Chapter 26 : This Hurts!!

6 3 0
                                    

Sekumpulan peluru mulai berkumpul dan membentuk sebuah sosok manusia dengan material pembangun berupa kabut. Serta beberapa peluru tampak mengelilingi rongga badannya. Sekilas hal tersebut menimbulkan ilusi seolah ada garis gravitasi pada pusat sosok tersebut yang menarik serta peluru untuk mengelilinginya.

"Kenapa kalian justru berpacaran saat nyawa kalian terancam, ini menjadi tak menyenangkan lagi." Deo melipat tangannya di depan dada. Ia meletakkan bokongnya ke atas kursi. Tapi, ini akan menjadi jauh lebih mudah untuk menghabisi mereka.

Cleo memalingkan pandangannya menatap dengan lekat Deo. "Jika kau berani kenapa tak melawanku sendiri? Bukankah hanya pengecut yang melakukan hal semacam itu?" Cleo meregangkan kedua telapak tangannya.

"Untuk apa aku harus turun tangan dan mengeluarkan peluh hanya utuk melawan sampah sepertimu? Sedangkan disatu sisi aku memiliki sekumpulan kucing yang sedang kelaparan." Deo balik menatap Cleo dengan lekat. "Sudah siap untuk menerima kekalahanmu?"

"Aku tidak akan pernah kalah melawan orang sepertimu!" Cleo langsung berlari dengan cepat menuju kursi Deo. Namun, lelaki itu hanya duduk tetap bergeming di kursinya.

"Destoired Mode! Kucing-kucingku yang manis silahkan habiskan mangsa kalian!" Deo menyunggingkan senyumnya bersamaan dengan itu sekumpulan kucing mulai keluar dari balik kegelapan menghentikan langkah Cleo.

Lelaki itu melirik ke sekitar, tubuhnya benar-benar sudah dikepung oleh sekumpulan binatang robot dengan mata yang menyala merah. Bulu-bulu mereka mengkilap dan tajam dengan cakar yang sudah siap mengoyak tubuh sasarannya.

Cleo sebenarnya tidak dibekali media apapun untuk mode bertarung seperti ini. Ia hanya memiliki kekuatan analisis pergerakan yang cukup cepat. Sehingga hal tersebut membuatnya hanya mampu menghindari serangan dari mereka.

Akan tetapi bagaimanapun juga, jumlah yang tak sebanding membuat Cleo terpukul mundur. Ia tak bisa membaca seluruh gerakan dari kucing tersebut sebab itu akan memecah konsentrasinya. Hal itu membuatnya beberapa kali lengah terhadap serangan yang membuat kerusakan kecil pada beberapa bagian tubuhnya. Terutama lengan yang ia gunakan untuk untuk menangkis serangan mereka.

Sementara Cleo terjebak dalam situasi yang tak terkendali itu. Deo hanya memandangi mereka dari jauh dengan memakan camilan udang kesukaannya. "Bukankah kau ingin menghancurkan mereka? Aku akan memberimu satu kesempatan, sekarang adalah titik terlemah mereka. Kondisi Nula tak memungkinkan untuk melawan, sedangkan Cleo terjebak dalam arus perputaran yang abadi bersama kucing-kucing robotku."

Mendengar hal itu, sosok tersebut menyebar dan menghilang dalam kegelapan. Ia memulai serangannya dengan meluncurkan sebuah peluru dengan lesatan 10 km/menit menghantam lengan Nula. Menimbulkan luka kecil dibalik jaketnya.

Itu kemudian menarik perhatian Cleo yang langsung mengesampingkan serangan kucing-kucing robot tersebut. Itu membuatnya lengah dan memungkinkan celah untuk kucing itu merusak bagian lengan Cleo. Ia benar-benar sudah tak peduli dan langsung memeluk Nula dengan erat menahan beberapa peluru yang melesat setelahnya.

Nula yang melihat hal tersebut hanya bisa menatap sayu Cleo. Gua nggak ngerti, kenapa dia bisa secara berulang melakukan hal yang menyakitkan seperti ini. Sesakit itukah sebuah program hingga membuat robot tak diciptakan dengan perasaan?

Saat genting itu, seorang pemuda masuk dan langsung membuat serangan kucing-kucing itu berhenti. Ia mengayunkan tangan sembari berseru, "Safe mode." Hal tersebut menciptakan sebuah perisai yang tembus pandang dan memungkinkan orang yang ada di dalamnya untuk melakukan kegiatan tanpa diketahui. Lelaki itu mendekatkan dirinya kepada Nula dan Cleo.

"Kalian nggak papa?" ujar sosok tersebut yang tampak menggunakan masker berwarna hitam. 

"Kak Jho?" tutur Cleo, matanya begitu bahagia mendapati lelaki tersebut benar datang untuk menolong mereka.

"Nula, tolong obatin Cleo dengan cairan ini. Hati-hati terkena tegangan listrik dari lukanya itu cukup untuk membuat kulitmu melepuh. Aku akan mengurus serangan mereka." Jhonathan melangkah maju dan kemudian mematikan perisainya, ia lalu membuka tudung jaket serta maskernya.

"Kak Jho?!" Deo langsung bangkit dari kursinya. "Apa yang kau lakukan disana, jika kau berada di dekat mereka robot-robotku takkan bisa melakukan pergerakan!" Deo mendekat kearah Jhonathan lalu menggenggam tangannya. "Bukankah aku sudah memprogrammu untuk menuruti perintahku? Lalu mengapa sekarang kau melakukan hal ini? Aku sudah memintamu untuk tetap menjaga Balai Karang Taruna."

"Karena ..., karena aku sudah muak dengan semua omong kosong yang kau ciptakan. Normal Mode!" teriak Jhonathan itu menjadi pertanda dari hilangnya kekuatan yang membuat robot itu kembali bereaksi dan mulai menyerang dengan agresif. "Aku ingin melindungi semua orang, sesuai dengan apa yang kau tanamkan dalam otakku!"

Dengan sekuat tenaga Jhonathan memeluk Deo dan menghalangi serangan kucing-kucing robot tersebut. Sementara itu, sosok SCP 577 tadi tampak tak melakukan serangan ataupun pergerakan apapun. Lantaran ia juga diciptakan untuk menurut pada perintah Jhonathan dan lelaki itu mau dia berhenti.

"Aku tahu alasanmu melakukan ini karenaku, namun tak adil jika kau membalaskannya secara penuh kepada mereka. Mereka yang menabrak kucingku, dan mereka yang membuatku hilang mata lalu terjadilah kecelakaan itu. Namun, jika pikirkan lagi bukan karena mereka lah aku tiada. Tetapi rasa cintaku terhadap kucing, lalu bisakah kau menghancurkan kesukaanku itu?"

"Normal Mode!" Deo berteriak dan membuat kucing robot itu berhenti melakukan serangan. "Aku tidak mau menghancurkamu. Lalu mengapa kau justru malah mendekat kepada kehancuran?" 

"Aku hanya ingin menyadarkanmu, bahwa akulah yang seharusnya kau salahkan. Aku tak sanggup lagi melihat kau berlaku kejam pada dirimu sendiri! Udah itu aja, jangan pernah merubah kepribadianmu, tetaplah menjadi Deo yang aku kenal dulu!"

Jhonathan lengser ke tanah, sistemnya sudah mati sekarang akiba kerusakan yang melebihi 70%. Hampir tak ada lagi sambungan kabel yang berfungsi dan satu bagian kecil yaitu device system-nya sudah terbelah menjadi dua.

Deo menatap tajam ke arah Cleo dan Nula. Ia masih tak bisa menyembunyikan dendam di wajahnya. Saat ini yang ada dipikirannya hanyalah menghancurkan mereka berdua tak peduli meski Jho sudah menentang hal ini sekalipun.

Sebelum itu, Cleo mengambil sebuah peluru yang jatuh di tanah lalu melemparkannya ke arah jantung Deo. Serangan itu tak akan mampu menembus badannya. Tapi, setidaknya bisa membuat sistem jantungnya terganggu.

Begitu jantungnya mengalami tekanan, darah memuncrat dari mulutnya. "Apa ini yang sudah lama kalian rencanakan? Dasar bocah-bocah licik!" Deo tersungkur ke atas tanah dan posisinya tepat memeluk Jhonathan.

Cleo menghembuskan napas lega, ia menyunggingkan senyum ke arah Nula. "Kita sudah selesai disini, Nula!" Deo mendudukkan tubuhnya, matanya menangkap sebuah luka pada telapak tangan Nula. "Pasti ini karena kau mengobatiku tadi, ya?" tanyanya melihat luka bakar yang cukup parah itu.

"Sudahlah, tak apa. Sebaiknya kita segera menghungi pihak brwajib  untuk membantu kita menyelesaikan semua kasus ini. Selain itu juga otoritas robotik nasional, mereka akan membantu kita mengevakuasi robot yang masih ada disini." tutur Deo.

Nula tak memberikan tanggapan apapun. Deo kemudian membantu Nula untuk bangkit, dan kembali berujar, "Sebaiknya kita segera pergi, sebelum SCP itu kembali aktif, karena aku masih bisa merasakan dentuman energinya yang kuat."

Ditengah perjalanan, Nula mendadak mencetuskan sebuah pertanyaan. "Haruskah kita melaporkan mereka ke pihak berwajib?" Membuat Cleo menahan langkahnya tepat di daun pintu rumah Deo.

The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang