9화

25 7 0
                                    

Hoam!

Yoo Na meregangkan otot-otot tubuhnya dengan menggeliatkannya, perlahan ia mendudukkan dirinya. Ia baru saja terjaga setelah semalam ia dan Ji Ah berbicara tentang Gong Jun dan kejadian malam kemarin. Kepalanya bergerak perlahan ke arah kanannya untuk melihat tempat tidur Ji Ah. Namun sayangnya tak ada sosok yang ia cari di sana. Tempat tidurnya sudah rapi seolah tak ditiduri oleh pemiliknya. Di kamar pun tak ada dayang yang berjaga, hanya Yoo Na sendirian.

"Apa aku bangun terlalu siang?"

Kini sorot mata Yoo Na teralih pada jendela kayu yang masih ditutup. Tandanya, dayang atau pelayan belum ada yang masuk ke dalam kamar. Kalau begitu, ini masih sangat pagi?

Perlahan Yoo Na keluar dari kasur empuknya. Ia berjalan dengan hati-hati menuju pintu kamarnya. Ia ingin melihat langsung situasi dan kondisi di luar seperti apa. Mungkin saja Ji Ah sedang duduk di luar dan menikmati dinginnya udara pagi. Akhir tahun, selalu saja bersalju dan suhu pun semakin turun.

Srak!

Yoo Na menyesuaikan dengan cahaya matahari yang masuk. Ternyata benda panas itu sudah muncul dari ufuk timur. Walaupun tak terik, sepertinya ini masih awal pagi. Kepalanya digerakkan ke kiri dan kanan secara bergantian sambil memperhatikan tiap objek yang ditangkap netranya. Tiang kayu, pohon-pohon, dedaunan, tanah basah keputihan, dan tetesan embun yang ia dapatkan. Tak ada sosok perempuan bernama Han Ji Ah di dekat kamar ini.

"Aish, Ji Ah, kau ke mana?!" gumam Yoo Na gelisah.

Terdengar suara sandal mendekat. Yoo Na langsung melirik ke asal suara itu muncul. Sayangnya, bukan Han Ji Ah. "Nona! Sudah bangun pagi ternyata! Wah, ini rekor terbaik!" puji Ye Rim ceria.

Yoo Na menatap Ye Rim sedikit kesal. "Ini terlalu pagi untuk bangun," balas Yoo Na malas.

"Kalau begitu, Nona kenapa sudah bangun? Nona Ji Ah belum bangun?" Kepala Ye Rim terangkat untuk mengintip isi kamar nonanya itu.

"Tidak ada Ji Ah di dalam. Apa kau melihatnya?" tanya Yoo Na.

Ye Rim mengerutkan keninganya bingung. "Tidak, Nona."

Yoo Na kembali ke dalam kamar dan mencari ke kamar mandi. Pintu dibuka sedikit kasar, tapi tidak ada kehadiran Ji Ah di sana. Masalahnya, Ji Ah tak berperilaku aneh akhir-aneh ini, tak ada juga yang ia sembunyikan. Ji Ah selalu mengatakan apapun pada Yoo Na, termasuk urusan pembasmian itu. Yoo Na tahu dari Ji Ah dan tentinya Yoo Na tahu apa yang Ji Ah beri tahu pada Gong Wook tentang pembasmian ini. Yoo Na tidak mau menjelaskan secara detail pada Gong Jun karena tiba-tiba firasatnya berkata bahwa mulutnya harus tetap terkunci jika hal itu menyangkut dengan Ji Ah.

"Aku tidak menemukan Ji Ah di kamar," adu Ye Rim pada Hwang Joo yang baru saja tiba ke kamar tamu milik Yoo Na dan Ji Ah.

Hwang Joo memasang wajah datarnya. Di dalam hatinya, tentu saja panik. "Benarkah?"

Ye Rim mengangguk cepat. "Iya. Aku takut kejadiannya seperti saat Nona Yoo Na tak pulang kemari."

Yoo Na tiba-tiba merasa sedih, bingung, kesal, dan marah dalam satu perasaan yang dinamakan campur aduk.

***

Ji Ah tengah berada di sebuah jalan rahasia milik Gong Wook, letaknya tak jauh dari tempat kemarin yang ia kunjungi. Setelah melepas beberapa prajurit pasukan A, kedua manusia itu memilih untuk berjalan-jalan pagi terlebih dahulu sambil berbicara mengenai pembasmian. Walaupun sedikit mengantuk, Ji Ah tetap menahannya.

Gong Wook berdehem. "Kau sangat yakin ini akan berhasil?"

Ji Ah mengangguk. "Tentu saja. Kenapa? Kalau Yang Mulia ragu, tentu saja tidak akan berhasil. Kuncinya hanya yakin dan percaya pada diri sendiri bahwa semuanya bisa dilewati," ujar Ji Ah.

THRONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang