Matahari mulai turun, dan bulan mulai naik. [Name], gadis surai hitam dengan potongan rambut wolf cut entah mengapa resah. Rasanya hatinya di obrak-abrik tanpa jeda.
"Huh, kenapa dengan aku sih?" nem mengambil ponselnya. Menelpon jonggun.
Di tempat jonggun───
---
Pria itu tengah menyalakan rokoknya di tengah hujan "seong yohan, Kau gagal jadi kandidat penerus ku!" ucapnya. Jonggun merasakan ponselnya berdering 'junggo sialan. Mengapa dia menelpon ku?' batinnya kesal.
"Ka-kakak jangan bercanda, hanya karena rekening palsu." ucap yohan tidak percaya, ia mulai lemas. Ia memegang betis tuannya dengan patuh "kak... Kakak kan tahu itu bukan atas perintah ku. Kakak kan tahu aku ini anjing yang patuh. Jangan, kak. Tidak boleh begini....lalu mata mamaku?. Bagaimana dengan mama?!."
Jonggun membuang rokoknya sembarang arah, ia mulai risih dengan deringan di saku celananya 'ck, bangsat.' jonggun sampai tidak mempedulikan ucapan yohan yang tengah menahan tangisnya.
"Itu bukan urusan ku. Dunia cuman butuh hasil." jonggun berhasil menusuk hati yohan membuat harapannya seketika pecah berkeping-keping "kau tahu kan akhir riwayat kim Gimyung. Terimalah dengan rendah hati."
"...Kim Gimyung.....diapakan?" tanya yohan mulai tersenyum miring, jonggun yang melihat itu ikut tersenyum "karena kupikir dia harus ditaklukkan dengan kekuatan, jadi kucabut beberapa giginya." ucap jonggun membuat yohan kembali merasakan gairah.
"...ooh, begitu. Jadi gimyung kalah, ya?" yohan mengambil ancang-ancang bersiap melakukan hal yang ia kira akan cukup untuk mengalahkan jonggun. Nyatanya itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Entah apa yang di bicarakan dua orang itu. Yohan langsung saja melakukan pukulan. Ia begitu melakukan nya dengan bersemangat tetapi dengan rasa yang berbeda yang ada di batinnya cuman uang! Uang! Dan uang!
Jonggun menangkis setiap Kepalan tangan yohan yang berusaha menyakitinya. 'Kupikir junggo itu yang menelpon. Ternyata [name]. Ada apa dia menelpon ku. Apa ada masalah.' sedangkan jonggun ia terus kepikiran dengan adiknya itu.
Jonggun tiba-tiba menarik salah satu lengan yohan, menyandung sengaja membuat yohan terhempas ke tanah 'setidaknya aku tidak membuang waktu.' batin jonggun yang mempertanyakan keadaan adiknya itu.
Sedangkan nem gadis itu───
---
"Puyeng juga palak gue. Junggo pergi dari sore tadi, sedangkan jonggun. Dia juga sudah tidak kelihatan dari pagi." nem cuman bisa membosan di sana, seorang diri. Kecuali setan menemaninya "Kenapa enggak di angkat sih? Gue kan pengen liat kucing putih kesayangan gue yang belum di kasih nem tag. Sialan!"
"Apa cari sendiri." nem membuka pintu. yang ia lihat hanya hujan yang turun begitu deras "enggak jadi deh. Bisa-bisa aku kena penyakit terus mati. Kan enggak lucu."
"Apa aku telpon si pirang sikopat ini ya? Coba-Coba deh, kali aja dia ngangkat panggilan telepon ku." nem menutup pintu, kembali duduk diatas sofa menelpon junggoo "walaupun aku malas menyimpan nomor sialan ini. Tetap aja aku perlu untuk jadikan bambu."
"Mmmmmm......." nem kembali menelpon junggoo "kenapa dimatikan sih? Dia kira aku penipuan huh." nem kembali lagi dan lagi menelpon pria itu, tapi hasilnya sama. Panggilannya di matikan dengan cepat "Dalah." ucap nem pasrah ia kebosanan sungguh, sangat, sangat lah bosan.
---
Junggoo tengah memarahi jonggun yang membasahi mobil mahalnya, ia harus mencuci dan mengeringkan nya lagi. Memang sialan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐎𝐊𝐈𝐒𝐌 𝐘𝐄𝐘!!
Fanfiction❝ Menjadi adik jonggun?! ❞ [Name], gadis yang ahli dalam seni bela diri taekwondo memiliki sedikit masalah dengan teman satu angkatannya yang merasa iri dengan [name] yang begitu hebat dalam mempresentasikan seni bela diri taekwondo nya yang di bila...