🐱 Epilog 🐱

10 4 0
                                    

3 Tahun Kemudian

Nula yang sudah memasuki usia kepala dua menyambang makam kedua orang tuanya. "Pak, bu, tak terasa ya sudah 3 tahun kita dipisahkan oleh ruang, waktu dan gerak. Kini kalian sedang berada dimana, ya? Maaf jika kalian harus menempati lahan ini sendirian. Namun, nyatanya sudah tak ada lagi orang yang mau tinggal di desa ini." Nula mengangkat tubuhnya dan beranjak dari sana.

Disisi lain seorang lelaki dengan tinggi 5 cm lebih tinggi dari Nula tengah menunggunya untuk kembali. Ia mengenakan setelan kain berwarna hitam sama dengan Nula. Masih ada sedikit bunga di keranjang Nula. Gadis itu berencana mengajak pria tadi menebarkan bunga tersebut di sungai Aanum.

Sesampainya disana mereka menjumpai raga Nenek Sintha yang sudah mulai berkarat dan ditutupi oleh lumut. "Mengapa nenek ini nggak diangkat juga, ya? Padahal seingatku sistem pertahanannya sangat tebal."

Nula menyunggingkan senyum, sembari tetap menaburkan bunga. "Kalau emang kuat kenapa masih bisa mati karena serangan kecil dari gua?" Gadis itu menggelengkan kepala. Ia meletakkan sisa bunga terakhirnya di atas kepala Mbah Sintha.

Mereka pun balik menuju kediaman Jecky sembari bergandengan tangan satu sama lain. Tampak dua cincin yang mulai bersinar dari tangan keduanya. Benar, 1 tahun yang lalu Nula memutuskan unuk menikahi sosok lelaki tersebut.

"Cleo, ini adalah hari perayaan pernikahan kita yang kedua. Tapi, mengapa ragamu belum menghubungi gua juga? Gua emang udah nyaman sama raga baru lo ini. Tapi, gua juga nggak bisa lupain kenangan berharga bersama tubuh lo yang lama."

lelaki itu mengusap kelapa Nula sembari menuntunnya untuk bersandar dibahunya. "Tak akan terjadi apa-apa, dia pasti baik-baik saja. Kau percaya aku, kan?" Nula mengangguk. Sejenak usapan itu membuat hati Nula terasa jauh lebih damai.

***

Sebuah mobil mendadak masuk ke dalam Desa Klembangan. Sebuah mobil dengan warna dominan abu-abu. Sedetik kemudian, tepat setelah mobil itu dipakir ke dalam parkiran warga setempat. Keluarlah seorang wanita yang langsung mengambil langkah sembari membawa tas tangannya yang berwarna pink itu.

Saat di perjalanan tak sengaja ia bertemu dengan Nula. Lantas tanpa aba-aba wanita itu langsung memeluk erat tubuh Nula. Membuat hati Cleo sedikit panas. Namun, lelaki itu hanya diam sebab tak mau terlihat mencolok di depan wanita itu.

"Aku lihat kamu sudah memiliki suami nih," Geby memalingkan matanya dan mendapati muka yang kurang menegenakkan dari Cleo yang membuatnya langsung melepaskan pelukannya dari Nula. "Oh, kamu nggak nikah sama Cleo? Aku pikir kalian ini pacaran loh dulu, kok mendadak kamu nggak mau nikah sama dia? Apa karena Cleo ..."

"Gua Cleo, cuma badan gua aja yang masih berbentuk Jhonathan. Sebaiknya kau jangan banyak ikut campur urusan kami," ancam Cleo. Ia kembali menggandeng Nula menuju kediaman mereka.

"Tanganmu itu kenapa, la?" Baru beberapa saat Nula duduk di teras kediaman Jecky. Tetapi Geby tak memberikan ruang apapun dengan menanyakan hal tersebut kepada Nula. Pertanyaan itu keluar saat Geby baru menyadari bahwa tangan Nula yang sudah tergantikan oleh besi berwarna hitam serta beberapa sambungan kabel yang super kecil.

"Jawabannya cukup simpel, sebab waktu itu gua sempat berjanji jika gua gagal menyelamatkan orang tau gua. Gua bakal motong salah satu lengan gua dan yah itulah yang terjadi. Sebagai bentuk penghormatan gua buat mereka, gua mutusin buat mengubur tangan tersebut di deket makam bapak gua."

Nula memalingkan wajahnya. Entah kenapa begitu ia teringat wajah bapak dan ibunya selalu saja timbul perasaan sedih yang mendalam. Saat ia palingkan wajahnya kembali menatap Geby, sebuah tamparan mendarat tepat diwahajnya.

Membuat Cleo yang kebetulan berada di samping Nula langsung bereaksi dan mengusap bagian yang sebelumnya terkena tamparan itu. Ia melayangkan tatapan tajam ke arah Geby, "Apa? Aku hanya memukul nyamuk yang ada diwajahnya saja. Tak salah kan?" tutur Geby sok polos.

***

Dari balik layar televisi, Deo tampak masih tak puas dengan apa yang ia dapatkan. Ia ingin segera keluar dari jeruji besi dan membuat rencana baru untuk menghancurkan kehidupan Nula, Jhonathan serta Geby yang sudah merusak rencana indahnya.

Lihat saja saat aku keluar dari sini, disitulah awal masalah yang akan kalian hadapi - batin Deo, ia lalu menyunggingkan bibir dan melepas semua rasa gila di otaknya dengan tertawa sekeras mungkin setelahnya.

"Hei, jangan berisik! Sudah malam. Tidurlah segera atau kau akan mengantuk saat menjalani hukuman besok!" tegur seorang penjaga yang kini tengah memeriksa kondisi narapidana. Tak terkecuali Deo yang langsung mengambil posisi untuk pergi tidur.


***

Astagaaa! Tak terasa Novel TSFC sudah selesai jugaaa, semoga kalian suka ya. Maaf kalau ada kata-kata yang kurang jelas. Kiritk dan saran pembaca sangat saya harapkan. Terima kasih sudah mampir.


Jangan lupa kasih like and comment yaaaah :) See You!!!!

The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang