Sudah terhitung 3 hari semenjak Nula sakit, tubuhnya masih sedikit lemas. Ini juga menjadi pertanda sudah 3 hari ia tak bertemu dengan Cleo. Kejadian hari itu membuat Jecky harus mendepak Cleo keluar dari rumah mereka. Nula menatap ksosong ke arah pohon mangga yang ada di depan rumah.
"Nggak baik loh anak gadis ngelamu," Lily datang dengan membawa segelas teh untuk Nula. Ia meminta anaknya itu untuk melupakan sejenak Cleo, setidaknya sampai amarah bapaknya meredam. Namun, Nula tetap tak bisa melakukannya mau sekuat apapun ia mencoba.
"Bu, Nula mau pergi jalan-jalan boleh? Sekalian mau bawah Cowky jalan-jalan," pinta Nula. Ia melebarkan matanya guna membujuk wanita itu agar mengizinkannya untuk pergi. Dengan begitu ia memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Cleo yang kini menginap di balai Karang Taruna.
Setelah cukup lama berpikir akhirnya Lily mengizinkan Nula untuk pergi. Ia membekali anaknya dengan sebuah jaket tebal. Sebelum pergi tak lupa Nula menghabiskan tah yang telah dibuat susah payah oleh ibunya.
Nula berjalan dengan tergesa-gesa menuju Balai Karang Taruna. Sebab paru-parunya masih belum terlalu kuat untuk berlari. Selain menemui Cleo, dia juga bisa bertemu dengan Jhonathan, seorang pendatang yang sudah lama menetap di desa ini. Sekitar 3 Tahun yang lalu dia diisukan datang dan mulai melakukan gerakan pemulihan Desa. Bisa jadi, otak dibalik kembalinya mitos ini adalah dia.
Namun sesampainya di sana, ia hanya menjumpai sebuah halaman kosong. Bangunan tersebut telah dirobohkan sebab tak layak huni. Hal ini bisa dilihat dari serpihan bambu yang jatuh di atas tanah. Aneh, jika melihat tumpukan bambu disini. Ini seperti waktu telah dibuat mundur, sebab seingat gua banguan ini sudah direnovasi sebelumnya dan sudah tak menggunakan bambu lagi.
Nula duduk di sebuah bangku kayu yang ada di bawah pohon mangga. "Bagaimana gua bisa jelasin semuanya ke bapak? Gua sakit sebab kedinginan saja, tubuh gua yang membiru hanyalah rekasi lain dari sakit flu yang datang. Lalu alasan mengapa gua bisa langsung membaik saat di ciprati sama air doa itu juga hanya rekayasa. Tubuh gua sudah mendingan saat dikompres dengan air panas sesuai dengan anjuran Cleo. Ia mengetahui hal itu sebab temannya adalah dokter dan mengatakan bahwa ada kemungkinan gua mengalami Hipotermia tingkat rendah." Nula menendang batu-batu kecil yang ada disekitarnya.
"Hei, Nula kenapa kau duduk sendirian disini?" Seorang lelaki menepuk pundak Nula, itu adalah Jhonathan. Pria yang sudah ia cari-cari sedari tadi. Nula langsung berdiri dan menatap lekat mata lelaki tersebut.
Ia menodongkan sejumlah pertanyaan kepada Jhonathan, "Lo pasti tahu kan alasan dibalik kembalinya mitos-mitos di desa ini? Lalu dimana Cleo? Bukankah kau mengajaknya ke balai Karang Taruna? Lalu dimana ia sekarang?"
"Astagaa! Banyak bener tanyanya, aku bingung mau jawab darimana sekarang. Yaudah kau ikut aku aja ke balai Karang Taruna yang baru biar nggak ada salah paham." Jhonathan melangkahkan kakinya, sementara Nula hanya diam dan tak bergerak sedikitpun.
"Kenapa gua harus ikut lo? Apa untungnya buat gua?" Nula kembali bertanya dan ingin melihat tanggapan lelaki tersebut.
"Sebab ada Cleo disana," jawab Jhonathan singkat, mendengar hal tersebut hati Nula langsung bergerak untuk mengikuti langkah Jhonathan. "Kalau udah soal Cleo aja pasti percaya." Jhonathan memutar kelopak matanya searah jarum jam. Sementara Nula tak memberikan respon apapun.
***
Tanpa aba-aba, Nula langsung memeluk Cleo dari belakang sudah sangat jarang sekali ia melakukan hal ini dan sekarang ada masalah yang harus membuatnya jauh kembali dari Cleo. Dia nggak ada perasaan apapun sama Cleo, Cuma dia suka pelukannya sebab itu mengingatkan Nula pada robot Nawan 3.4 ciptaan bapaknya dulu yang selalu ia buat sebagai sandaran.
"Buat apa kau kemari, emang nggak takut dimarahin bapak? Gua takut nanti dia malah larang kau buat ngapa-ngapain lagi." Cleo melepaskan pelukan Nula.
"Sudah, berhubung disini sedang sepi aku akan menguak beberapa fakta yang aku tahu, mungkin kalian akan sedikit kaget mendengarnya." Jhonathan duduk dilantai ubin bangunan yang kecil itu. Ia menatap lekat mereka beruda dan mengeluarkan sebuah sketsa kecil berupa gambar bangunan sederhana berbentuk lingkaran.
"Jadi, kalian kenal Deo nggak?" Kedua insan itu mengangguk mendengar pertanyaan Jhonathan. "Jika kalian tahu sebenanya Deo tuh udah lama ngerancang sebuah alat bernama DEOSIOPTION. Dimana alat ini digadang-gadang mampu buat mutar waktu di sebuah daerah tertentu, dan aku ngerasa nih ya. Selama 3 tahun tinggal disini tuh nggak ada kemajuan sama sekali malah aku ngerasa banyak kemunduran yang terjadi. Seperti kegiatan-kegiatan yang tidak berjalan dengan baik serta berbagai masyarakat yang mulai percaya kembali pada hal-hal mistis. Termasuk aku. Awalnya aku nggak percaya, namun lama-lama aku merasa goyah dan akhirnya ikut-ikutan jika sesuai dengan apa yang aku perkirakan, ini terjadi sebab pengaruh sosiologi masyarakat yang memang lagi jelek. Nilai kelogisan nggak bisa di terapkan dengan benar menurutku, tatanan menjadi kacau dan akhirnya menimbulkan lokasi keramat yang bangkit kembali. Hari sudah mulai petang, sebaiknya kalian segera balik. Aku mau beberes tempat ini dahulu." Jho kembali memasukkan kertas itu ke dalam saku bajunya dan beranjak dari tempatnya duduk.
"Kak Jho, aku izin nganter Nula ya." Kak Jho hanya mengangguk menanggapi permintaan Cleo. Lelaki itu sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri setelah kurang lebih 3 hari tinggal bersama.
****
Nula mengajak Cleo untuk duduk sejenak di atas amben, sebuah bangku yang terbuat dari anyaman bambu. Itu membentuk sebuah tempat duduk yang memanjang sepeti meja. Posisi amben itu menghadap tepat ke arah taman yang mungkin berjarak sekitar 30 m.
"Lo ngerasa penasaran nggak sih dengan apa yang dikatakan Jho? Gua jadi pengen lihat lebih lagi deh alat itu. Kayak jika beneran ada maka hukum waktu dan gravitasi yang kekal berarti bisa dilawan dong? Ini pasti akan sangat menakjubkan."
"Sedikit, cuma untuk sekarang aku rasa kita tidak memiliki kondisi yang ckup kondusif. Aku memiliki teori tentang ruang 4 dimensi yang mungkin tercipta akibat pergerakan melawan waktu yang selalu berjalan maju. Aku sering menanyakan tentang teori yang sering mendebakan tentang adanya ruang 4 dimensi. Bahkan jika kau tahu ada film yang menghubungkan ini dengan pergerakan lubang hitam." Nula hanya bisa bengong mendengar penjelasan Cleo yang nggak nyampek di otaknya.
Ia kemudian mengalihkan pandangan melihat sekumpulan anak yang tengah bermain kelereng di taman depan. "Kalau bapak gua lihat ini. Pasti dia akan ngomel gini ...., Wakmu iki dolan sampai maghrib, nggak wedi di gondol wewe gombel?" ujar Nula meniru gaya bapaknya dan berupaya mengalihkan topik pembicaraan yang memusingkan kepala.
Saat itulah telinganya mendengar seruan dari ibunya. Gadis itu pun menoleh, namun tak ada siapapun di dekatnya selain Cleo. Padahal dia bisa yakin dengan suara sekencang itu, nggak mungkin kan kalau jaraknya jauh. Merasa tak aman Nula berpamitan pada Cleo bahwa dirinya akan pamit dan membiarkan Cleo juga balik ke Balai Karang Taruna.
Akan tetapi, saat ia memalingkan pengelihatannya ke sudut taman. Anak-anak itu sudah lenyap gitu aja. "Cle, lo lihat anak-anak yang main di taman sana nggak?" Nula menunjuk ke arah taman.
"Nggak sih, soalnya gua nggak lihat ke sana sedari tadi ..., eh emang iya yah kalau orang-orang disini tuh suka gosip?"
"Kenapa lo tiba-tiba tanya gitu?" Mendengar pertanyaan itu, Cleo menggelengkan kepala dan tak melanjutkan topik tadi. Ia tampak menyembunyikan beberapa fakta dari Nula. Namun, tak ingin kepo, gadis itu hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan kecil.
Nula pun berjalan ke kediaman bapaknya yang berjarak sekitar 3 meter dari tempatnya beristirahat tadi. Ia langsung melayangkan kaki memasuki bilik kamar mandi. Dengan sebuah pertanyaan besar yang masih terbesit di kepalanya.
Mungkinkah seorang anak kecil bisa berlari secepat itu? Itu tidak masuk akal. Apa mungkin ada kekuatan lain yang menarik mereka? ....tapi, ya kata orang dulu nggak boleh buruk sangka. Nanti malah jadi beneran. Cuma kalau dalam segi medis ada benernya sih, sebab itu biar kita nggak overthinking dan stress aja karena kepikiran hal-hal buruk terus menerus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}
Science FictionDi Desa Klembangan yang sudah makmur ini, mitos mulai dilupakan itulah yang diketahui Jeck saat ia kembali kesana. Tapi tak tahu mengapa saat ia kembali ke kampung halaman, ayahnya memberi tahu bahwa beberapa mitos adalah sebuah kenyataan. Itu berka...