Dikejar preman
"Karena gue nggak mau liat Lo sedih." Batin Rafa.
"Boleh gue duduk?" Tanya Rafa membuat gadis itu bergeser untuk memberikan Rafa ruang untuk duduk.
"Gue pernah ngalamin hal yang sama. Dan gue tau gimana sakitnya." Kanaya menoleh menatap Rafa, pria itu terlihat begitu sedih.
"Bokap gue meninggal sejak gue masih berumur 10 tahun."
"Gue tau Lo hancur tapi bukan berarti harus kehilangan semangat bukan?" Kanaya menatap aneh kepada Rafa. Apa pria itu sudah menjadi waras? Atau dia minum obat yang tepat pagi tadi. Pasalnya pria itu begitu menjengkelkan baginya tapi sekarang? Dia malah terlihat seperti penasehat.
"Sejak kapan Lo waras?" Tanya Kanaya.
"Mci gue lagi baik nih, jangan ngajak ribut bisa nggak sih." Ucap Rafa ketus.
"Haha, tampang Lo itu nggak cocok jadi orang baik."
"Eits Lo nggak tau aja kalau gue orangnya baik banget."
"Nyenyenye, nggak pantes tau nggak!" Kanaya berdiri lalu berlalu pergi dari sana. Taman itu dekat dengan rumahnya jadi ia memutuskan untuk pulang saja daripada harus berlama-lama dengan pria yang menjengkelkan.
"Mau kemana Lo?" Tanya Rafa sedikit berteriak namun tidak di gubris Kanaya.
Seorang wanita paru baya datang menghampiri Rafa.
"Mas kalau pacarnya ngambek itu di bujuk." Ucap wanita itu yang sepertinya melihat perdebatan Rafa dan Kanaya tadi.
"Dia bukan pacar saya. Tapi orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa." Mendengar ucapan Rafa kepada wanita itu membuat Kanaya langsung menoleh.
Wajahnya merah padam karena menahan emosi. Gadis itu melepas sepatu yang ia kenakan dan siap untuk melemparkannya kepada Rafa. Rafa yang melihat itu seketika membelalak.
"Santai bro santai." Ucap Rafa sembari melangkah mundur.
"Lo bilang apa tadi? Orang gila? Brengsek!" Ucap Kanaya dan tanpa aba aba langsung melemparkan Rafa dengan sepatu yang ia pegang tadi.
Melihat sepatu Kanaya yang semakin mendekat pria itu langsung menunduk dan
BUGH!!
"Aduh!"
Rafa kembali berdiri tegak lalu tertawa karena lemparan Kanaya tidak mengenai sasaran.
"Siapa yang melempar sepatu ini!?" Tanya tegas seorang pria dengan tubuh kekar, dilihat dari tampilan nya pria itu seperti seorang preman.
Kanaya menelan ludah susah sementara Rafa masih sempat menoleh untuk melihat pria yang sudah berada di belakangnya itu.
"Lo ya?" Tanya pria itu pada Rafa.
Rafa hanya memasang wajah cengengesan dengan batin yang sudah mulai menghitung. Prua itu melangkah mundur hingga kini sampai pada Kanaya.
"Jika Lo mau selamat seb-."
"Lari!!!" Teriak Kanaya lalu berlari meninggalkan Rafa yang belum menyelesaikan ucapannya.
Rafa yang melihat Kanaya sudah berlari, ia ikut berlari takut takut ia akan mendapatkan pukulan dari pria itu.
"Woi jangan lari!!!" Teriak pria itu ikut berlari.
Rafa dan Kanaya terus berlari keluar dari taman. Kanaya berhenti saat sampai di sebuah lorong kecil, ia bingung harus ke mana. Apa harus lurus atau masuk ke dalam lorong tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
STADIUM AKHIR
Roman d'amourKamu akan tetap menjadi yang kedua setelah mama, tidak akan ada yang menggantikannya