'Kamu pergi sendirian?'
Kata-kata itu terus terngiang di pikiran Nula. Bagaimana tidak, Geby yang tadinya sangat cemas terhadap keselamatannya kini hanya bisa berteriak dengan lirih.
"Perasaan gua aja atau emang semua orang berubah sih akhir-akhir ini? Sungguh menyebalkan." Nula menghentikan laju sepedanya tepat di dekat Sungai Aanum.
"Kenapa kau menghalangi jalan gua?!" serunya pada sosok Verina. Namun makhluk itu hanya menunjuk ke arah sungai lalu hilang kembali.
Nula bisa merasakan energi baru yang dibawa oleh Verina. Energi itu membawa Verina dengan keyakinannya mendekati suangai Aanum.
Nula menatap aliran sungai itu untuk sejenak. Saat itulah matanya menangkap sebuah sosok yang sangat mengejutkan. Itu membuat asam lambungnya seketika naik, membuatnya merasakan sensasi ingin muntah.
"Tolooooonggg!!!!" jeritnya. Ia berlari kesana dan kemari mencoba mencari insan yang mau menolongnya. Namun daerah itu benar-benar sepi, hingga telinganya mampu menangkap suara rintikan hujan.
Akhirnya Nula memutuskan untuk kembali kesana. Ketika itulah seekor kucing kecil berwarna orange datang dan berputar di sekitarnya. Membuat Nula kesulitan untuk melanjutkan langkah.
Saat dia mendongak, matanya langsung disambut oleh wajah Verina yang penuh luka. Tak seperti biasanya. Verina menggelengkan kepala, "if you already know, then there is no need to interfere anymore," ujarnya dengan wajah datar.
Nula menonjolkan matanya. Mulutnya memuntahkan darah berwarna merah kehitaman. Dadanya terasa sangat sesak, ia sudah hampir kehabisan napas sekarang. Karena kurangnya pasokan oksigen, membuat raganya melemah dan akhkirnya tumbang.
Meskipun matanya nggak bisa lihat apa-apa namun, Nula tetap bisa mendentar rintikan hujan yang turun. Itu membawanya pada sebuah tempat yang dulu pernah ia pijaki.
Tempat saat pertama kalinya dia mengenal Verina. Namun, sekarang tempat itu telah berubah warna menjadi merah darah.
Tubuhnya benar-benar kaku. Nula bisa melihat dengan samar rantai besi yang mengekang hatinya. Itu benar-benar ada di depan matanya pas.
"Hai Nula! Aku tak bisa menunjukkan ragaku lagi, maaf. Mungkin ini adalah saat terakhir kita akan bertemu. Terima kasih sudah menjenguk ragaku. Ingatlah untuk selalu mengaktifkan semangat dalam jantungmu. Waktunya untukmu melepas semua rantai ini. Aku yakin kau pasti bisa!" Itu menjadi akhir perkataan Verina.
Sedetik kemudian, Nula bisa kembali bergerak. Dia melayang dan pergi menuju jantungnya. Mencoba mendalami maksud dari rantai-rantai ini.
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Nula mencoba menariknya. Namun, hal itu juga menyebabkan jantungnya terasa sangat sakit dan itu benar-benar bisa ia rasakan.
Rasa sakit itu mampu membuatnya meneteskan air mata berwarna kemerahan. Apa ini? Apaaa?! Gua nggak ngerti, astaga. Gimana cara keluar dari sini?
****
"Jika rumah ini adalah rumah Nula, maka pasti Lily menyimpan banyak perangkat disini. Aku harus mencarinya dan mengungkap semua tentang Nula itu! Aku yakin dia pasti sebuah kesalahan sama seperti Cleo!" Geby melangkahkan kakinya, menelisik setiap sisi rumah. Namun ia tak menemukan apapun selain ruangan tua penuh debu dan juga jaring laba-laba.
"Sialan! Jika aku nggak menemukan benda itu tamatlah riwayatku. Perusahaan akan menendangku kembali dan aku akan kehilangan semua harta warisan papa!"
Geby mendudukan kembali bokongnya ke atas kursi sofa dan memperhatikan laju kucing kecil yang ia rancang. Benar! Kucing bernama Kety itu bukanlah makhluk yang bisa bergerak dengan pikirannya sendiri. Melainkan sebuah sistem AI. Bahkan kucing sial itu juga tak bisa memberiku petunjuk apapun dan kini dia tak mau kembali karena telah mengalami kerusakan pada bagian petunjuk arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}
Science FictionDi Desa Klembangan yang sudah makmur ini, mitos mulai dilupakan itulah yang diketahui Jeck saat ia kembali kesana. Tapi tak tahu mengapa saat ia kembali ke kampung halaman, ayahnya memberi tahu bahwa beberapa mitos adalah sebuah kenyataan. Itu berka...