Aku mencoba untuk tidak menghiraukan apa yang mengganggu pikiranku saat ini. Akan tetapi, setelah mendengar Adam dan Deri menyebutkan satu nama yang membuatku begitu penasaran, aku tidak bisa tinggal diam--pura-pura tidak tertarik dengan topik yang mereka lemparkan sendiri.
Pikiranku berkelana bagai kapas beterbangan yang tertiup dengan angin kencang. Dadaku terasa bergemuruh dan suasana hatiku mendadak memburuk. Ada banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan kepada Adam. Namun, aku masih merasa bahwa aku tidak berhak untuk bertanya lebih dalam tentang satu dan lain hal.
Aku mengingat dan mengerti di mana posisiku berada. Aku juga cukup sadar bahwa selama mengenal Adam, kami tidak pernah berinteraksi sedikitpun. Jadi, atas dasar apa aku bertanya lebih tentangnya?
Aku memang ingin terlihat seperti perempuan yang tidak terlalu ikut campur urusan pria itu di hadapannya, tetapi statusku saat ini mengarahkanku untuk mencari tahu lebih dalam apa yang tidak aku ketahui.
Terbesit di benakku untuk menemui Deri di belakang Adam. Aku harus meminta penjelasan lebih darinya. Tentang siapa itu Luna yang namanya disebutkan oleh Adam dan Deri.
Hari ini mata kuliahku hanya dua, dan kebetulan aku sekelas dengan Deri. Sebelum menemuinya, aku sudah terlebih dahulu mengirimkan pesan di salah satu aplikasi chatting. Setelah menerima pesanku, Deri pun bersedia untuk memberikan waktuku bertemu dengannya.
Ada banyak yang ingin aku tanyakan, tentu saja dimulai dengan menanyakan siapa Luna sebenarnya. Mengingat perkataan Adam tempo hari, hatiku justru menjadi tidak tenang. Aku selalu kepikiran dengan hal yang tidak harus aku pikirkan.
Kebetulan hari ini Adam tidak ada jadwal kuliah, sehingga ia tidak mempunyai alasan apapun untuk datang ke kampus. Sebenarnya ia menawarkan dirinya untuk menjemputku ketika aku sudah selesai kelas, tetapi aku menolak dengan halus dengan alibi aku ingin terlebih dahulu bermain dengan teman. Beruntungnya Adam tidak mencecar pertanyaan macam-macam kepadaku sehingga ia menyetujui dan membiarkanku bermain dengan temanku.
Aku merasa sedikit lega karena Adam tidak melarangku ini dan itu. Hal itu membuatku dengan leluasa untuk melakukan pertemuan dengan Deri.
"Tha!"
Aku menoleh setelah mendengar namaku dipanggil. Ternyata itu adalah Deri. Dengan langkah yang cepat ia menghampiriku.
"Mau di kantin aja?" tawarnya. Aku pun menggeleng cepat.
"Jangan, Der! Kita bicara di luar kampus aja." Aku memperhatikan sekelilingku dengan ragu. "Tapi jangan sampai ada yang tahu, ya?"
Deri terkekeh. Melihat ketakutanku yang terlihat begitu mendalam, ia memastikan sekeliling kami aman. Setidaknya tidak ada orang yang ikut serta dalam hari pentingku tiga hari lalu yang melihatku bersama Deri saat ini.
"Aman, Tha. Gue pastikan nggak ada yang melihat kita," kata Deri begitu yakin. Aku pun mengangguk. Semoga saja apa yang dikatakan Deri bisa menenangkan jiwaku yang tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Dia (Lengkap)
Romanzi rosa / ChickLitMenjadi Dia Songfiction by Tiara Andini Start: 1 November 2022 Finisih: 30 November 2022 Epiphany Publisher *** Aku memang menyukainya. Semua yang ada pada dirinya membuatku terkesima. Namun, siapa sangka jika dia memintaku untuk menjadi kekasihnya...