Bibir yang hangat itu membuat jantungnya berdebar-debar. Renjun menahan napas bahagia dengan bibir Jeno yang menciumnya kuat dan sentuhan tangannya yang membuat Renjun mundur selangkah.
la pergi menuju Seoul bersama Jeno dan belum sampai sepuluh menit sejak ia tiba di rumah Jeno. Itu adalah pertama kalinya ia mengunjungi rumah Jeno, namun ia sama sekali tidak sempat memperhatikan interior yang ada di ruangan itu. Jantungnya serasa hampir meledak melihat tatapan mata Jeno.
"Hm, Jeno-ssi."
"Kan sudah kukatakan. Aku tidak bisa menunggu lagi."
Keinginannya itu benar-benar terlihat jelas di bola mata Jeno, sampai-sampai Renjun yang polos pun segera menyadarinya. Sinar mata Jeno yang terlihat sangat mendambakan Renjun dan ingin memilikinya seolah tidak bisa bersabar lagi.
"Kau tidak bisa mundur lagi."
Sebelum Renjun sempat berkata apa-apa, Jeno menggelengkan kepalanya dengan yakin. la terus memikirkan hal ini dalam perjalanan ke tempat ini. la tidak ingin melepaskan Renjun lagi. Sudah cukup banyak waktu yang mereka habiskan untuk berada saling terpisah satu sama lain.
"Tapi itu, di peraturan keluargaku nomor 49-"
"Aku yakin ibumu juga dulu pasti melanggar beberapa peraturan keluarga untuk bisa melahirkanmu." Jeno menjawab dengan serius menanggapi alasan Renjun.
Tadinya ia sempat bertanya-tanya mengapa Renjun tidak mengungkit soal peraturan keluarganya. Bisa sampai ke tempat ini
setelah melewati rintangan beberapa peraturan itu mungkin sudah merupakan sesuatu yang hebat bagi Renjun."Benar. Peraturan keluarga nomor 30. Jangan ragu-ragu jika memang mencintainya."
"Kalau begitu, berarti kita harus mengikuti peraturan itu."
Jeno kini akhirnya menemukan peraturan yang paling bagus dari sekian banyak peraturan keluarga yang ditinggalkan oleh ibu Renjun. Ia pun sama sekali tidak berniat mundur atau melarikan diri lagi di depan orang yang dicintainya ini. la tidak akan melepaskan Renjun lagi.
Ini bukan pertama kalinya bagi Jeno melihat tubuh seseorang. Namun, Renjun membuatnya lebih tegang dan bersemangat dibandingkan saat masa pubertasnya dulu.
la menyentuh wajah Renjun yang terlihat
tegang dengan ujung jarinya. Dari matanya sampai pipinya yang memerah. Menyentuh wajahnya yang terasa lembut seperti mochi itu membuat napas Jeno semakin menderu."Cantik."
Renjun mau tidak mau menahan napas melihat rasa haus yang mendalam dari tatapan mata dan sentuhan Jeno.
Renjun hendak membuka mulutnya dan berkata sesuatu, namun dari mulutnya yang keluar hanyalah suara helaan napas pelan.
"Hm, Jeno-ssi."
"Ssttt..."
Seolah tidak memberi pilihan apa-apa pada Renjun, Jeno menariknya ke dalam pelukannya dan menciumnya. Isi hatinya yang seolah mengatakan tidak menerima penolakan dalam bentuk apa pun itu tersampaikan melalui ciumannya yang dalam. Lebih dekat. Lebih dalam. Napas mereka semakin cepat dan tangan mereka pun semakin sibuk saling menjamah bagian tubuh orang yang sedang berada di pelukannya.
"Aku ingin melakukannya perlahan, tapi sepertinya aku tidak bisa."
Jeno berkata dengan jujur kepada Renjun yang berada di bawah tubuhnya. Namun, berbeda dengan pengakuannya, Jeno ternyata adalah kekasih yang romantis.
Otot-ototnya terlihat di lengannya yang kokoh dan keringat menetes di dahinya yang lurus. Meskipun begitu, Jeno tetap melakukannya dengan perlahan demi Renjun. Napasnya yang terasa di telinga Renjun, sentuhan tangannya yang terasa di dadanya, dan suhu tubuhnya yang terasa di seluruh tubuh Renjun membuat kulit putihnya seolah bersemu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to get a wife (Noren Ver.)
FanficDunia sepertinya sudah semakin gila ketika aku melihat iklan untuk mencari 'istri kontrak' yang terpasang di koran hari itu. Apalagi, adikku sendiri yang baru berumur 20 tahun, yang memiliki perbedaan umur lebih dari 12 tahun dengan lelaki itu. Bena...