-SPOILER “400” KEATAS-
ᅠ-!!!!SPOILER!!!!-
ᅠ
──────────Jihan menujuk-nujuk [name] sembari berteriak kepada salah satu polisi kalau [name] itu seorang buronan, tapi kepala penegak hukum itu hanya hah hoh saat jihan bicara. Sedangkan [name]. Ia tertekan karena jihan menyeretnya, di kira koper diseret-seret.
"Dia ini seorang penjahat! Kenapa kau tak menangkap nya pak polisi?!" pria berseragam polisi itu menguap ngantuk karena jihan bikin dia bosan "apa-apaan bocah tak jelas ini, tiba-tiba stres karena kakaknya. Hah...jihan, pulang lah. Jangan bikin keributan." Jihan menatap [name] dengan tajam, ia yakin [name] seorang buronan para kepolisian.
"Kupikir kenal kenapa, ternyata soal aku yang jadi buronan kepolisian." gumam [name] terkekeh kecil kikuk. [Name] pun yang merasa sudah aman berdiri dari duduknya dan berniat pergi saja.
"Aku pergi kalau begitu~" ucap nem, pemudi itu berjalan menuju pintu, tapi secara tiba-tiba jihan menghalangi jalan [name] untuk keluar, mereka saling tatap-tatapan lama "biarkan aku keluar." jihan menatap [name] dengan horor membuat nem sedikit mundur, tapi jihan malah semakin maju dan membuat [name] terpojok karena batas untuk menghindar sudah tak bisa lagi.
"Aku yakin, kau orang itu. Yang ada diberita itu." ucap jihan dengan suara rendah yang terbalut nada dingin "te-tenang dong, jangan main mojokin orang." jihan semakin maju membuat [name] terpojok, benar-benar tak bisa bergerak ataupun menghindari tatapan nya itu. Jihan dengan kasar mulai memukul dinding yang ada di samping wajah [name].
"Bicara dengan jujur kepada polisi." jihan semakin mencondongkan wajahnya dengan tatapan mengerikan "BANGSAT! JANGAN BERMESRAAN DI TEMPAT POLISI!" ucap pak polisi kesal, si pria penegak hukum itu memukul kepala jihan dengan topik kepolisian nya lumayan keras, membuat jihan sedikit meringis "keluar sana, jangan mesraan di sini."
[Name] yang sedikit mendapatkan kelengahan dari jihan pun memutuskan untuk kabur, takut malah di tanyain lagi. Mana ngeri lagi tatapannya.
Jihan dengan cepat menarik kerah baju belakang [name] membuat bocah itu sedikit tercekik karena berusaha kabur "Heh! Lepaskan!!" jihan membungkuk meminta maaf kepada sang polisi, dan pergi sembari menyeret [name] keluar.
"Aku punya kaki!" ucap nem berusaha menghentikan jihan menarik kerah bajunya "ikut aku." sang polisi hanya memperhatikan mereka dengan menyeka air mata nya dengan sapu tangan "aku jadi merindukan istri ku."
[Name] pasrah di dudukan di atas sebuah tong madu "mamah, aku takut..." gumam nem, sembari mengusap wajahnya kasat "siapa yang kau bawa ini?" jibeom, atau kakak jihan anak kedua ini menatap [name] dari samping, depan, samping kiri dan kanan, merasa familiar "bukannya ini wanita yang bersama hyungseok?"
"Benar kak, adikmu bisa suruh dia untuk tak mencurigai ku? Dia bikin kesal saja." jibeom menatap jihan, dan tak lama tertawa "sungguh? Kau menyukai nya." tiba-tiba [name] rasanya mau muntah mendengar itu "astaga, jangan bilang begitu, aku belum minum obat buat menahan muntah."
"Bocah sialan." ucap jihan merasa terhina "bocah ini, bisa saja ucapan mu." saat jibeom ingin mendekati [name], tiba-tiba jihan berteriak menyuruh kakaknya untuk berhenti "jangan kak jibeom! Dia seorang buronan kepolisian." nem dan jibeom saling tatap-tatapan, tak lama mereka tos-tangan "abaikan adik kecil ku itu, dia memang dungu kadang-kadang."
"Aku dengar itu ya!"
---
[Name] akhirnya bebas kemarin, walaupun agak susah untuk nya lepas. Tapi pada akhirnya ia lepas karena bantuan kakaknya jihan, yaitu jibeom 'Memang bikin salting deh, makanya sayang.' Batin nem dengan senyum enggak karuan.
[Name] berjalan menuju tempat ketemuannya bersama baek hangyul. Si dokter muda sikopat, nem sebenarnya mager. Tapi karena disuruh Yoojin untuk berkenalan lebih akrab, mau tak mau [name] menurut.
Di klinik nya hangyul, bocah ramah ini terus menyunggingkan senyuman manisnya kepada [name], sedangkan gadis itu menatap nya datar. Mereka sudah beberapa menit saling tatap-tatapan saja dan hanya keheningan. Tak ada topik, ataupun apalah.
"Jadi, kau namanya [full name]?" nem mengangguk ringan "ah, begitu ya?" hening kembali, mereka benar-benar cuman saling tatap-tatapan, dan kembali mati topik.
"Saya baek hangyul."
"Ya, sudah kenal."
"..."
Hening, mereka benar-benar mati topik.
"Mau ikut dengan saya untuk bertemu yojin?" tawar hangyul masih dengan senyuman yang bertahan, senyumannya memang pakek spidol permanen ternyata "tidak, aku tak suka yojin. Sukanya eskrim." hangyul kembali menatap [name] cukup lama.
"Ah...begitu, ya?"
"..."
Hening kembali.
"Saya hanya ingin bicara sesuatu lagi, sebelum benar-benar pergi. Anda akan menemani saya untuk saat ini sampai yojin menemukan posisi tepat untuk mu." hangyul tersenyum dan membenarkan pulpen-pulpen nya yang sedikit berantakan "Cukup susah wanita yang seperti mu di atur, jadi dia menyerahkan masalah tertib menertibkan seseorang seperti mu kepada ku. Mohon bantuannya nona."
"Susah, dan keras kepala? Wow, aku cukup bangga pada diri sendiri nih." ucap nem sedikit tersenyum miring, padahal hanya untuk menutupi raut ketakutannya, karena baek hangyul ini tiba-tiba menatap tajam seperti seorang psikopat yang ingin mencekik [name] sekarang juga.
Tatapannya begitu kosong, menatap lurus kepada [name]. Benar, yojin mau bikin nem menjadi anak yang baik di ilhae "ma-mati aku kalau begini." gumam nem dengan kekehan kikuk dan canggung, niatan mau mencairkan suasana malah makin kental dengan suasana tegang saja.
"Baiklah, saya juga. Mohon bantuan anda. Baek hangyul." pemuda itu, si baek hangyul tiba-tiba kembali dengan senyuman ramahnya begitu mudah seakan punya dua keperibadian saja "saya senang, bisa berkerja sama dengan baik dengan anda nona [name]. Mohon dipahami."
Nem mengangguk ringan "saya pamit dulu," hanyul berdiri dari duduknya mulai berjalan menuju pintu, tapi ia malah berhenti di ambang pintu dan sedikit menoleh kepada gadis itu dengan senyuman ramah khas nya yang selalu melekat "anda harus menuruti saya." hangyul pergi setelah mengucapkan itu, membuat [name] sedikit menghela nafas lega.
"Aku sudah tak tahan." [Name] pun mengambil telpon nya dan menekan nomor Jihoon "uy, maksud?" Nem langsung saja mengucapkan itu membuat Jihoon Bingung "huh? Kenapa tiba-tiba bicara seperti itu."
"Maksudnya soal kau bilang yang saat penangkapan big deal itu, soal kau bilang berpamitan dengan jonggun. Kau tak akan sembarangan mengucapkan itu kepadaku tanpa maksud. Setelah dipikir cukup lama oleh ku, ku sadar sesuatu..." jihoon hanya diam, [name] tahu jihoon sudah Mencurigainya bukan sebagai adiknya jonggun.
"Ah, hanya sekedar Kata-kata yang keluar."
"Hm, begitu kah?"
"Ngomong-ngomong... Nada bicara mu berbeda, sifatmu juga. Apa, ini efek karena stres. Huh... Dan, sejak kapan kau perhatian, [Full name]." [name] tersenyum kikuk, tenyata dugaannya benar "ah, benar ternyata."
"Apa kau menyadarinya?"
"Sial. Mati aku."
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠTBC
Maaf ya kalo ada typo 😓
Maaf update lama, hehe🙏🏻
Alurnya acakadull 🗿🗿☝🏻
Kalau SUKA cerita author mohon di vote ya!
Terimakasih!
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
ᅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐎𝐊𝐈𝐒𝐌 𝐘𝐄𝐘!!
Fanfiction❝ Menjadi adik jonggun?! ❞ [Name], gadis yang ahli dalam seni bela diri taekwondo memiliki sedikit masalah dengan teman satu angkatannya yang merasa iri dengan [name] yang begitu hebat dalam mempresentasikan seni bela diri taekwondo nya yang di bila...