BAB 2
Pernikahan itu tak ubahnya seperti bermain judi, katanya. Jika beruntung, bahagia akan didapat. Pun sebaliknya. Menjalin hubungan bertahun-tahun tidak menjamin kau akan benar-benar mengenal pribadi seseorang, karena sebagian ada yang baru akan menunjukkan sifat asli setelah pernikahan.
Dan kini, Rena sudah melempar dadu pada takdir. Entah dirinya akan menang atau kalah, pasrah saja sekarang.
Steel bilang akan datang melamar lusa. Maka tunggu saja lusa. Entah dia tipe yang bisa dipegang omongannya atau tidak, Rena tak ingin peduli. Meski dadanya terasa menyempit setiap kali mengingat percakapan mereka. Harapan dan penampikan kenyataan berperang dalam benaknya dan membuat ia kewalahan sendiri menghadapi semua itu.
Esok paginya, Rena terbangun dengan rambut awut-awutan seperti biasa. Yang berbeda hanya lingkar hitam di bawah mata efek kualitas tidur yang luar biasa buruk. Dan itu hanya karena panggilan telepon seorang Steel.
Steel Hanggara. Lelaki yang sudah Rena cukup lama. Kurang lebih tiga tahun ini. Hubungan mereka juga terbilang baik. Kenyataan bahwa keduanya sempat berniat dijodohkan oleh Cinta tetapi gagal lantaran kesan pertama yang buruk sama sekali tak menjadi alasan keduanya saling menghindar. Meski harus diakui, awalnya demikian. Hanya saja anak-anak mendekatkan mereka. Anak-anak keluarga Hutama yang sering sekali berbuat ulah itu.
Rena masih ingat betul hari tiga tahun lalu. Di sebuah tempat makan yang kala itu masih terbilang baru dan belum seramai sekarang. Detik-detik takdir mempertemukan seorang Rena dan Steel. Pertama kali Rena tahu ada seorang bernama Steel di antara ribuan miliar manusia di muka bumi.
Itu merupakan salah satu hari paling menyebalkan bagi Rena. Bayangkan saja, pagi yang seharusnya ia awali dengan senyum dan hal manis, menjadi buruk lantaran ia mendapat ulasan buruk di salah satu marketplace tempatnya berjualan. Pun beberapa jam setelahnya, ia mendapatkan beberapa barang packing yang kembali dari ekspedisi lantaran pelanggan menolak membayar sistem COD yang yang sudah disepakati sebelumnya.
Ini bukan kali pertama memang. Balada hidup seorang pedagang memang demikian, hanya saja tamu bulanan yang datang di hari yang sama menjadi penyebab utama hancurnya suasana hati Rena.
Dengan tampang datar dan penampilan ala kadarnya--kendati menjual berbagai jenis gamis dan hijab trendi, nyatanya Rena salah satu tipe manusia yang tidak terlalu memperhatikan penampilan--wanita itu berangkat menuju tempat janji temu dengan Cinta dan seseorang yang katanya akan diperkenalkan kepadanya. Seseorang yang kebetulan saat itu sedang berusaha mencari istri. Dia hanya mengenakan gamis hijau lumut sederhana sederhana dan hijab motif abstrak persegi yang diberi aksen bros kecil di bagian dada untuk mempermanis tampilan.
Begitu merasa tampilannya sudah cukup rapi, ia pun berangkat.
Sejujurnya Rena risih menjalani hal-hal semacam ini, diperkenalkan sebagai seseorang yang mungkin akan dipilih sebagai istri kalau cocok, atau dilupakan bila tidak cocok. Ia merasa tak ubahnya seperti barang dagangan yang ditawarkan.
Namun apa mau dikata, terkadang jalan hidup memang tidak selaras dengan keinginan. Toh, ini juga bukan kali pertama. Sudah ke sekian kali. Akhirnya jangan ditanya, sebagian besar tidak memberikan jawaban dan pergi begitu saja bagai angin musim kemarau. Menyisakan dingin menusuk tulang, juga demam menyebalkan.
Faktor utama yang menjadi pertimbangan setiap Adam tentu saja penampilan dan tampang. Kebetulan Rena bukan perempuan yang dianugerahi rupa jelita. Wajahnya tergolong standar. Hidung setengah mancung, mata berbentuk dan berwarna umum, bibir lebar dan agak tebal, juga tulang rahang lebar. Sama sekali tidak cantik.
Jadi, Rena memang tidak berharap banyak hari itu. Ditambah pertanda tidak menyenangkan yang ia dapat di jalan seperti jawaban pasti dari perasaannya bahwa pertemuan tersebut tak akan berjalan baik. Motor bebek kesayangan wanita itu sempat mogok di jalan. Alhasil, ia sampai terlambat di tempat temu.
![](https://img.wattpad.com/cover/325529510-288-k100186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Win-win Solution, Why Not?
RomanceMenginjak usia kepala tiga, pertanyaan kapan nikah makin santer Rena dapat. Membuatnya kian pusing setiap hari, serasa mendapat teror tiada henti. Padahal, apa salahnya hidup sendiri? Toh, dia tak pernah merepotkan siapa pun. Hanya saja, seringkali...