2화

48 16 5
                                    

"Lepaskan aku! Kalian tidak mendengarkanku, ya?!"

Ji Ah terus-terusan memberontak selama perjalanan menuju istana. Kedua tangannya dipegang oleh pengawal istana dengan sangat erat sehingga bergerak sedikit pun ia akan merasa cekalan itu semakin mengerat di pergelangan tangannya. Ia sudah lelah dan memilih untuk diam tak bicara lagi. Semuanya tampak tidak peduli dengan kondisi Ji Ah.

"Yoo Na Unnie," cicit Ji Ah pelan. Membayangkan wajah khawatir Yoo Na pun tak bisa, apalagi ibunya yang pasti menunggunya pulang dari festival. "Ibu, aku ingin pulang."

"Kalau kau bisa sopan padaku, mungkin aku tidak akan melakukan ini padamu," celetuk Gong Wook.

Mereka sudah sampai di istana. Meskipun bukan istana utama tempat tinggal raja dan ratu, gedung ini tak jauh dari istana utama. Dibandingkan gedung, tempat ini bisa dibilang seperti sebuah rumah. Rumah bernuansa tradisional tapi tetap bagus dan nyaman. Pemandangan yang mungkin sedikit berbeda dengan rumah miliknya yang dekat tetangga sedangkan di sini harus berjalan jauh untuk keluar dari gerbang utama.

Ji Ah yang digusur itu, kini sudah sampai di depan sebuah ruangan. Pintu geser yang terbuat dari kayu itu sudah terbuka, menampakkan isi ruangan luas itu. Perlahan kakinya mengikuti langkah pengawal yang menariknya paksa itu. Mereka melepaskan cekalan tangannya dengan kasar sehingga Ji Ah tersungkur di atas lantai kayu itu.

"Aw!" Ji Ah mendesis pelan kala lututnya bergesekan dengan lantai kayu.

Gong Wook bersedekap dada. Ia mengisyaratkan para pengawal untuk keluar dari ruangan itu. Sekarang hanya tersisa Ji Ah dengan Gong Wook di sana.

"Siapa namamu?" tanya Gong Wook ketus.

Ji Ah menatap Gong Wook kesal. "Han Ji Ah! Putrinya Han Min Ah!"

Gong Wook menganggukkan kepalanya paham. "Oh, jadi kau ini bangsawan. Perilakumu seperti bukan bangsawan kurasa."

Ji Ah mendelik kesal. Ia tentu saja kesal dengan segala perlakuan yang dilakukan padanya. "Aku ingin pulang."

"Besok, aku akan memberikan surat pada Han Min Ah. Kau jangan pernah mencoba untuk kabur. Di setiap celah, terdapat para pengawal." Gong Wook memperingati Ji Ah namun gadis itu tetap terdiam. "Kenapa kau sefrustrasi itu?"

"Aku tidak pernah melihatmu, kau siapa?" tanya Ji Ah tiba-tiba. Walaupun matanya hanya menatap lantai kayu. Ia duduk sambil memeluk kedua lututnya.

Gong Wook mendengus kesal. "Kau tidak tahu siapa aku? Kau benar-benar bangsawan bukan?"

"Oh, aku hanya bertanya. Kalau kau tidak mau jawab, tidak apa-apa, Yang Mulia," tegas Ji Ah walaupun suaranya sedikit mengecil.

"Gong Wook. Namaku Gong Wook. Putra ketiga Paduka Raja Wang Soo."

Perlahan mata sipit Ji Ah menelusuri Gong Wook dari kaki hingga berakhir di matanya. Seorang pangeran? Ia benar-benar sudah gila karena mengotori pakaian milik pangeran kerajaan ini. Apa yang ada di pikirannya saat ini adalah, kebodohannya yang hanya memikirkan sate itu. Ia masih ingin sate yang berada di atas tanah tadi.

"Aku lapar sekali. Aku ingin sate," gumam Ji Ah pelan. Ia menelungkupkan wajahnya di atas lutut yang ia tekuk. Tangannya menutupi kepalanya. "Yoo Na Unnie."

Gong Wook yang awalnya menatap Ji Ah kesal, kini berganti dengan tatapan iba. Sejujurnya ia juga tidak tahu bahwa ini akan berujung menjadi seperti ini. Ia terpaksa menggusur anak orang bangsawan dan menghukumnya atas ketidaksengajaan dia sendiri. Namun, Gong Wook meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lakukan ini adalah yang terbaik dan murni karena kesalahan Ji Ah.

"Beristirahatlah," ucap Gong Wook. Melihat kepala Ji Ah yang tak kunjung terangkat itu, akhirnya Gong Wook meninggalkannya sendiri di ruang kamar besar itu.

THRONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang