Chapter 15 : U & I

7 4 0
                                    

Dentingan telepon memaksa Deo untuk sadar dari mimpi indahnya. Dengan wajah lesu lelaki tersebut merangkak dan mengambil ponsel dengan casing bergambar kelinci itu dari atas nakas. Meski matanya masih belum seratus persen terbuka, namun ia bisa membaca seukir kata penelpon di ponselnya.

"Jho, kau jadi pulang kapan? Seingatku kau terakhir kali berkunjung kesini sekitar 10 tahun yang lalu, dan saa itu mungkin bisa dikatakan bukan saat yang menyenangkan bagimu."

"...."

"Kenapa tidak hari ini saja?"

"....."

"Dasar! Tahukah kau besok tuh malam satu suro. Disini rawan banget kecelakaan. Yakin kau mau balik besok? Aku nggak bakal bisa jemput kau jika datang besok." Rasa rindu membuat Deo terus memaksa Jhonathan.

"...."

"Iyahh! Aku selalu ingat kok Jho, sudah jadi kebiasaan untuk menyediakan babi kriuk saat kau datang. Sudahalah sampai ketemu besok yaaa!" Deo menutup teleponnya. Ia beranjak dan mengambil handuknya yang ada di atas kursi.

Saat akan membuka jendela rumah, ia melihat Cleo yang masih terbenam pada mimpinya. Apakah dia tengah melakukan hibernasi?

Deo membuka tirai depan, membuat sinar mentari menusuk ke wajah Cleo. "Cepat bangunlahh! Hari sudah siang. Kau tak mau kan rezekimu di patok ayam?" tuturnya.

"Arghh biarin gua tidur bentar!!" Cleo meringkukkan badannya, lelaki itu menutup mukannya menggunakan bantal. "I want to sleep!"

"Cepaaat bangunlah! Aku mau ada acaraaa kau tak boleh ada disini! Lagipun kau sudah tidur cukup lama lohh," Deo memukul badan Cleo. "Kau mau pergi atau aku akan membacakan cerita tidur lagi? Sekalian aja biar kau tak pernah bangun lagi."

"Astagaaa apakah ini cara mengusir lainnya?" Cleo menegakkan badannya. Ia mengusap kotoran hasil sekresi dari kelenjar air mata yang terakumulasi selama ia tidur dan bercampur dengan debu atau dalam nama lainnya belek.

"Gua mau makan dulu!" ucapnya ngelunjak. Dengan satu tarikan napas Deo langsung mengerahkan semua energinya dan menendang bocah itu keluar dari rumahnya. Ia benar-benar sudah tak sanggup merawat pria dengan nafsu makan tinggi bernama Cleo itu.

"Maaf, tapi aku terpaksa melakukan ini. Tepatnya sebelum persediaan makananku kau habiskan," keluhnya. Ia menutup pintu dengan kasar hingga meninbulkan suara keras. Terlihat pintu tua itu seakan hampir roboh dibuatnya.

Does he have a dat? Dia tak mungkin membawa seorang cowok ke rumahnya kan? Masih agak aneh membayangkan wujudnya kemarin. Semoga gua nggak di anu lah sama dia. Secara tubuh gua ini sangat menggoda.

Cleo bangkit dan membersihkan tanah yang masih melekat pada celananya. Ia mengeluarkan motor dari garasi Deo. Mendadak Cleo kembali teringat akan kejadian kemarin yang cukup membuatnya menyesal. Ia kemudian melajukan motornya dan berencana untuk menemui Nula.

Lelaki itu mengebut dan membuat pengendara motor lainnya hampir saja terjatuh dibuatnya. Sampai matanya menangkap sosok wanita yang selalu terbayang dalam hatinya. Ia menekan rem dengan mendadak, membuat motornya mengeluarkan ekor kabut akibat pergesekan antara aspal dan ban motornya.

Lelaki itu segera membuka helmnya dan berteriak sekuat tenaga menyerukan nama Nula. Ia merobohkan motornya ke atas jalan dan segera berlari mengejar Nula. Mendengar hal itu bukannya berhenti Nula justru mempercepat langkah kakinya.

"Wait a minute! Gua mau ngomong sesuatu ke lo," Cleo menggenggam tangan Nula, ia menatap dengan lekat mata gadis itu. Bisa terlihat air mata mulai menetes dari mata keduanya. "Why lo harus pergi? Gua cuma mau jadi keren di depan lo, itu aja!"

The Sacred Felis Catus {Tahap Revisi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang