8화

28 9 0
                                    

Gong Wook mengumpulkan para pasukan pembasmian di lapangan latihan belakang istananya. Gong Wook menjelaskan secara rinci apa yang dijelaskan oleh Ji Ah padanya kemarin dan tentu saja ia juga ingin sukses membasmi binatang buas yang tiba-tiba muncul. Kemunculan inilah yang mengganggu para warga yang sedang bekerja dan bertani, dilaporkan oleh beberapa prajurit yang berjaga di sana, per hari ini korban jiwa ada enam orang petani dan dua anak yang ikut berani di kebun. Terlebih, Ji Ah menyuruhnya untuk segera mengevakuasi warga.

"Pasukan A, lakukan pembuatan posko pengungsian. Pasukan B, mengajak para warga ke tempat pengungsian. Pasukan C yang akan siaga di perbatasan pemukiman dan hutan Yar, binatang buas bisa turun kapan saja."

Penjelasan dari mulut Gong Wook membuahkan pemahaman dari para pendengarnya. Strategi selanjutnya, tentu saja harus dibicarakan dengan pasukan masing-masing agar pembahasan lebih fokus pada tugas mereka. Kegiatan ini adalah antara hidup dan mati, jadi siapapun yang mengikuti pembasmian, sudah siap dengan konsekuensi terburuknya.

"Untuk detailnya diskusikan saja dulu. Kalau sudah, beri tahu aku."

Setelah berucap, Gong Wook melenggang pergi dari lapangan. Setidaknya rencananya yang akan dilakukan telah disampaikan kepada para pasukan dan mereka mengerti. Gong Wook akan mencoba yang terbaik untuk mendapatkan tahta sebagai Raja berikutnya. Tentunya hal seperti ini akan menjadi tugasnya nanti. Ia tidak boleh lengah dari kakak tirinya, Gong Jun.

"Aku harus bertemu Ji Ah," ucap Gong Wook bermonolog.

Sebelum sampai ke kamar Ji Ah, netra milik Gong Wook menangkap dua gadis yang sedang berjalan-jalan sore di area taman. Awalnya Gong Wook ragu untuk mendekati mereka, tapi karena ia ingin berbicara mengenai pembasmian ini dengan Ji Ah, ia harus berani mengambilnya dari sisi Yoo Na.

Dengan hati yang mantap, Gong Wook mengambil langkah besar ke arah mereka. Keduanya tertawa sedang serius bercanda. Para dayang yang berada di sekitar kedua gadis itu langsung membungkuk dan menyapa Gong Wook dengan sopan dan hormat. Sapaan itu membuat Ji Ah dan Yoo Na refleks melakukan hal yang sama dengan para dayangnya.

Baru saja Gong Wook akan mengucap, Gong Jun muncul dari salah satu sisi ke arah mereka. Sial. Gong Wook mengumpat di dalam hati, wajahnya tiba-tiba gelisah. Ia tidak bisa mengatakan itu di sini, karena ada Gong Jun. Bisa-bisa, urusan ini akan segera diketahui olehnya.

"Oh, kau ... sedang apa di sini?" tanya Gong Jun pada Gong Wook.

Gong Wook tersenyum tipis. "Aku sedang berjalan-jalan." Gong Wook tampak sedikit salah tingkah, kalau menjawab 'ingin berbicara dengan Ji Ah' mungkin saja gadis itu akan menghindarinya.

Gong Jun menatap aneh Gong Wook. Ia menyapu pandang dari ujung sepatu Gong Wook sampai undakan rambutnya. "Kau kenapa?"

"Tidak apa-apa!" jawab Gong Wook refleks. "Ah, aku---

"Lama sekali," gerutu Gong Jun. Ia langsung melirik Yoo Na yang tengah berdiri di depannya. "Ayo berjalan-jalan denganku," ajaknya. Ia mengulurkan tangannya di depan Yoo Na.

Pandangan Yoo Na teralihkan pada Ji Ah. "Ji Ah," panggilnya.

Wajah Ji Ah sedikit murung, tapi melihat wajah Gong Jun yang menatapnya dengan tajam membuatnya menelan ludah pahitnya. Ia mengangguk pelan dengan kepala tertunduk. Walaupun terpaksa, padahal tadi Ji Ah baru bertemu dengan Yoo Na dan melepas segala kecemasannya, kini ia harus berpisah dengan Yoo Na lagi. Akhir-akhir ini, Yoo Na lebih sering bersama dengan Gong Jun dibandingkan dirinya. Di dalam hati, Ji Ah memang ingin Yoo Na bahagia, tapi ia juga belum rela kalau Yoo Na harus membagi waktunya dengan Ji Ah ataupun Gong Jun.

"Ji Ah!" panggil Gong Wook pelan. Kepala Ji Ah terangkat perlahan. "Kemari, ikut aku."

Melihat intruksi Gong Wook, Ji Ah mengangguk paham. "Baik, Yang Mulia."

THRONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang