STADIUM AKHIR 28

66 47 1
                                    

Anak haram






Rafa terus terusan menatap Kanaya dengan senyum yang tidak pernah pudar di wajahnya. Kanaya balas menatap Rafa, tatapan Kanaya lebih mengarah pada tatapan bingung pasalnya ia tidak tau apa yang begitu membuat pria itu bahagia.

"Lo kenapa?" Tanya Kanaya lalu memegang dahi Rafa.

Sentuhan dari Kanaya seketika membuat Rafa mengalihkan pandangannya. Ya pria itu salah tingkah jadinya, Rafa kembali menatap Kanaya sementara Kanaya hanya menatapnya datar.

"Nay, Lo tau nggak kenapa hari ini gue bahagia bangat."  Ucap Rafa membuat jiwa Kanaya yang penasaran tadi kini akan terjawab.

"Ya mana gue tau." Ucap Kanaya jutek.

"Kenapa?" Tanya Kanaya.

"Karena nyokap gue udah sayang sama gue." Ucap Rafa.

"Apa? Lo serius?" Ucap Kanaya terkejut.

"Tentu saja." Ucap Rafa sembari menunjukkan senyumnya.

"Gue dapat merasakan gimana rasanya pelukan seorang ibu. Sungguh, seperti sebuah mimpi."

"Selamat untukmu, gue ikut senang dengarnya." Ucap Kanaya ikut bahagia.

Mereka kembali menceritakan hal lain, kadang Kanaya kesal atau bahkan tertawa karena tingkah Rafa.

Selama berada di rumah sakit Rafa menjadi sering menjenguk Kanaya, setiap pulang sekolah ia akan ke rumah sakit mengajak Kanaya bercerita banyak hal dan pria itu akan pulang saat jam tujuh malam. Andini sangat paham dengan perasaan Rafa saat ini jadi ia membiarkan putranya itu tanpa melarangnya sedikit pun.

Tio dan Karin terkadang menjenguk juga Kanaya jika mereka tidak memiliki banyak tugas, seperti hal nya hari ini.

"Sumpah Nay, nggak ada Lo di sekolah itu rasanya sangat menyakitkan. Sepi bangat tau nggak, Lo kapan pulang sih." Ucap Karin panjang lebar.

"Hahah tenang aja, besok gue udah di perbolehkan pulang kok."

"Serius Nay?" Tanya Tio dan Karin bersamaan, mereka sepertinya tidak percaya.

"Serius lah." Ucap Kanaya.

Karin berdiri dan melompat lompat kegirangan.

"Dah gila Lo ya Rin." Ucap Tio membuat Kanaya tertawa.

Ting

Satu pesan berhasil masuk di dalam ponsel Karin. Saat melihatnya, gadis itu memutar bola matanya malas.

"Siapa?" Tanya Tio.

"Biasa, nyokap." Ucap Karin tak suka.

"Suruh lo pulang?" Tanya Tio lagi yang sudah bisa menebak apa isi pesannya.

"Yaaah padahal belum juga satu jam." Ucap Kanaya tampak lemas.

"Mau gimana lagi."

"Mau gue antar?" Tanya Tio.

"Nggak usah, nyokap gue udah ada di bawah kok." Ucap Karin sembari mengambil tas miliknya.

"Nay, gue pulang dulu ya." Karin berpamitan dan Kanaya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan lupa besok Lo datang ke rumah gue."

"Sip. Pokonya besok gue akan buat penyambutan yang meriah." Ucap Karin lalu pergi dari sana. Namun baru saja ia sampai di pintu Rafa sudah ada di sana, pria itu baru saja sampai.

Karin hanya tersenyum tipis lalu benar benar pergi dari sana. Melihat Rafa masuk, Kanaya memutar bola matanya malas. Rafa sangat tidak pernah bosan menjenguk Kanaya.

STADIUM AKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang