BAB 13

4.3K 1K 93
                                    

Menikah dengan seseorang yang tidak dicintai ternyata tidak seburuk itu. Oh, bukan tidak dicintai, tapi belum. Atau mungkin bahkan sudah tanpa Rena sadari entahlah, intinya demikian.

Steel tidak seburuk yang Rena pikirkan. Dia bahkan memiliki beberapa sisi manis yang wanita itu suka. Seperti, Steel suka manja dan membuat Rena merasa dibutuhkan. Hal tersebut paling sering terjadi kalau sang suami pulang kerja dan kelelahan. Dia akan langsung menarik Rena ke ranjang hanya untuk meminjam pangkuannya sebagai bantalan. Lalu merengek agar Rena mau mengelus-elus kepalanya sepeti anak kucing.

Setelah menikah, Steel bahkan mengubah hampir semua foto profil sosial medianya dengan gambar pernikahan mereka. Dia juga tidak pernah bersikap kasar dan sebisa mungkin memberikan apa yang Rena mau selagi tidak aneh-aneh.

Lebih dari segalanya, Steel bersikap sangat baik pada Yanti dan benar-benar menganggap sang ibu mertua seperti ibu kandung sendiri.

Ini benar-benar di luar ekspektasi. Rena serasa mendapatkan durian runtuh.

Steel boleh mengatakan hatinya masih dimiliki wanita lain, tapi entah mengapa saat ini Rena justru merasa sangat dicintai. Jadi jangan salahkan dia kalau kini hatinya luluh semudah itu. Putra bungsu Pak Hanggara benar-benar jelmaan dari sosok impian yang selama ini sering Rena mohonkan dalam doa.

Kini Rena tidak mengharapkan apa pun lagi selain kehadiran bayi mungil yang akan melengkapi kebahagiaan ini. Berharap dengan adanya anak, Steel akan lupa sepenuhnya bahwa ada wanita bernama Karin di dunia ini. Akan tetapi bahkan sampai usia pernikahan mereka menginjak bulan kedua, kabar baik tersebut tidak pernah datang. Haid bulanan Rena masih selancar biasanya.

Ah, baru juga dua bulan. Rena berusaha menghibur diri seraya keluar dari kamar mandi. Hatinya yang kacau menjadi lebih tenang saat melihat Steel yang terbaring di atas ranjang. Terlihat masih lelap dalam tidur siangnya.

Rena menghampiri lelaki itu dan menggoyang pelan lengannya yang telanjang. Ah, Steel memang suka sekali tidur tanpa mengenakan baju. Hanya celana pendek sebetis. Gerah katanya, padahal suhu ruangan di kamar mereka sudah disetel sedemikian rendah sampai Rena seringkali merasa kedinginan. Tapi Rena sama sekali tak keberatan karena Steel seringkali memeluknya seperti guling.

Katanya di suatu hari saat Rena yang kepanasan berusaha melepaskan diri dari dekapan suaminya, “Tubuh kamu yang kecil enak sekali dijadikan guling, Ren. Sayang aja tulang semua. Andai kamu sedikit saja lebih berisi, pasti empuk.”

“Empuk? Kamu kira aku bantal?!”

“Lebih enak dari bantal malah!” Alih-alih melepaskan, Steel justru makin mengeratkan pelukan dan menimpa paha Rena dengan betisnya agar sang istri tidak bisa bergerak lagi.

Rena yang terbiasa tidur sendirian hampir selama seumur hidupnya, tentu saja merasa tak nyaman dipeluk sedemikian erat selepas menikah dan bahkan jadi kesulitan tidur. namun siapa sangka dia ternyata bisa dengan cepat beradaptasi.

Kini, Rena justru kesulitan tidur kalau Steel tidak memeluknya. Benar, secepat itu perubahan hidup Rena setelah menikah.

Anehnya, Rena menyukai perubahan ini. Ia tidak merasa kesepian lagi seperti dulu. Sekarang ada orang lain yang bisa diajak bicara lebih intim tanpa harus menyembunyikan apa pun. Menceritakan segala hal dan kejadian yang dialami seharian meski besok kalau ditanya lagi Steel sudah lupa.

Menikah, ternyata menyenangkan. Setidaknya sekarang, entah nanti. Rena hanya ingin menikmati selagi bisa. Meski tak dipungkiri, ia menginginkan yang seperti ini selamanya. Sepanjang sisa hidup yang dirinya punya.

“Steel, bangun. Udah hampir sore ini, katanya mau jalan.”

Yang berusaha dibangunkan mengerang tanpa membuka mata sama sekali dan malah berbalik badan memunggungi Rena. Seolah goyangan pelan pada lengannya hanya gangguan kecil yang sama sekali tak berarti.

Win-win Solution, Why Not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang