Bab 06. Siapa Dia, Dam?

42 7 0
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka.

Jangan lupa untuk vote sebelum membaca, dan comment sesudah membaca.

Akan ada rewards untuk 2 orang yang aktif memberikan kritik, saran, dan komentar positif di sini.

Happy reading!🤍

"Luna butuh lo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Luna butuh lo!"

Suara Deri berdengung mengganggu pendengaranku. Dengan cepat aku membuka pintu perpustakaan, dan berhasil mendapati Adam dan Deri yang sedang bersitegang.

Deri yang melihat kehadiranku secara tiba-tiba, langsung melepas kerah Adam yang sedari tadi dicengkeramnya. Aku menatap Deri heran.

"Luna siapa, Der?" tanyaku masih dengan nada yang biasa.

"Reth, ngapain keluar?"

"Tha?" Deri menghampiriku dengan tatapan iba. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang, aku hanya terdiam meresapi ucapan Deri tentang siapa Luna yang disebutnya tadi.

"Reth, ayo pergi!" Adam menarik tanganku secara tiba-tiba. Ia membawaku menjauh dari keberadaan Deri yang masih mengawasi kami.

"Tha, jangan sama dia!" teriak Deri dengan lantang. Aku yang merasa tidak enak dengannya segera menoleh ke arah Deri. Di dalam pikiranku terus saja bergejolak dan menerka-nerka apa sebenarnya yang terjadi di antara Adam dan Deri.

"Aretha!"

"Aku mohon jangan dengarkan dia, Reth," ucap Adam dengan suara bergetar. Langkah kaki pria itu semakin berderap cepat sehingga aku tidak mampu untuk mengimbanginya.

Dengan sekuat tenaga, aku berusaha melepas cengkeraman tangan Adam yang perlahan menyakitkan. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat Adam seperti ini, apalagi setelah pertengkarannya dengan Deri.

Aku akui memang diriku tidak begitu mengenal Deri dengan baik, tetapi sepertinya Adam mengenalnya sehingga yang terjadi di antara mereka cukup asing bagiku. Tentu aku tidak mungkin terlibat ke dalam masalah yang mereka hadapi, tetapi setelah mendengar Deri memohon kepadaku seperti tadi, aku jadi penasaran.

"Sebenarnya ada apa, sih, Dam? Kenapa kamu sama Deri berantem kayak tadi? Kamu mau cerita sama aku?"

Aku kira Adam akan berhenti dan menceritakan semuanya, tetapi nyatanya tidak. Pria itu malah semakin mempercepat langkahnya di samping tangan kanannya masih mencekam pergelanganku.

"Dam, sakit!"

Adam masih tidak menghiraukanku. Aku berusaha menenangkan hati atas kekalutan diriku. Terlebih dengan pemikiran tentang siapa Luna yang beberapa menit lalu menggangguk sistem kerja otakku. Aku tidak bisa menghiraukan perkataan itu. Sungguh aku bukanlah orang yang dapat dengan cepat melupakan suatu hal yang melibatkanku.

"Adam," ucapku lirih. Ringisan keluar dari bibir tipisku. Aku sudah tidak tahan dengan sakit yang Adam berikan lewat cekalan ini.

Adam menghentikan langkah kakinya. Perlahan cekalan di pergelangan tanganku mengendur. Ia berbalik dengan wajah datar sembari menunduk.

Menjadi Dia (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang