memperlihatkan wujudnya.

"Pasti dia bukan melarikan diri karena masalah uang, Ayahmu kan keturunan pengusaha kaya raya."

"Kalau kupikir-pikir, sepertinya ia tidak terlalu suka dengan ayahku."

Sampai sekarang pun, banyak rumor yang beredar mengenai alasan perceraian kedua orangtuanya itu. la pun tahu rumor apa saja yang beredar secara menyeramkan dari mulut ke mulut.

Ayahnya yang memiliki wanita lain, punya yang ingin melanjutkan berakting, perbedaan sifat antara keduanya, keluarga yang menentang hubungan mereka, dan lain-lain.

Rumor-rumor itu sungguh beraneka dan terus ramai dibicarakan orang-orang saat itu. Jeno kini tahu dari mana sebagian besar rumor itu berasal.

"Yang benar saja."

"Entahlah. Hal itu tidak terlalu penting saat ini. Bagaimanapun, tetap saja ibuku mengkhianatiku!" Jeno menyahut dengan ketus.

Dua belas tahun, sejak saat itu ia harus berjuang hidup seorang diri di sini. Ia masih ingat setiap tatapan dingin yang tertuju padanya saat itu.

"Apa benar ia menerima uang itu?"

"Apa?"

"Kau sudah mengeceknya?"

"Tidak perlu aku cek lagi. Karena aku sudah mendengarya secara langsung."

Ibunya sudah mengatakan hal itu dengan jelas pada pengacara yang membawa Jeno saat itu. Bahwa ia sudah menerima uang yang dijanjikan. Saat Jeno berumur 12 tahun.

Ketika Jeno resmi menjadi anggota keluarga Kim, ibunya menerima uang dalam jumlah besar dari sumber yang sudah jelas.

Jeno masih ingat betapa takut dan putus asanya ia saat itu.

"Semua itu pasti ada alasannya."

"Kau ini benar-benar polos sekali. Hanya ada satu alasan mengapa ia menerima uang itu. Tentu saja karena rasa tamaknya." Jeno berkata sinis seolah mengkritik ibunya, namun Renjun menggelengkan kepalanya pelan.

"Tidak. Aku juga menerima uangmu, tapi bukan karena rasa tamak. Tapi karena aku tidak punya pilihan lain."

"Situasimu kan berbeda dengan ibuku." Jeno menyahut dengan cepat, sementara Renjun hanya berdecak pelan.

Kenapa orang ini keras kepala sekali dan tidak bisa dinasihati seperti ini? la benar-benar hidup dalam kesalahpahaman selama ini, batin Renjun. Pasti ia akan lebih terluka karena tidak memercayai hal itu.

"Tentu saja. Ibumu pasti lebih merasa terdesak. Aku harus melindungi adik-adikku, sementara ibumu kan harus melindungi anaknya sendiri. Pasti ia punya alasan sendiri."

How to get a wife (Noren Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang