STADIUM AKHIR 04

134 78 19
                                    

Kembali ke masa lalu



Tangan kecilnya membuka album yang membuatku penasaran dari tadi apa isinya. Jantungku seakan berhenti untuk beberapa detik, di dalam sana terdapat banyak foto dan salah satunya adalah foto seorang gadis yang memakai baju olahraga olahraga lengan pendek+celana olahraga biru selutut. Rambutnya yang di ikat dengan senyum yang mengembang dan tangan yang memegang tongkat kasti. Matanya fokus menatap ke arah yang lain, aku bahkan belum bisa menetralkan nafasku saat melihat senyum dari gadis yang benar benar aku rindukan

Kanaya..

"Papa kata mama Tante cantik ini adalah wanita yang hebat, apa itu benal?" Aku tidak tau harus menjawab apa, rasa keterkejutan ku saat melihat foto foto itu belum bisa aku netralkan kembali dan kini gadis kecilku mulai bertanya hal hal sama sekali tidak aku duga.

"Papa jawab Kanaya pa."

"Dari mana kamu mendapatkan album foto itu?"

"Ini punya mama." Jawab gadis polos itu.

Karin bagaimana bisa kamu membiarkan Kanaya memegang album ini dan bahkan kamu menceritakan semua tentang dia kepada Kanaya?

"Papa papa aku ingin mendengal kisah Tante cantik ini katanya Tante cantik ini pelnah pacalan ya sama papa." Aku merasa jika putriku ini sudah seperti orang dewasa sekarang.

"Telus di mana Tante cantik ini sekalang?" Berbagai macam pertanyaan yang keluar dari mulut gadis itu, oke aku harus tenang sepertinya gadis kecil ini belum tau sepenuhnya soal dia.

"Sayang in sudah malam sebaiknya kau tidur ya cantik."

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya, dia menarik narik tangan ku dengan terus menatapku dengan puppy eyes andalannya.

"Nggak mau papa."

"Bagaimana jika mamamu mendengarnya? Papa tidak ingin buat mama kamu sedih."

"Tapi mama menyuluhku untuk mendengalkan kisah Tante cantik dali papa."

Skakmat

Aku tidak bisa mengelak lagi. Jika aku mengelak gadis kecil ini akan ngambek dan ketika dia ngambek akan susah membujuknya apa cewek memang seperti itu?

"Apa Kanaya sangat penasaran dengan Tante cantik itu hmm?" Aku melihat dia mengangguk antusias. Apa segitu penasarannya ia kepada Kanaya?

"Baiklah papa akan menceritakannya."

Aku menghela nafas panjang, sejujurnya aku tidak siap untuk kembali ke masa lalu yang sudah coba aku kubur itu. Aku tidak menyangka jika hari ini aku harus kembali mengenang masa masa indah yang pernah aku jalani bersama sang kapten Kasti putri.

Aku tersenyum di saat ingatan membawaku kepada saat kami bertengkar hanya karena aku tidak sengaja mematahkan tongkat Kasti milik gadis keras kepala itu. Aku menatap putriku lalu mulai menceritakan kisah ku yang berawal dari pertengkaran hingga berujung menjadi cinta yang tak pernah terlupakan.

****

"Dasar gadis bodoh! Gue udah bilang kalau gue nggak sengaja menabrak tongkat tidak berguna Lo itu." Ucap pria berseragam putih abu itu membela diri.

"He bego! Lo buta atau gimana sih? Jelas jelas tongkat Kasti gue itu bisa Lo liat ada di tengah jalan tapi kenapa Lo malah jalan gitu aja coba. Apa Lo nggak tau gunanya rem untuk apa!?" Gadis berseragam putih abu itu tak mau kalah.

"Ya mana gue tau kalau itu tongkat Kasti lagi pula ngapain juga Lo taroh tu tongkat di tengah jalan."

"Lo dengar baik baik ya cowok bodoh! Gue nggak naroh di tengah jalan tapi tongkat gue itu jatoh."

STADIUM AKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang