Chapter 24 : Jho's Story Pt. 2

5 3 0
                                    

"Bagaimana kau bisa menghilangkan flashdisk itu! Apa kau tak tahu di dalamnya ada rahasia soal praktek gelap kita. Ingat! Aku sudah membantumu untuk melakukan apa yang kau minta. Sekarang kau harus mencari flashdisk itu bagaimanapun caranya atau aku akan melaporkanmu ke pihak berwajib. Setidaknya aku tidak harus merasakan penderitaan sendirian!" ujar seorang wanita dari balik telepon yang langsung mematikan panggilannya setelah itu.

Kemana aku harus mencari benda sekecil itu. Terakhir kali aku menitipkannya kepada Mbah Sintha untuk menjaganya, karena hanya robot tua itu yang memiliki tingkat keamanan tertinggi. Sementara Mbah Sintha sudah berkeliling kemana-mana, takkan mudah mencari jejaknya sekarang. Apalagi dengan kondisinya yang rusak. Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa dalam tubuhnya yang kini sudah menjadi tumpukan barang rusak hanya ada kabel yang sudah tak berfungsi lagi - Deo melemparkan sejumlah barang dari atas meja ruang tamu. Dengan perasaan kesal ia memanggil sejumlah robot kucingnya.

"Cepat! Cari keseluruh pelosok desa dan temukan flashdisk ini!" Deo menunjukkan sebuah foto dari balik layar ponselnya. Dalam sekejap mata, kucing-kuing itu sudah hilang dari pandangannya. Aku takkan membiarkan ini semua berakhir dengan mudah - gumam Deo. Ia lantas mengepalkan kedua tangannya dan langsung menjatuhkan tubuh ke atas sofa.

***

Nula memberikan chip tadi kepada Jhonathan. "Wah, tak kusangka kau juga memiliki chip ini. Apakah kau memiliki setumpukan robot di rumahmu yang kemudian kau letakkan dalam sebuah ruang rahasia?"

Nula hanya terdiam mendengar perkataan Jho, keringat dingin mulai merambat dari dahinya. Astaga, darimana dia tahu soal ruangan itu. Apakah mungkin ada yang memata-mataiku selama ini?

"Ayolah! Aku hanya bercanda," Jho langsung melontarkan kata ini saat melihat suasana yang mulai tegang. Sementara Nula hanya menyunggingkan senyum tipis sembari mengusap keringatnya. 

"Sudah tunggulah di luar. Aku akan memperbaiki robot ini segera atau aku harus menyebutnya manusia sebab dia memang sangat mirip dengan binatang berotak seperti kita." Jho mengambil sejumlah perkakas seperti obeng dan sebagainya. Tak lupa ia juga mengenakan kaca mata pelindung.

Nula mendudukkan badanya di atas lantai yang sudah tertutup oleh karpet. Ia kemudian menutup jendela bangunan tersebut sebab hari sudah mulai malam. Banyak sekali kucing yang berkeliaran? Apakah mereka ada hubungannya dengan insiden tadi? Gua masih nggak habis pikir untuk apa Deo menginginkan kalung itu? Apa mungkin dia menyukai Geby lalu cemburu melihatnya dekat denganku? Jika memang benar sangat keterlaluan sekali dia sampai tega merusak Cleo seperti itu! 

Nula mengepalkan tagannya, ia kemudian kembali duduk dan menghubungkan flashdisk milik Geby dan ponselnya menggunakan kabel penghubung. Sudahlah lebih baik aku melihat kenangan yang kak Geby simpan dalam flashdisk ini.

"Aneh! Sepertinya gua nggak pernah buat rekaman dengan Kak Geby, lalu rekaman apa ini?" Nula mengecilkan volume ponselnya, lalu mendekatkan lubang keluar audio ponsel itu dan mendnegarkan dengan baik satu-satunya sisi rekaman yang tersimpan.

"Aku akan membeli alat itu dengan harga berapa ...." Nula menghentikan rekaman suara tersebut saat tahu suara yang ada di dalamnya mirip dengan Deo. 

Untuk apa Deo ingin membeli alat kepada Geby? Alat apa yang dimaksudkan Deo? - Nula kembali memutar rekaman suara itu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang memenuhi pikirannya.

***

Deo memasuki ruang tamu dan langsung duduk di salah satu kursi yang terbuat dari perak itu. "Silahkan minum tehnya, bukankah tak baik jika kau menolaknya?" Deo mengambil secangkir tehnya dan meneguknya hingga habis.

"Kenapa kau terlihat takut begitu? Anak-anakku ini takkan memakanmu, mereka selalu memilih apa yang mau mereka makan." Deo tersenyum kecil, seekor robot kucing naik ke atas pangkuannya. "Aku akan membeli alat itu dengan harga berapapun, jadi cepat katakan nominal yang kau mau!"

"Perusahaanku tengah menghadapi kemunduran untuk saat ini, jadi selain kau harus membayarnya dengan uang kau juga harus melakukan perjanjian denganku untuk syarat menerima alat tersebut." Geby memajukan badannya dan menatap lekat Deo.

"Okay! Katakan saja apa syarat yang kau mau!" Deo semakin tak sabar, napasnya menggebu-gebu.

"Apa yang membuatmu sangat ingin membeli alat ini? Maksudku apa kau ingin membangun pabrik robot?" Geby menyunggingkan senyumnya. Ia kemudian menyandarkan tubuhnya ke atas kursi dan hanya menatap Deo.

"Aku ingin merahasiakannya, bukankah kau tak perlu tahu alasan seseorang membeli sesuau?" Deo membantah pertanyaan Geby, ia mulai tak merasa nyaman dengan keberadaan wanita itu. "Jika kau masih lelet begini, aku pikir kita batalkan saja kerja sama kita!" Deo membangkitkan raganya dan sekilas tampak akan meninggalkan Geby.

"Baiklah-baiklah, syaratku hanya satu; kau harus mengirimkan satu robot setiap bulannya untuk persediaan kantor kami. Selain itu kau juga harus membayar biaya sebesar 1.9 miliar sebagai bentuk jasa pengiriman. Kau bisa mengirimnya nanti, aku sudah meninggalkan kartu namaku dibawah cangkir kopimu. Bagaimana, tuan Deo?"

"Baik! Aku setuju!" Deo dengan tegas mengatakan hal itu, menarik senyum dari wajah Geby. "Dengan begini aku bisa membangkitkan orang-orang yang sudah mati dan mengubahnya menjadi alat yang kekal seperti robot, bukan? Termasuk JHO-NA-THAN?A"

"Iyah, itu terserah kau." Geby mengeluarkan ponselnya yang masih membuka sebuah aplikasi perekam suara. "Aku sudah merekam semua pembicaraan kita, jadi jangan sampai kau melakukan tindakan penghianatan. Aku akan mengirim salinan ini kepadamu melalui flashdisk agar kau selalu mengingatnya. Selamat tinggal!" Geby berjalan dengan angkuh meninggalkan kediaman DEO.

Baguslah, dengan begini aku bisa menciptakan sendiri desa yang aku mau. - Deo menatap ke arah kucing-kucingnya. "Mode kehancuran! CEPAT SINGKIRKAN SELURUH PENDUDUK DI DESA INI!"

***

Tangan Nula mendadak lemas setelah mendengar semua pembicaraan yang terekam dalam flashdisk tersebut. Ia sungguh tak menyangka Kak Geby akan melakukan hal yang sangat menakutkan seperti ini. Gua kira lo orang baik, kak. Cuma kayaknya gua salah deh.

Lantas Nula segera berlari membuka pintu kerja Jhonathan dan membuat lelaki itu kaget. Dengan pandangan tajam ia bertanya kepada lelaki tersebut yang masih tampak serius membenahi Cleo. "Apa yang lo ketahui soal alat yang waktu itu pernah lo tunjukan ke gua?!"

Dengan terbata-bata Jhonathan menjawab, "A-aalat apa? Gua nggak tahu?"

"Lo nggak usah munafik, ya! Alat yang dulu lo tunjukin ke Cleo dan Gua, masa lo nggak inget! Sketsa yang waktu itu lo masukkin ke saku baju saat kami berdua pergi. Gua masih inget dengan jelas loh." Nula menaikkan badannya sehingga membuatnya terlihat lebih tinggi dari Jhonathan. "Gua udah tahu semuanya, lo tuh robot, kan? Lo robot yang diciptakan oleh Deo dan nggak mungkin lo nggak tahu alat itu."

"Aku bener-bener nggak ngerti, ya apa yang kamu omongin!" Jhonathan dibuat tersudut oleh Nula. Nyalinya menjadi ciut saat berhadapan dengan perempuan tersebut.

"Kalau lo nggak mau ngomong, gapapa. Gua mau pergi aja dari sini, kayaknya udah nggak aman deket-deket sama kamu!" Nula hendak mengangkat Cleo dengan tangan kecilnya, "Gua juga bakal bawa Nula pergi! Permisi!"

"Tolong jangan! Bahaya diluar, banyak kucing yang sedang berkeliling. Kau akan terjebak dalam bahaya!" Nula sama sekali tak mendengarkan pintahan Jhonathan dan memalingkan badannya menuju pintu keluar Balai Karang Taruna tersebut.

Gua bakal jagain mereka! - batin Jhonathan.



The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang