Chapter 25 : The Scared Felis Catus

5 3 0
                                    

Jhonathan berdiri di balik pohon mangga yang tertanam di rumah Nula. Lelaki itu tahu bahwa Deo sudah menanamkan program khusus untuknya, jadi selama batas yang ditentukan robot kucing milik Deo tidak akan menghampiri kawasan tersebut.

Sementara itu, Nula meletakkan robot Cleo ke atas sofa. Total sudah ada 3 buah mayat hidup dan tak hidup yang ada di dalam rumahnya. Kini ia merasa sangat tertekan dan gagal dalam menjaga orang-orang yang tersimpan di dalam hatinya.

"Apakah memang seorang seperti gua ini nggak pantes buat ngerasain cerita yang indah? Setidaknya nggak perlu gitu ketiganya meninggal diwaktu yang sama. Kenapa gua juga nggak ikut meninggal duluan?" Nula menelisik ke seluruh sudut ruangan. "Kalau dipikir-pikir, semua ini gegara gua nggak sih, Cle?" Nula menatap tubuh Cleo. Ia segera beranjak dan menghapus air matanya.

Sungguh air mata yang agak jahannam ini sangat ingin ku hilangkan saja! - batin Nula. Ia mengangkat raga Cleo menuju kamarnya dan menengkurapkannya ke atas ranjang. Ia mengambil sebuah obeng kecil dari ruangan bawah tanah.

"Untung gua sempet ambil chip ini balik. Bahkan si Jhonathan tak mau memasangnya, jelek sekali dia." Nula segera membuka device system Cleo. Akan tetapi betapa terkejutnya dia saat melihat sebuah chip yang tampak mewah sudah terpasang di dalam device Cleo. Ia segera menutup kembali tempat tersebut.

Tunggu! Darimana chip itu berasal? Jika memang chip itu sudah terpasang lalu mengapa Cleo masih belum bisa dihidupkan? - Nula mengangkat badannya.

"Karena untuk menghidupkan robot itu, kau harus memeluknya." Suara Jhonathan merasuk ke telinga Nula. "Kau mungkin membenciku. Tapi tidak dengan suaraku, kan? Sebagai robot aku bisa berbicara dengan seseorang melalui chip mereka, aku bisa mengendalikan pikiranku sendiri dan melakukan beberapa hal yang tak bisa dilakukan robot lain. Itu karena chip yang ditanam di system ku, KHUSUS!"

Nula bergegas memeluk tubuh Cleo. "Kalau emang lo bisa bangun, Cle. Gua mohon bangunlah. Gua buka hanya mau lo bangun, tapi gua mohon kepada lo buat bangun. Gua bukan lagi hanya berharap, tapi gua mau dan lo harus bangun." Tangan Nula semakin erat memeluk Cleo.

Sesaat kemudian dia merasakan sebuah tangan yang memeluknya balik. "Lo siapa? Gua suka pelukan, cuma lo siapa?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Cleo seketika menghancurkan hati Nula Seakan ia bar saja merasakan kupu-kupu yang bergejolak di perutnya berubah menjadi kobaran api.

"Lo tanya gua siapa, Cle? Lo nggak ingat sama gua?" Nula melepaskan pelukannya. "Lo ...," Ia ingin melontarkan sebuah umpatan untuk lelaki tersebut. Namun, disisi lain ia ingat kalau yang membuat Cleo begini bukanlah dia. Ini bukan sepenuhnya salah lelaki tersebut.

Nula mengambil jaketnya dan segera pergi guna menemui Deo. Namun, saat baru saja keluar ia dicegah oleh Jhonathan yang mendadak muncul dari balik pohon. "Lo mau pergi kemana? Jangan jauh-jauh dari gua!" Jhonathan Mencengkram dengan erat tang Nula.

"Apa sih! Nggak usah larang gua, gua mau nemuin Deo dan minta pertanggung jawabannya atas semua hal ini!" Nula berusaha melepaskan cengkraman Jhonatan. Namun kekuatan robot itu tak sebanding dengan energi yang dimiliki wanita itu. "Lepasin gua sekarang, kalau emang lo orang baik bukannya lo nggak bakal lakuin wanita kayak gini?!"

Mendengar hal itu Jhonathan hanya bisa menghembuskan napas lalu melepaskan genggaman tangannya. Dia hanya bisa melihat Nula yang berlari memasuki kegelapan malam. Gua nggak bisa ninggalin Cleo dan gua juga nggak bisa ngikutin Nula. Gimana ini! Jika sampai kucing itu mendeteksi keberadaan Nula ..., dia akan tamat oleh serangan penduduk desa.

Jhonathan mengambil napas panjang dan memejamkan mata. "Safe mode, on!" Jhonathan meraskan mesinnya yang mulai memanas. Mode aman ini bisa membuat jarak anti lacaknya semakin besar, namun disisi lain juga bisa menyebabkan kerusakan pada ornamen intinya. Aku harus segera bawa Cleo ke Balai Karang Taruna, sebab disana aku nggak harus ngaktifin safe mode dengan radius yang besar.

***

Nula berdiri tepat di hadapan tugu SCP 531. Jika sebelumnya gua bisa lewatin patung ini, maka sekarang pun pasti bisa!  - batin Nula. Ia mengepalkan tangannya dan dengan cepat berlari melewati tugu tersebut. Rasa tekanan yang tinggi membuat sistem otaknya terganggu untuk sejenak. Namun, ia tetap berhasil melewatinya meski diiringi dengan rasa pusing.

Ia segera melangkah masuk ke dalam kediaman Deo. Pandangannya langsung disambut oleh hamparan ruangan yang gelap nan luas. "Tak kusangka mangsaku datang sendiri kemari. Hai Nula!"

"Cepat turunlah! Beraninya cuma di atas. Lo harus mempertanggung jawabkan perbuatan lo karena udah buat Cleo hilang ingatan sama gua!" Nula melangkahkan kakinya mendekat ke arah Deo.

"Bukankah kau yang harusnya mempertanggung jawabkan perbuatan kejimu?!" Deo turun dari tempatnya berdiri. "Aku hanya mau memeringatkan satu hal padamu, ini adalah desa kekuasaanku dan kau bukan apa-apa disini!"

Deo dan Nula berada pada garis yang sejajar. Mata mereka saling menatap satu sama lain, perlahan Nula mulai merasakan tenggorokannya menyempit, akibat mengecilnya aliran darah dari kepalanya. Napasnya mulai terasa sesak, dia berusaha mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Namun, itu tak juga memberikan hasil yang sepadan.

"Nula! Menyingkirlah!" teriak seorang lelaki dengan baju putih serta celana jeans biru. Ia langsung memeluk tubuh Nula mundur dan itu menghindarkannya dari serangan peluru yang hampir mengenainya.

Jelas, itu bukan peluru biasa. Dapat dipastikan peluru tersebut mengandung sengat listrik yang bisa dipancarkan dari jarak jauh. Deo yang melihat wajah Nula dan Cleo semakin marah. "Kenapa kau masih bisa selamat? Bukankah seharusnya kau sudah rusak?"

"Aku mungkin bisa rusak, namun aku takkan pernah melupakan Nula, orang yang selama ini diprogram untuk aku jaga." Cleo menatap lekat mata wanita yang sudah ia kenal sejak umur 6 tahun itu.


Beberapa saat yang lalu,

Jhonathan menemui Cleo yang hanya duduk diam di ranjang Nula. Wajahnya tampak bingung begitu ditinggal oleh gadis tadi. "Apa aku ada salah, ya? Kamu lihat wanita yang lari tadi, nggak? Padahal aku cuma mau masukin data dia ke memoriku sebagai pemilik resmi sebab mau menghidupkanku. Cuma dia justru kabur."

Jhonathan hanya tersenyum simpul menyaksikan hal tersebut. Ia kemudian duduk dan menggenggam tangan Cleo. "Karena sebenarnya dia sudah mengenalmu, hanya saja sebuah insiden membuatmu lupa."

"Jadi, aku harus lakuin apa biar dia nggak marah lagi?" Cleo mengerutkan alisnya, ia menatap dengan lekat sosok Jhonathan yang masih berusaha ia masukkan ke dalam memorinya. Sesekali Cleo tampak mengedipkan matanya.

"Kau harus bisa memulihkan ingatanmu terhadap Nula," Jhonathan mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan beberapa foto kepada Cleo. "Apa kau ingat momen ini? Saat kau dan Nula datang pertama kali ke desa ini , atau yang satu ini saat kalian bercanda bersama di Balai Karang Taruna? Bahkan aku mempunyai sebuah foto saat kalian masih kecil. Bisakah kau mengingat gadis itu?"

Cleo menggelengkan kepala, membuat Jhonathan harus memutar otak lagi untuk bisa membuat Cleo kembali teringat kepada Nula. "Begini saja, kau ikut denganku dan akan ku antar kau kepada Nula. Saat sampai disana, peluklah dia dan tatap matanya dalam-dalam. Apa kau bisa mengerti?" Cleo hanya mengangguk diam.

The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang