Chapter 21 : It's Another Level

4 4 0
                                    

Hari semakin malam, kini jam sudah berada di pukul 22.00, Nula mengamati kembali hasil reaksi kedua bahan sebelumnya. Wajahnya tampak sumringah begitu mendapati hasil virus AA-12 pada sel darah tadi sudah musnah.

Gadis itupun mengambil sebuah jarum yang sudah berisi vaksin AA-12 yang ia buat sebelumnya. Dengan langkah yang pasti ia memberanikan diri untuk membuka pintu. Betapa terkejutnya ia saat menjumpai bapaknya sudah terbujur lemas di atas sofa ruang tamu.

Dengan kondisi badan yang pucat serta bibir yang membiru. Gua sebenarnya sangat ingin bantu bapak. Cuma vaksin ini hanya bisa untuk satu orang dan gua kekurangan sampel buat segera ngeracik vaksin baru. Maaf, ya pak ...

Nula segera berlari meninggalkan bapaknya ia mengenakan jaket dan menutup kepalanya, hingga tak ada siapapun yang bisa melihat wajah gadis tersebut. Dalam balik jaketnya ia bisa merasakan air mata yang mulai menetes.

Mentalnya masih tak sanggup untuk menerima semua masalah ini. Disatu sisi ia harus segera menyelamatkan ibunya, bapaknya akan tetapi di lain sisi ia juga harus mencari Cleo yang entah kemana perginya.

Nula bersembunyi dibalik pohon mangga yang letaknya tak jauh dari sungai Aanum. Ia melihat Mbah Sintha masih bersemedi dan menjaga anyaman bambu yang menelan ibunya. Karena amarah yang meluap Nula pun mengambil sebongkah kayu.

Jika ada satu hal yang bisa membuat orang berlogika tinggi seperti gua melakukan tindakan bodoh maka jawabannya hanya satu itu adalah rasa amarah. - Mata Nula sudah berapi-api. Ia mengendap-endap dan dengan yakin mengayunkan kayunya menghantam kepala Mbah Sintha.

Otaknya mmberikan respon untuk langsung menutup mata, sebab ia tahu apa yang akan terjadi sebentar lagi pasti hal yang sangat mengerikan. Darah akan tersebar dimana-mana. Namun, satu hal yang mngejutkan hatinya. Ia justru mendengar suara seperti grtakan msin yang sistemnya rusak.

Saat ia membuka mata, kepala Mbah Sintha sudah terlepas dari raganya. Tapi, bukannya bagian putih seperti tulang yang ia lihat. Melainkan sekumpulan kabel yang bergabung menjadi satu membentuk rangkaian listrik.

Pada titik ini Nula sudah tidak bisa berkata-kata lagi, ia segera mengangkat dengan terbata-bata anyaman bambu yang memuat ibunya itu. Saat ia membuka kain hitam yang menutup, sudah terlihat jasad ibunya yang membusuk dengan bau amis yang menusuk hidung.

Air matanya semakin banjir, membasahi jaketnya. Ia memeluk raga wanita itu yang jika tersentuh bisa terasa kulit serta daging yang menempel di jaketnya. Sudah tak ada harapan lagi untuk menyelamatkannya.

Ia bisa merasakan tulang belulang ibunya begitu dekat dalam dekapannya. Mulutnya tak henti berteiak sekuat tenaga. Ia membawa jasad ibunya keluar dan merangkulnya menuju kediaman bapaknya.

Dengan sendi kaki yang lemas, Nula terus saja mengomel di perjalanan.

"Kenapa ibu begitu bodoh?!"

"Kenapa ibu harus menggantikan posisi Nula?"

"Kenapaa?! Apa karena ibu sayang sama Nula?"

"Terus kalau sayang, ibu kok ninggalin Nula?"

"Kenapaa, bu! Tolong jangan hanya diam membisu seperti itu,"

Dalam setiap langkahnya, ia merasakan hawa yang semakin sepi. Lampu minyak di sepanjang jalan mulai padam. Tak lama kemudian, Cowky datang dan terus mengeong tanpa henti. "Kamu kenapa bisa ada disini?"

Nula menundukkan badannya menyapa kucingnya tersebut. Sedetik kemudian sebuah peluru meluncur di atas kepalanya. Matanya melotot saat melihat peluru itu menancap dengan keras menembus sebagian batang pohon di depannya.

Nula segera mengangkat Cowky dan tanpa menoleh kebelakang berlari tunggang langgang menjauh dari sana. Ia segera masuk ke dalam kediaman Jecky begitu sampai. Keringat sudah mengguyur seluruh badannya. Nula segera mengunci pintu dan meletakkan jasad ibunya ke atas sofa kecil ruang tamu.

Rumah itu kini terlihat sangat suram, ia mengeluarkan vaksin yang ia masukkan di dalam saku jaketnya dan menyutikkannya ke dalam tubuh Jecky. Reaksi awal yang ditimbulkan lelaki itu adalah kejang-kejang selama 5 menit.

Setelah Jecky sudah tidak menunjukkan respon apapun, Nula segera melepaskan jaketnya dan membersihkan seluruh badannya dari darah serta kulit Lily yang masih menempel di tubuhnya. Namun, hal aneh lainnya terjadi. Kemanapun ia pergi, Cowky selalu membuntutinnya dan mengeong secara terus menerus.

Nula mempercepat prosesi mandinya, ia segera memakai baju baru milik ibunya. Sebab bajunya yang lain sudah lenyap dan tak menyisahkan satu helai benangpun untuk ia kenakan. "Apa maumu?" bisik Nula kepada kucing tersebut.

Cowky langsung berjalan keluar melalui pintu belakang rumah. Nula yang tak tahu apa-apa dengan polosnya mengikuti kucing tersbut hingga sampai di sebuah rumah dengan pagar hitam yang menjulang tinggi.

Cowky meneruskan langkahnya memasuki tugu yang menjadi pintu pembuka sebelum gerbang hitam tersebut. Ia tampak begitu mudahnya melalui pintu gerbang dengan kepiawaiannya melompat serta menapakkan kaki.

Akan tetapi, begitu Nula akan melewati tugu kembar itu seolah ada energi yang merangsang otaknya untuk mundur. Bisikan-bisikan yang menjatuhkan mentalnya benar-benar membuat kendali sistem sarafnya tak stabil. Ketimbang mendapatkan resiko yang lebih gadis tersebut memilih mundur.

Ia hanya bisa mengamati dari jauh beberapa kucing yang dengan mudahnya melewati tugu kembar yang jika dilihat dengan seksama mirip seperti tubuh kucing. Nula merenung bersama pikirannya.

Bagaimana gua nggak bisa masuk sedangkan kucing-kucing tersebut dengan mudahnya masuk kesana?

***

Nula kembali ke kediaman Jecky saat mentari sudah kembali menampakkan wujudnya. Semalaman ia terus merenung hingga ketiduran di bawah pohon yang ada di dekat rumah itu. Untungnya ia tak kehabisan pasokan oksigen yang memungkinkan nyawanya melayang.

Nula membuka ruang kerja milik bapaknya dan duduk menatap layar komputer. Tangannya mengetikkan sebuah kata kunci pada kolong pencarian. 'GELOMBANG YANG MEMBUAT OTAK KITA TERGANGGU'

Di sepanjang matanya mencari, ia hanya mnemukan artikel yang membicarakan gelombang elektromaknetik. Sebuah gelombang yang disebabkan oleh gelombang yang dihasilkan dari kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat melewati ruang dan membawa energi dari satu tmpat ke tempat yang lain.

Lalu matanya menangkap sebuah alat yang berbentuk tiang yang saling berhadapan. Dijelaskan pada deskripsi gambar tersebut sebuah sistem Elektromagnetik mikro yang jika mengenai suatu benda bisa memindahkan panas kedalamya.

Jika Nula menelaah lagi, gelombang yang kemarin ia rasakan itu bukanlah merupakan gelombang elektromagnetik mikro. Sebab perasaan yang ia rasakan bukanlah energi panas, melainkan sebuah rasa takut untuk melangkah maju.

Pada bagian website tersebut terdapat sebuah iklan yang menggambarkan mengenai situs wes yang menjabarkan mengenai SCP; secure, contain, dan protect. Dimana dijelaskan bahwa situs web ini bertanggung jawab melacak dan menangani individu, entitas, lokasi, dan objek yang melanggar hukum alam.

Apalagi ini, kemarin mitos; lalu sekarang muncul makhluk-makhluk tak jelas mirip sifat dari alien? Wah begitu banyak sekali hal-hal bodoh yang dituliskan oleh manusia tak bertanggung jawab ini.

Matanya kemudian mendapati sebuah SCP yang memiliki bentuk mirip dengan bangunan yang ia lihat kemarin.

SCP-531

Object Class ; Safe

{ Disebutkan bahwa SCP ini memiliki perawakan seperti kucing mesir dengan ornamen terbuat dari emas atau marmer. SCP ini akan aman ketika mereka saling menatap satu sama lain, namun bisa menyebabkan seseorang merasakan efek takut dan kejut ketika ingin melewatinya.

SCP ini juga memiliki dampak buruk, jika seseorang tanpa sengaja menatap mata salah satu patung maka manusia tersebut akan berubah menjadi sekumpulan koin emas.Jalan satu-satunya untuk melawan SCP ini adalah mundur dan tidak mendekatinya demi jaminan keselamatan.

Kecuali jika DNA anda adalah kucing, itu akan membuat tubuh anda kebal terhadap segala efek yang ditimbulkan SCP ini. }

Ini nggak masuk akal, cuma ada gituu! Gimana dong? - Nula menjatuhkan kepalanya ke atas meja kerja Jecky. Kepalanya benar-benar sudah terasa terbakar sekarang.

The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang