Sepi
Suasana di sekolah lain dari biasanya, Karin datang ke sekolah dengan memasang wajah kusut begitu pun dengan Tio. Rafa tidak kalah jauh dari mereka, pria itu hanya diam mematung di depan kelas XI IPA 3 sembari memandang ke arah meja Kanaya yang kosong.
Karin juga sedari tadi memandang meja yang ada di sampingnya itu. Tidak ada Kanaya di sana sungguh sangat sepi, biasanya setiap pagi ia akan di buat tertawa oleh tingkah aneh Kanaya. Gadis itu menoleh menatap ke arah pintu, Karin mengerutkan kening saat melihat Rafa masih setia diam di sana.
Namun tidak lama kemudian Rafa pergi dari sana. Karin menghela nafas panjang dan kembali menatap meja Kanaya, air matanya jatuh begitu saja tanpa permisi.
"Karin gimana keadaan Kanaya?" Tanya Nadia.
"Gue nggak tau gimana keadaan Kanaya sekarang."
"Kenapa?"
"Kalian pasti sudah mendengar berita itu. Kanaya sangat malang."
.
Tio memasukkan berulang kali bola basket ke dalam ring. Matanya memerah menahan tangis serta amarah dalam tubuhnya. Pria itu terduduk di lapangan dengan keringat yang bercucuran membasahi bajunya, ia tertawa hambar lalu meramas rambutnya kuat kuat.
Tio menatap ke depan dengan tatapan kosong. Memori masa kecilnya seakan berputar di kepalanya seperti halnya kaset.
"Hiks hiks....Mama hiks hiks Tio takut." Ucap seorang anak laki laki yang baru menginjak usia 9 tahun.
"Dasar cengeng!!" Ejek anak laki laki yang seusianya dan hal itu mengundang tawa teman teman anak laki laki nakal itu.
"Bu guru itu anak nakalnya." Ucap seorang gadis kecil.
"Ohhh jadi kalian yang selalu buat masalah? Ayo ikut ibu ke kantor." Ibu guru sekolah dasar itu langsung membawa anak anak nakal yang membully itu di kantor.
Gadis kecil itu berlari kecil menghampiri anak laki laki yang masih menangis sesenggukan.
"Kamu nggak apa apa?" Tanyanya dengan tatapan polosnya.
Anak laki laki itu lantas mengangkat kepalanya menatap siapa yang berbicara. Gadis itu tersenyum dengan begitu sangat manis.
Dengan cepat anak laki laki itu langsung menghapus air matanya lalu menggeleng.
"Aku Kanaya nama kamu siapa?" Gadis yang baru menginjak usia 8 tahun mengulurkan tangannya.
"Aku...aku Tio." Ucap anak laki laki itu sembari menjabat tangan Kanaya.
"Kamu anak baru yaaa?" Tanya Kanaya membuat Tio langsung mengangguk.
"Makasih ya kamu udah nolong aku hiks."
Kanaya tertawa renyah saat melihat ingus Tio keluar dari hidungnya.
Gadis kecil itu mengambil sapu tangan yang ada di saku bajunya lalu memberikannya kepada Tio.
"Ini. Ingus kamu udah keluar." Ucap Kanaya lalu lanjut tertawa.
Tio tampak sangat malu, dengan perasaan ragu ragu ia mengambil sapu tangan itu.
"Terima kasih."
"Iya sama sama."
"Mau berteman denganku?" Tawar Kanaya.
.
"Papa kamu nggak jemput kamu Tio?" Tanya Kanaya kepada Tio yang berdiri di dekat pintu gerbang sekolah dasar. Anak laki laki itu menggeleng.
![](https://img.wattpad.com/cover/318768576-288-k143219.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
STADIUM AKHIR
RomanceKamu akan tetap menjadi yang kedua setelah mama, tidak akan ada yang menggantikannya