31화

31 7 0
                                    

Tujuan Ji Ah membawa Yoo Na ke hadapan Gong Jun adalah untuk membuatnya goyah dan memberi peringatan kepada Gong Jun bahwa perkataannya tak main-main. Adegan ini adalah bagian dari rencananya. Ji Ah tak berharap bahwa Soo Hee akan merasa keberadaannya terancam tapi dilihat dari ekspresinya sudah sangat jelek. Apalagi ke arah Yoo Na yang diketahui oleh semua orang adalah calon istri seorang raja yang duduk di samping Soo Hee dulunya.

"Yoo ... Na?"

Bangsawan Han belum memberi salam, tapi suara Gong Jun membuat semua bangsawan terdiam. Begitu juga Min Ah yang memimpin langkah mereka. Ternyata, pria yang kini menjadi raja itu masih mengingat nama Yoo Na. Yoo Na yang dipanggil hanya menatap sendu ke arah Gong Jun.

Ji Ah semakin mengeratkan genggamannya. "Ayo, Unnie. Berikan salam terbaikmu pada mereka," bisiknya.

Min Ah berlutut di hadapan Gong Jun dan Soo Hee yang diikuti oleh Ji Ah, Yoo Na, dan Hwang Joo. Mereka bersujud selama sepuluh detik ke arah pemimpin negara yang baru. Min Ah yang memandu itu langsung mengatakan apa yang dikatakan para bangsawan sebelumnya. "Wilayah Han akan selalu menjadi bagian dari Cheonguk dan selaku pemimpin Han, saya akan selalu setia pada Cheonguk."

Dari sudut pandang Soo Hee, seorang Kang Yoo Na adalah hambatan baginya. Kabar tentang asmara Gong Jun di masa lalu telah ia ketahui, termasuk wanita yang sangat Gong Jun cintai hingga detik ini. Setelah berita pengkhianatan dan Gong Jun ditinggalkan oleh Yoo Na, Soo Hee mengambil kesempatan ini untuk melakukan hal yang sangat ingin ia lakukan. Namun, jika keberadaan Yoo Na sejelas ini, bukankah ia bisa saja diganti kapanpun oleh perempuan yang sedang berlutut ke arahnya itu?

"Dia ... ke mari," gumam Gong Jun.

Soo Hee melirik Gong Jun datar. "Apakah hatimu jadi ragu setelah melihatnya yang tampak tunduk dengan manis dan sopan itu?" tanyanya.

Gong Jun diam tak menjawab tapi matanya masih terus memperhatikan gerak-gerik Yoo Na yang berkomat-kamit dengan Ji Ah dan dayangnya, Hwang Joo. Setelah mengucap salam perpisahan, Gong Jun juga tak bergerak sedikit pun dari setiap kegiatan yang Yoo Na lakukan di depannya.

Soo Hee menghembuskan napas beratnya. "Bagaimana bisa rencanamu denganku berjalan kalau kau masih menatapnya penuh cinta?"

Gong Jun tertawa kecut mendengarnya. "Lalu, apa yang kau harapkan dariku?"

***

Hati Yoo Na tersayat begitu dalam ketika melihat Gong Jun dan Soo Hee duduk di atas singgasana. Semakin diperhatikan, dadanya semakin sesak. Sosok yang dulu selalu menghangatkan harinya, membuatnya bahagia, dan selalu merasa bahwa hidupnya semakin sempurna, kini sudah jauh darinya. Bahkan bukan hanya jarak yang semakin jauh, tapi derajat mereka yang sudah tak sepadan lagi. Yoo Na hanya seorang rakyat biasa dan orang yang ia sayangi kini sudah berada di posisi tertinggi.

"Unnie, kau masih bersedih?" tanya Ji Ah khawatir.

Yoo Na mencoba tersenyum namun hanya sebuah gelengan yang bisa ia berikan. "Tidak, Ji Ah."

Ji Ah memeluk satu-satunya sahabat yang terpuruk itu. Kenapa harus Yoo Na yang merasakannya?

"Ji Ah," panggil Yoo Na dalam dekapan Ji Ah yang hangat. "Apa tadi ... Permaisuri Soo Hee merasa aku adalah ancamannya? Bagaimana menurutmu?"

Ji Ah perlahan melepaskan pelukannya dan menatap Yoo Na dalam-dalam. "Aku rasa dia merasa waspada terhadap gerak-gerik Unnie." Ji Ah melirik ke arah singgasana yang sedikit jauh dari posisinya sekarang. Ia melihat Gong Jun dan Soo Hee yang sesekali melirik ke arah mereka berada. "Unnie sangat peka, ya."

Yoo Na kali ini tersenyum sedikit lebar. "Aku harus berterima kasih padamu karena darimu aku sadar untuk lebih peka terhadap lawan bicaraku bahkan orang lain."

THRONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang