Chapter 17 : Mitos & Mistis

5 2 0
                                    

"Akhirnya awakdewe iso mbalek nang kene. Aku wes rindu nemen nang suasana e desa iki." Jecky menginjak gas mobil kecilnya dengan lebih cepat. Dia sudah tak sabar untuk tidur dan menonton televisi di sofa kesukaannya.

Saat baru memasuki hutan dia bisa merasakan rintihan air mata semesta mulai turun menimpa mobilnya. Hal ini sudah biasa sebab disimbolkan sebagai proses pembersihan benda sebelum memasuki desanya yang sudah dianggap suci.

Ia berulang kali mengulurkan tangannya untuk mengelap jendela mobilnya dengan kain. Sebab wiper kaca mobilnya sudah tak berfungsi lagi. Saat akan meletakkan kmbali kain ke dalam rak penyimpanan di mobilnya ia tanpa sengaja melihat sebuah tanggalan. Melihat sebuah angka yang dilingkari membuatnya tersadar akan sesuatu, bahwa hari ini adalah malam berkabung di desanya.

Dengan wajah panik, Jecky segera mengeluarkan setumpuk kapur barus lalu meletakkannya di dekat kemudi. Sontak hal itu mengundang tanya di benak Nula, "Hal bodoh apalagi yang akan kau lakukan?"

"Dino iki iku dirayakno karo bengi berkabung. Awakdewe kudu ngelindungi diri karo wewangian ben ndak diganggu makhluk lan kekuatan seng ora apik." Jecky mengambilkan minyak wangi khusus yang terbuat dari kembang tujuh rupa, wanginya memang aneh. Cuma ini dipercaya ampuh untuk melindungi diri, ia juga memberikannya kepada Lily dan meminta istrinya itu untuk menggunakan serta menaburkan kapur barus di area belakang.

"Aku iki heran sama kau, bagaimana bisa dengan label peneliti yang ada di dalam dadamu, kau masih percaya sama mitos dan ritual-ritual nggak guna ini! Kau bahkan udah mendapatkan penghargaan atas kepercayaanmu pada ilmu pengetahuan dan sekarang kau melakukan hal ini? Menurutku kau sudah melampaui batas," celetuk Lily. Ia kemudian mengarahkan pandangannya ke ponsel, karena sekarang dia sudah bosan melihat tingkah laku Jecky. Ia bahkan tak mengambil satupun barang yang diserahkan padanya.

"Heh! Jaga mulutmu, atau kita bisa sial nanti!" Sahut Jecky dengan nada serius. Benar saja, Jecky bisa merasakan bahwa mobilnya sudah melindas sesuatu dengan ukuran yang lumayan besar sepertinya. Sontak hal itu membuatnya harus menginjak rem secara spontan.

Saat dia akan turun untuk melihatnya, sebauh petir menyambar tepat di depan kepalanya. Itu benar-benar hanya berjarak 5 cm. Kalau saja dia tadi sedikit maju, pasti sudah hangus terbakar besarnya tegangan pada petir tadi. Hal itu membuatnya membatalkan niat untuk melihat keadaan diluar.

Gak mungkinkan tadi tuh kucing? Masa ada kucing yang sangat besar hingga saat dia dilindas bisa sangat terasa seperti itu. – Jecky masih belum bias menyingkirkan pikiran buruk itu, dimana ini membuatnya tak berani untuk melajukan mobilnya.

"Cepat jalankan mobilnya atau aku akan turun sekarang juga!" Lily mulai muak dengan apa yang diperbuat oleh suaminya. Apalagi sekarang dia lagi halangan yang membuat mood-nya sangat mudah berubah.

"Aku bakal mlakukno mobil iki lek wakmu gelem ngelakokno opo seng tak kongkon, bukane nuruti perintah suami iku kewajibane istri?" Mendengar hal itu Lily tak mempunyai pilihan lain selain mengambil kapur barus dan minyak wangi yang diberikan oleh Jecky.

Dengan kesal ia menaburkan kapur barus itu disekitar bangku belakang serta garasi mobil. Akhirnya setelah itu Jecky mau melajukan kembali mobilnya.

Tak lama kemudian mereka akhirnya dapat melihat sebuah tugu selamat datang yang bertuliskan 'Dateng Ramole'. Jecky pun membelokkan mobilnya di sebuah lapangan tempat mobil dan semua kendaraan yang masuk harus diparkir. Sudah menjadi tradisi di desanya untuk melakukan hal ini.

Jika ada pendatang yang masuk dan tak melakukannya maka keluarga mereka akan ditimpa sial. Saat mereka sudah turun dari mobil, Jecky menabur sejumlah bunga di sekitar jalan dan mobil yang entah darimana dia mendapatkannya.

The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang