3화

41 15 8
                                    

Suara kicauan burung membuat perasaan Ji Ah bercampur aduk. Bahkan sudah berganti hari, ia tidak kembali ke rumah. Saat ini pasti ibunya tengah menurunkan prajurit untuk mencarinya dan Yoo Na. Tak pernah terpikirkan oleh Ji Ah, bermain ke festival dan akan berakhir dihukum di istana seperti ini. Bodoh sekali. Seperti terkurung di tempat asing. Dipenjara karena kesalahan kecil yang mengakibatkan nyawanya di antara hidup dan mati.

Yoo Na membuka jendela kamar dengan lebar. Udara sejuk pegunungan terasa sampai menusuk kulit yang tak terlapisi kain. Sinar matahari sudah benderang hingga kamar bisa terkena hangatnya mentari pagi.

"Ji Ah, aku akan berjalan-jalan di luar. Kau mau ikut?"

Ji Ah yang sedang duduk di depan meja. Tangan kirinya menopang dagu. "Apa? Memangnya aku boleh keluar?"

Yoo Na mengangguk cepat. Ia meyakinkan Ji Ah lagi. "Kalau kau dimarahi, katakan padaku, mengerti?"

Ji Ah pun mengikuti kata Yoo Na untuk berjalan-jalan di luar.

***

Gong Wook menaikkan jubah hitam untuk menutupi badan dan wajahnya. Matanya menelusuri sebuah rumah yang dipagar tinggi. Di gerbang itu terdapat dua prajurit yang tengah berjaga. Sambil menunggangi kuda hitamnya, Gong Wook berjalan menghampiri kedua prajurit itu. Namun, karena dianggap mencurigakan, Gong Wook dihadang menggunakan pedang yang membuatnya terpaksa turun dari kudanya.

"Siapa Anda?"

"Turunkan jubah Anda!"

Gong Wook menurunkan jubah yang menutupi wajahnya. Ia menatap kedua prajurit itu bergantian. "Mustahil kalau kalian tidak mengenalku."

Melihat wajah sang pangeran, kedua prajurit itu menurunkan pedangnya dan menyimpannya kembali. Setelah meminta maaf dan memberi hormat, kedua prajurit itu membukakan pintu gerbang yang sedari tadi ditutup dan dikunci rapat. Ia kembali melompat ke atas kuda dan membawanya masuk ke dalam halaman rumah keluarga Han.

Rumah ini tampak sepi. Gong Wook menitipkan kudanya pada salah satu prajurit yang sedang berpatroli. Ia melangkah dengan kaki besarnya menuju rumah utama yang dipimpin oleh Han Min Ah itu. Di depan rumah itu terdapat satu orang penjaga yang bersiaga. Gong Wook pun menghampirinya.

"Selamat datang, Yang Mulia Pangeran Gong Wook," sapa penjaga dengan sopan.

"Aku ingin menemui Nyonya Han," pintanya.

"Nyonya Han berpesan pada saya untuk tidak menerima orang, tapi karena ini dari kerajaan dan sepertinya ada sesuatu yang penting, saya akan mengantarkan Yang Mulia menemuinya."

Sang penjaga itu langsung membukakan pintu rumah dan memberikan petunjuk menuju kamar Han Min Ah berada. Mata Gong Wook menelusuri setiap bagian rumah mewah ini. Peninggalan Han Gan Young memang tak main-main. Ia sangat kaya untuk ukuran bangsawan besar.

Mereka pun sampai setelah beberapa belokan di koridor. Kamar milik Han Min Ah dijaga ketat oleh dua prajurit dan dua pelayan. Mereka membungkuk patuh setelah melihat mereka kedatangan tamu agung. Gong Wook menatap kamar yang berada di samping kamar Han Min Ah. Ruangan itu juga dijaga oleh dua prajurit di depan pintu.

Merasa Gong Wook tak mendengar ucapannya, sang penjaga yang mengantarkannya itu menegurnya, "Yang Mulia?" Mata penjaga itu terarah pada pandangan yang sama debgan Gong Wook. "Oh, itu kamarnya Nona Ji Ah. Setelah pergi ke festival, Nona Ji Ah tidak kembali ke rumah. Ini alasan kenapa Nyonya Han tidak membukakan pintu bagi siapapun yang ingin mengunjunginya," jelasnya.

Gong Wook semakin merasa bersalah mendengar penuturan dari penjaga itu. "Baiklah. Apa Nyonya Han ada?"

Pelayan yang baru saja keluar dari kamar Han Min Ah itu mengangguk. "Kami akan mengantarkan Anda ke ruang tamu, Yang Mulia."

THRONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang