0.9

904 106 4
                                    

"Maafkan aku. Sepertinya memang tidak mungkin."

Mendengar permintaan maaf Jeno, Renjun mengangkat kepalanya dan menatapnya. Di wajahnya memang tidak terlihat tanda- tanda penyesalan, tetapi ekspresinya jelas berubah.

Wajahnya yang terlihat terluka itu entah mengapa membuat Renjun merasa tidak nyaman. Padahal yang melakukan kesalahan adalah lelaki itu, tetapi entah kenapa rasa kasihan membuat Renjun ragu dengan keputusannya.

"Kenapa kau tidak menikah dengan orang itu? Kalau kau memang mencintainya, kau kan bisa memegang tangannya dan mengajaknya pergi bersamamu, bukannya malah menculikku seperti ini."

Renjun yang saat itu merasa lebih aman, memberi saran dengan hati-hati pada Jeno.

Kalaupun pernikahannya adalah hari ini, masih belum terlambat. Meskipun akan menyakiti hati calon pengantin laki-lakinya, setidaknya ini masih lebih baik daripada membiarkannya menikahi wanita yang mencintai orang lain.

Meskipun tidak seindah di film-film, setidaknya mereka berdua tidak akan sama-sama hidup menderita ke depannya nanti.

"Karina tidak menginginkan hal itu."

"Kalau kau melamarnya dengan cara seperti ini, tentu saja ia akan menolakmu."

Jeno menyahut dengan suara yang lebih lembut, dan Renjun pun berkata padanya dengan nada yang lebih santai

"Oh ya? Jadi itu masalahnya..."

Mendengar Jeno yang bergumam seorang diri, Renjun yang tadinya memperhatikan jalan di luar jendela dan bertanya-tanya dalam hati kapan ia bisa turun dari mobil ini segera menoleh pada Jeno dengan tatapan terkejut.

Jangan-jangan, ia benar-benar memperlakukan wanita itu seperti ini? Pantas saja. Ternyata jalan pikiran orang ini memang seperti jalanan satu arah.

"Tentu saja. Kau tahu tidak, di dunia ini ada juga namanya minta tolong dan urusan pribadi. Tidak hanya sekadar ancaman atau negosiasi."

"Kalau aku memiliki urusan pribadi dan minta tolong padamu, apa kau mau mengabulkannya?"

"Tidak."

Tentu saja tidak bagi Renjun. Namun, sepertinya Jeno kini telah menemukan cara untuk membujuk Renjun.

Tatapannya sekilas terlihat bersemangat kembali, tetapi Renjun yang sudah terlalu merasa aman dan tenang tidak menyadarinya.

"Bukan saatnya kau berbuat seperti ini padaku. Kau harus segera meminta maaf pada Karina dan mengajaknya kembali. Pasti ia akan memahamimu."

"Aku ini anak yang lahir di luar nikah."

"Apa?"

"Anak yang lahir di luar nikah, dari skandal seorang konglomerat bodoh."

Anak di luar nikah? Renjun mengerutkan dahinya, tidak mengerti mengapa tiba-tiba Jeno berkata seperti itu padanya. Lalu, apa bubungannya?

Kemudian mata Renjun terbelalak lebar seolah teringat sesuatu. Ternyata alasan lamaran Jeno ditolak adalah karena masalah asal-usulnya itu.

"Jangan-jangan..."

"Benar. Tidak ada keluarga yang mau menerima anak haram sebagai menantu mereka. Aku juga tidak ingin disebut sebagai suami yang lahir di luar nikah oleh wanita itu."

Jeno dengan tenang dan jujur memberitahu alasannya berpisah dengan Karina. Mungkin saja ia bisa menggerakkan hati Renjun dengan bercerita jujur apa adanya.

"Omong kosong macam apa itu? Masa hanya karena masalah sepele itu, hubungan kalian ditentang dan sampai harus berpisah seperti ini?"

"Bagi kami, ini bukanlah masalah sepele."

How to get a wife (Noren Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang