STADIUM AKHIR 23

76 48 4
                                    

Rahasia yang terungkap



Bella berlari dengan di ikuti Zidan menghampiri Tio, Rafa dan Karin. Wanita yang kerap di panggil mama oleh Kanaya itu langsung berdiri tepat di hadapan Tio.

"Tio apa yang terjadi dengan adik kamu?" Tanya Bella disertai tangisnya.

Bella menganggap Tio sudah seperti anaknya sendiri karena ia dan Kanaya menjalin hubungan persahabatan sudah cukup lama. Itu sebabnya jika Kanaya pergi bersama Tio Bella tidak akan menghawatirkan nya.

"Maafin Tio Tante, Tio sudah gagal jadi kakak untuk Kanaya." Ucap Tio dengan sekuat tenaga menahan tangisnya.

Zidan menoleh menatap Rafa yang berdiri di dekat pintu ruangan UGD, pria itu terlihat sangat kacau dia begitu sangat menghawatirkan gadis yang sedang di tangani dokter Diana di dalam sana.

"Hiks hiks..." Bella menangis sejadi jadinya, hal itu membuat Tio langsung memeluk tubuh Bella mereka semua sama sama hancur Kanaya merupakan hal yang sangat berharga.

Dokter Diana keluar dari ruang UGD dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.

"Dokter bagaimana keadaan Kanaya?" Tanya Rafa dengan sorot mata yang begitu khawatir.

Bella langsung melepaskan pelukan Tio dan berjalan cepat menghampiri Dokter Diana.

"Bagaimana keadaan adik kamu? Kenapa bisa dia jatuh pingsan?" Tanya Bella bertubi tubi.

"Kanaya baik baik aja kan dok?" Kini giliran Karin yang bertanya.

"Ada satu hal yang harus kalian tau. Rahasia besar yang Kanaya tutupi dari kalian semua termasuk Tante." Ucap dokter Diana.

"Rahasia?" Ucap Bella.

"Iya Tante, Kanaya melarangku untuk memberitahu kalian tapi keadaan tidak memungkinkan untuk terus menyembunyikan kebenaran."

"Rahasia apa?" Tanya Bella lagi.

"Kanaya menderita kanker otak stadium akhir."

Deg!!

Bella, Rafa, Tio dan Karin begitu sangat terkejut mendengar hal itu, sementara Zidan hanya mampu menundukkan kepalanya dengan rasa sesak yang memenuhi dada.

"Apa dokter? S-stadium akhir?" Tanya Karin.

Kaki Bella rasanya begitu lemas sehingga membuat wanita itu hampir saja terjatuh namun Zidan dengan sigap langsung merangkul bahu ibunya itu.

"Mama." Ucap Zidan berusaha menyadarkan ibunya yang terdiam kaku.

"Saya minta maaf karena harus merahasiakan ini. Kanaya tidak ingin membuat kalian khawatir maka dari itu dia membuatku ikut bungkam."

"Tapi tapi Kanaya masih bisa sembuh kan dokter?" Tanya Karin dengan penuh harapan.

Dokter Diana diam beberapa saat, dengan sangat berat hati ia harus mengucapkannya.

"Kanaya tidak akan mungkin bisa sembuh. Tumor yang bersarang di otaknya membuat itu sangat sulit untuk di sembuhkan bahkan jika dilakukan operasi itu akan berakibat fatal." Harapan Karin seketika pupus. Gadis itu terdiam menatap kosong ke dapan dengan air mata yang lolos membasahi pipinya.

"Hiks hiks Kanaya!!!!" Teriak Bella histeris.

"Ma, mama!!" Ucap Zidan sembari menopang tubuh Bella yang sudah tidak sadarkan diri.

"Tante, Tante sadar Tante." Tio ikut membantu Zidan menopang tubuh Bella.

"Hiks hiks nggaak!!!" Karin menangis sejadi jadinya.

STADIUM AKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang